Pemimpin di dalam perusahaan perlu memperbarui informasi tren terbaru dan sebisa mungkin mengadopsinya untuk perusahaan. Kalau pemimpin kita memilih diam dan mandek, sebenarnya jabatan itu telah mati!
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Kita berada di abad ketika jabatan yang kita sandang tak menjawab permasalahan perusahaan, bahkan dunia. Jabatan kita menjadi tumpul karena masalah dan tantangan menjadi sangat luas dan sangat berbeda dengan sebelumnya. Perusahaan mapan alias perusahaan lama memble untuk mengubah diri dan organisasinya. Mereka lebih asyik mengatur orang untuk menjabat tugas-tugas tertentu dibandingkan dengan menjawab tantangan, apa yang akan terjadi selanjutnya? Hal besar apa yang akan terjadi?
Kematian sejumlah pekerjaan dan kemunculan jenis pekerjaan baru sudah lama dibahas berbagai kalangan. Kehadiran teknologi digital membuat beberapa pekerjaan yang berulang bisa diganti fasilitas otomatisasi. Akan tetapi, di luar itu, berbagai jabatan di dalam organisasi, terutama perusahaan mapan, mulai disadari sudah tidak mampu lagi menjawab tantangan.
Pada masa lalu, orang bisa melihat karir secara jelas, dari staf menjadi manajer, kemudian level lebih tinggi lagi. Kini, sepertinya mereka harus “mendaki gunung” mencari rute sendiri. Kita harus menentukan target sendiri, mencari keterampilan yang menunjang, mencari peran di dalam organisasi, lalu menggunakan karakter kita untuk meniti karir itu.
Misalnya, untuk menjadi chief of marketing officer pada masa lalu cukup menguasai ilmu-ilmu pemasaran dan praktik dalam organisasi. Kini, profesi ini dihadapkan pada kanal pemasaran, yaitu komunitas, media sosial, dan tren kolaborasi yang mengharuskan mereka berubah dan organisas juga harus berubah.
Di mata Jocelyn K Glei, penulis dan editor pendiri 99U, jabatan telah menjadi perangkap. Kriteria tugas dan tanggung jawab di dalam jabatan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan zaman. Pejabat dalam tugas itu bisa saja akhirnya hanya melaksanakan tugas, sementara di luar berbagai masalah bermunculan.
Masalah bertambah ketika orang terlalu senang dengan jabatan dan terkungkung dalam tugas yang tertulis dan diamanatkan perusahaan. Mereka biasanya adalah kelompok orang dengan pola pikir yang ajek, sementara di luar dibutuhkan orang dengan pola pikir bertumbuh.
Bagi orang dengan pola pikir bertumbuh, maka jabatan bukan lagi soal posisi dan tanggung jawab semata, tetapi juga soal kemampuan untuk terus bertanya dan menjawab berbagai pertanyaan. Setiap hari ia harus bertanya, masalah apa yang harus saya selesaikan? Perubahan apa yang harus saya lakukan? Apa yang bisa saya kreasi hari ini?
Zaman berlari kencang dan harus diikuti kalau tidak ingin tertinggal. Kita bisa melihat anak-anak muda di usaha rintisan yang telah menerapkan semua ini. Mereka selalu bertanya, hal besar apa yang bisa saya lakukan hari ini? Oleh karena itu, mereka menambah berbagai kemampuan setiap saat melalui berbagai pelatihan.
Bagi Jocelyn K Glei, daripada pusing dengan tugas dan tanggung jawaban jabatan, maka lebih baik menyelesaikan pertanyaan baru yang bermunculan. Semakin mampu menjawab berbagai pertanyaan, maka bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat. Organisasi perusahaan juga akan terlihat makin segar dan muda karena mampu hadir di pasar yang membutuhkan kolaborasi, inovasi, kreativitas, dan kegesitan.
Otomatis mereka akan melakukan berbagai penyesuaian, termasuk mengakomodasi beberapa kebutuhan baru, seperti manajer kolaborasi, manajer komunitas, dan manajer keterlibatan publik. Semua itu adalah sejumlah jabatan yang tak pernah ada pada 5-10 tahun yang lalu.
Melihat tantangan itu, disamping perlu orang dengan pola pikir bertumbuh, maka pejabat perusahaan perlu mengambil sejumlah tanggung jawab baru dan berbagai proyek yang tiba-tiba muncul. Mereka yang asyik mengelus-elus jabatan tak bakal bisa melakukan langkah ini. Karir tak lagi ditentukan “pemeliharaan dan bimbingan” senior. Jabatan lebih ditentukan kemampuan mereka mengambil tanggung jawab baru yang muncul tiba-tiba di perusahaan.
Contohnya, ketika terjadi krisis komunikasi di sebuah perusahaan lama akibat perundungan di media sosial. Perusahaan lama tak memiliki perangkat dan orang yang menangani persoalan ini. Hanya orang yang berani mengambil tanggung jawab baru serta memiliki kemampuan baru yang bisa menangani masalah ini. Mereka ini lah yang lebih layak mendapat karir baru di perusahaan.
Ditambah perkembangan teknologi yang pesat, maka pemimpin di dalam perusahaan perlu memperbarui informasi tren terbaru dan sebisa mungkin mengadopsinya untuk perusahaan. Misalnya, bagaimana mengenal e-sport dan mengadopsinya untuk pemasaran atau pengunaan gim untuk merekrut karyawan. Teknologi hari ini bakal berbeda dengan teknologi hari berikutnya. Kalau pemimpin kita memilih diam dan mandek, sebenarnya jabatan itu telah mati! (ANDREAS MARYOTO)