Perjalanan Biegun ke Korsel dan Jepang ini memunculkan spekulasi. Biegun mungkin berusaha menyelamatkan perundingan denuklirisasi dengan coba mendekati Korut atau dengan mengirim pesan kepada publik.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
INCHEON, MINGGU -- Utusan Khusus Amerika Serikat untuk Korea Utara Stephen Biegun tiba di Seoul, Korea Selatan, Minggu (15/12/2019). Lawatan Biegun berlangsung saat Korut makin meningkatkan tekanan pada AS agar membuat konsesi untuk menghidupkan kembali perundingan denuklirisasi yang macet. Terkait itu, Pyongyang memberi tenggat pada AS hingga akhir tahun 2019.
Biegun tiba di Korsel sehari setelah Korut mengatakan bahwa mereka telah melakukan uji coba ”penting” di lokasi peluncuran roket di Sohae, Korut. Para analis mengatakan, uji coba semacam itu dapat membantu Korut membangun rudal balistik antarbenua (ICBM) yang lebih andal dan mampu menjangkau daratan AS.
Saat tiba di Seoul, Minggu sore, Biegun tak memberikan komentar apa pun terkait uji coba yang dilakukan oleh Korut tersebut. Biegun berencana untuk bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in pada hari Senin ini. Dia akan berkunjung ke Korsel selama tiga hari sebelum bertolak ke Tokyo, Jepang, untuk berkonsultasi dengan Pemerintah Jepang. Tidak jelas, apakah Biegun juga akan bertemu dengan pejabat Korut di perbatasan antar-Korea.
Perjalanan Biegun ke Korsel dan Jepang ini memunculkan spekulasi. Biegun mungkin berusaha menyelamatkan perundingan denuklirisasi dengan coba mendekati Korut atau dengan mengirim pesan kepada publik.
Uji coba
Uji coba ”penting” dilakukan Pemerintah Korut di lokasi peluncuran roket di Sohae, Jumat lalu mulai pukul 22.41 waktu setempat hingga 22.28. Hal itu disampaikan oleh juru bicara Akademi Ilmu Pertahanan Nasional Korut, yang dikutip oleh kantor berita KCNA. Namun, pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai uji coba itu.
Sohae terletak di pantai barat laut Korut. Situs ini diklaim Korut sebagai fasilitas yang dirancang untuk menempatkan satelit ke orbit. Namun, Korut telah melakukan beberapa peluncuran roket di Sohae. Peluncuran tersebut dikecam oleh AS dan sekutunya yang menyebut uji coba Korut itu sebagai uji coba rudal balistik jarak jauh yang disamarkan.
Di bawah resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Korut dilarang menembakkan rudal balistik. Namun, Korut berkali- kali melanggar resolusi itu.
Hingga mendekati akhir tahun, tenggat yang ditetapkan Korut, AS belum menunjukkan sikap akan memberikan konsesi pengurangan sanksi terhadap Korut. Itu sebabnya, Korut pun memberi tekanan pada AS dengan melakukan uji coba dari lokasi Sohae sebanyak dua kali dalam bulan Desember ini.
Pemimpin Korut Kim Jong Un telah sepakat untuk menutup situs Sohae dalam pertemuan tahun lalu dengan Presiden Korsel Moon Jae-in di Pyongyang. Kesepakatan itu merupakan bagian dari langkah membangun kepercayaan kedua negara. Kim Jong Un juga telah menggelar tiga kali pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump sejak Juni 2018.
Namun, perundingan denuklirisasi antara Korut dan AS menemui jalan buntu sejak pertemuan kedua pemimpin negara itu di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019. Korut mengeluarkan serangkaian komentar yang semakin keras dalam beberapa pekan terakhir seiring dengan makin dekatnya batas waktu yang mereka tetapkan pada AS.
Korut pada Minggu ini juga mengkritik AS terkait pertemuan Dewan Keamanan PBB yang makin merasa khawatir dengan uji coba roket jarak pendek yang ditembakkan oleh Korut.