Pemain nomor satu dunia Kento Momota menjadi penghalang terakhir Anthony Sinisuka Ginting pada laga pemuncak turnamen Final BWF World Tour untuk meraih gelar tahun ini.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
GUANGZHOU, SABTU - Anthony Sinisuka Ginting (23) mendapat kesempatan terakhir untuk meraih gelar juara pada 2019 setelah gagal pada empat final. Peluang itu didapat Anthony dengan menjadi finalis tunggal putra Indonesia pertama dalam ajang persaingan delapan pebulu tangkis top dunia, turnamen Final BWF World Tour di Guangzhou, China.
Sebelum Anthony memastikan tiket final dengan mengalahkan Chen Long (China), 21-15, 21-15, di Tianhe Gymnasum, Sabtu (14/12/2019), hasil terbaik tunggal putra Indonesia pada turnamen ini adalah final yang didapat Tommy Sugiarto pada 2013. Ketika itu, turnamen masih bernama Final Super Series dan digelar di Kuala Lumpur, Malaysia.
Digelar di akhir tahun sejak 2008, turnamen ini diikuti delapan peringkat teratas setiap nomor dalam setahun. Hanya ada dua wakil Indonesia yang pernah juara, yaitu Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (juara 2013 dan 2015) dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (2017).
Hendra/Ahsan berkesempatan menambah gelar itu dengan lolos ke final dengan kemenangan atas Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan), 21-14, 21-9. Mereka akan berebut gelar dengan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe (Jepang) yang menghentikan langkah Kevin/Marcus, 11-21, 21-15, 10-21.
Jika bisa mengalahkan Endo/Watanabe, seperti pada lima dari enam pertemuan sebelumnya, ”Daddies” akan menyatukan tiga gelar dari ajang besar dalam setahun. Pada tahun ini, mereka menjuarai All England dan Kejuaraan Dunia.
Di luar Hendra/Ahsan dan Kevin/Marcus, hanya Tommy, Vita Marissa/Liliyana Natsir (ganda putri), dan Nova Widhianto/Liliyana (ganda campuran) yang pernah di final. Vita/Liliyana dan Nova/Liliyana mencapainya pada 2008 di Kota Kinabalu, Malaysia.
Maka, laga Anthony melawan Kento Momota (Jepang), Minggu, menjadi peluang yang jarang didapat tunggal putra Indonesia. Pada semifinal lainnya, Momota menang atas Wang Tzu Wei (Taiwan), 21-17, 21-12.
Empat final
Ini juga menjadi kesempatan terakhir Anthony untuk meraih gelar pertama pada 2019. Tunggal putra peringkat kedelapan dunia itu tampil dalam empat final sebelum Final BWF, yaitu di Singapura, Australia, China, dan Hongkong Terbuka, tetapi selalu kalah. Di Singapura dan China Terbuka, dia kalah dari Momota. Ini berbeda dengan hasil 2018 ketika Anthony selalu menang dalam dua final, yaitu pada Indonesia Masters dan China Terbuka.
”Puji Tuhan bisa menang hari ini dan lolos ke final. Pastinya senang dengan hasil ini, apalagi tadi saya tidak terlalu banyak membuat kesalahan. Saya bisa menikmati pertandingan,” ujar Anthony, dalam laman PP PBSI. Anthony kini unggul 8-4 atas Chen.
Penampilan gemilang dengan dua kali mengalahkan Chen—Anthony juga menang dari lawan yang sama di Grup B--menjadi kunci keberhasilan Anthony ke final setelah kalah dalam penampilan pertama melawan Chou Tien Chen (Taiwan). Penampilan itu akan menjadi bekal untuk berhadapan dengan Momota yang telah menjadi rival terbaiknya.
Namun, seperti yang sering dikatakannya dalam berbagai turnamen, kesiagaan melawan Momota harus lebih tinggi dibandingkan dengan melawan pemain lain. Momota selalu memiliki jawaban atas strategi yang dimainkan lawan. Kesabaran dan daya tahan fisik juga mendukungnya. ”Saya harus selalu siap seratus persen kalau bertemu Momota. Fisik maupun teknik,” ujar Anthony.
Bagi Momota, Anthony juga selalu menjadi lawan yang menyulitkan. Sebanyak 14 pertemuan sebelumnya—Momota unggul 10-4 —selalu menjadi pertandingan menarik.
Dibandingkan sembilan tunggal putra peringkat 10 besar lainnya, Anthony paling sering menjadi lawan Momota pada 2019. Mereka enam kali bertemu, lima di antaranya dimenangi Momota. Namun, Anthony memenangi pertemuan terakhir pada perempat final Perancis Terbuka, Oktober.
“Minions” Gagal
Seperti Chen Long yang sering kalah ketika bertemu Anthony, ganda putra nomor satu dunia, Kevin/Marcus, bagai mengalami mimpi buruk setiap bertemu Endo/Watanabe. Bertemu untuk kelima kalinya pada 2019, lima kali pula mereka kalah.
Dalam ulangan pertemuan pada penyisihan Grup A, Kamis, “Minions” kembali kalah. Kemenangan atas Endo/Watanabe hanya terjadi pada dua pertemuan awal pada 2018.
Berbekal kekalahan beruntun, kesulitan yang dialami Kevin/Marcus tak hanya terlihat dari penampilan mereka yang banyak membuat kesalahan. Raut wajah dan sikap tubuh memperlihatkan rasa frustasi mereka, terutama pada gim pertama dan ketiga.
Tak ada semangat menggebu dari Kevin dan wajah garang Marcus yang sering terlihat saat mereka bermain. Dalam laga selama 56 menit, mereka lebih sering merengut dan kebingungan karena sulit menambah angka. Pompaan semangat dari pelatih Herry Iman Pierngadi dari belakang lapangan tak mengubah penampilan Kevin/Marcus.
Diakui Marcus, dia kehilangan rasa percaya diri ketika serangan dia dan Kevin sulit menembus kokohnya pertahanan Endo/Watanabe. “Kami sudah berusaha menyerang, tapi lawan memang enggak gampang mati. Saya jadi enggak begitu percaya diri. Mau main gimanapun jadi enggak enak, enggak bisa lepas,” tutur Marcus.
Pada final nomor lain yang akan berlangsung Minggu ini, China telah memastikan gelar juara dari ganda campuran. Pertemuan sesama pemain tuan rumah akan terjadi antara Zheng Siwei/Huang Yaqiong dan juara bertahan, Wang Yilyu/Huang Dongping.
China juga meloloskan pemain pada final tunggal putri dan ganda putri. Pada tunggal, Chen Yufei akan berhadapan dengan Tai Tzu Ying (Taiwan), adapun gelar ganda putri akan diperebutkan oleh Chen Qingchen/Jia Yifan dan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (Jepang).