Bencana Hidrometeorologi Masih Ancam Jabodetabek sampai Akhir Tahun
›
Bencana Hidrometeorologi Masih...
Iklan
Bencana Hidrometeorologi Masih Ancam Jabodetabek sampai Akhir Tahun
Potensi bencana hidrometeorologi masih mengancam wilayah Jabodetabek, setidaknya hingga akhir tahun. Masyarakat perlu bersiap karena perubahan cuaca biasanya terjadi secara drastis.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Potensi bencana hidrometeorologi masih mengancam wilayah Jabodetabek, setidaknya hingga akhir tahun. Masyarakat perlu bersiap karena perubahan cuaca biasanya terjadi secara drastis.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Jabodetabek akan diguyur hujan lebat disertai kilat dan angin kencang pada 24-25 Desember 2019. Sementara 26-29 Desember 2019, ancaman hujan lebat juga diprediksi masih akan terjadi.
Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan monsun Asia sehingga terjadi peningkatan massa udara basah. Terlebih, suhu muka air laut di perairan Indonesia juga masih hangat sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.
Kepala Subbidang Analisis dan Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi mengatakan, kawasan Jabodetabek saat ini sudah memasuki musim hujan. Secara kumulatif, curah hujan pada pertengahan hingga akhir Desember berada pada kriteria menengah, yakni 50-150 milimeter per 10 hari. Meski begitu, curah hujan skala harian perlu diwaspadai.
”Artinya, pada periode tersebut bisa saja terjadi curah hujan harian yang periodenya singkat, hanya hitungan satu-dua jam, tapi intensitasnya lebat, disertai petir, angin kencang, atau bahkan puting beliung,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (24/12/2019).
Hujan disertai angin kencang kerap terjadi pada awal musim hujan, seperti yang terjadi di wilayah Jakarta, Bogor, atau Serpong, Tangerang Selatan, dalam beberapa hari terakhir. Saat ini, Jabodetabek baru memasuki awal periode musim hujan sehingga ancaman bencana hidrometeorologi semakin tinggi.
”Jadi, bagi masyarakat tetap harus mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi akibat hujan deras dalam periode singkat ini,” ujar Adi.
Adi mengungkapkan, potensi hujan deras disertai angin kencang dan petir bisa terjadi mulai siang dan sore hari. Masyarakat diminta untuk mempersiapkan diri terhadap perubahan cuaca secara drastis di waktu tersebut. Ia juga memprediksi puncak musim hujan di Jabodetabek akan terjadi pada Februari-Maret 2020.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, sekitar 99 persen bencana yang terjadi selama 2019 merupakan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, puting beliung, dan tanah longsor. Sisanya adalah bencana geologi, seperti gempa bumi.
Menurut Agus, puting beliung merupakan salah satu bencana yang selalu mendominasi setiap tahun. Pada 2019 ini, tepatnya hingga 23 Desember, BNPB mencatat total kejadian puting beliung sebanyak 1.339 kali. Setelah itu baru diikuti banjir (757 kali) dan tanah longsor (702 kali).
”Puting beliung ini adalah bencana yang paling dahsyat. Jumlahnya naik terus dari tahun ke tahun,” katanya.
Tiba-tiba
Untuk itu, pada awal musim hujan seperti ini, BMKG mengimbau masyarakat waspada terhadap ancaman bencana puting beliung. Angin puting beliung merupakan angin kencang yang muncul secara tiba-tiba yang bergerak secara spiral menyentuh tanah. Kecepatannya rata-rata berkisar 55-74 kilometer per jam.
Kemunculan puting beliung dapat dikenali dari beberapa tanda alam. Misalnya, satu hari sebelumnya, tepatnya pada malam dan pagi hari, udara terasa gerah. Kemudian, mulai pukul 10.00 akan terlihat awan kumulus yang salah satunya memiliki batas tepi berwarna abu-abu menjulang tinggi menyerupai bunga kol.
Tanda selanjutnya, awan tersebut akan berubah warna secara cepat menjadi abu-abu atau hitam. Kemunculan puting beliung akan semakin kentara jika ranting dan dahan pepohonan di sekitarnya terlihat bergoyang secara cepat. Terlebih jika masyarakat merasakan hawa udara dingin seketika.
Beberapa langkah antisipasi yang bisa dilakukan yakni menebang dahan dan ranting pohon agar mengurangi beban pohon dan memperkuat atap rumah yang sudah rapuh. Selain itu juga mengenali indikasi puting beliung. Masyarakat diminta untuk segera menjauh.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya sambaran petir. Pertama, jika berada di area terbuka agar segera masuk ke dalam ruangan jika terjadi hujan lebat disertai suara guntur.
Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya sambaran petir. Pertama, jika berada di area terbuka agar segera masuk ke dalam ruangan jika terjadi hujan lebat disertai suara guntur. Namun, jika kondisi memaksa untuk tetap berada di luar ruangan, jaga jarak 3-5 meter dengan orang terdekat guna menghindari hantaran petir.
Masyarakat sebisa mungkin menghindari berteduh di bawah pohon karena pohon yang tersambar petir energinya dapat melompat ke tubuh. Hindari juga taman, lapangan, atau sawah karena petir mencari tanah untuk melepaskan energinya. Jika sedang berenang, segera menjauhi kolam renang karena petir dapat mengantarkan energi ke air.
Selain itu, jauhi juga tiang listrik, menara, atau sesuatu yang tinggi karena dapat dengan mudah tersambar petir. Bagi pengendara sepeda motor, diimbau untuk berhenti dan mencari tempat berlindung yang aman jika petir menyambar-nyambar di area yang dilalui.