Banjir di hari pertama tahun 2020 telah menghentikan aktivitas logistik di Jabodetabek, terutama untuk pengiriman dalam kota atau wilayah Jabodetabek. Namun, pengiriman di hari itu dipastikan tak sebanyak hari biasa.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Banjir dapat berpengaruh besar pada aktivitas logistik jika terjadi berlarut-larut. Demi mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir di masa mendatang, pelaku usaha logistik perlu mempersiapkan diri, terutama untuk angkutan logistik dan pergudangan.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita, Rabu (1/1/2020), di Jakarta, mengatakan, banjir yang terjadi di hari pertama tahun 2020 telah menghentikan seluruh aktivitas logistik di wilayah Jabodetabek, terutama untuk aktivitas pengiriman dalam kota atau wilayah Jabodetabek. Namun demikian dapat dipastikan bahwa kegiatan logistik pada tanggal 1 Januari tidak sebanyak hari biasa.
“Bila banjir ini terjadi selama berhari-hari dan berulang, maka potensi kerugian akan cukup besar karena distribusi barang akan terhambat terutama untuk barang-barang yang dibutuhkan karena musibah banjir,” kata Zaldy.
Hujan yang mengguyur sejak Selasa (31/12/2019) malam hingga Rabu (1/1/2020) pagi telah menyebabkan banjir di sejumlah kawasan, termasuk di beberapa titik jalan arteri dan jalan tol. PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat, genangan air di tol sempat terjadi antara lain di kilometer (km) 03 tol Jagorawi, km 14 tol Bandara Soekarno Hatta, simpang susun Cawang, dan km 09 tol Jakarta-Cikampek.
Menurut Zaldy, baik pelaku logistik maupun produsen mesti mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya banjir di masa mendatang. Salah satunya adalah menempatkan barang persediaan di gudang-gudang dengan posisi lebih tinggi. Otomatis hal ini akan meningkatkan kebutuhan gudang, termasuk di daerah-daerah.
Selain itu, produsen perlu menyiapkan gudang-gudang pendingin untuk produk pertanian, peternakan, dan perikanan. Sebab, produk-produk itu sangat rentan bila terjadi banjir. Selain menimbulkan kerugian, juga akan memicu kelangkaan stok.
Zaldy berharap agar pemerintah dan otoritas yang berwenang menjaga agar tempat-tempat strategis, seperti pelabuhan dan bandara dapat terbebas dari banjir. Selain itu akses jalan tol maupun akses ke kawasan industri juga mesti dipastikan agar terhindar dari banjir.
Secara terpisah, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Kyatmaja Lookman mengatakan, pelaku usaha di sektor transportasi akan sangat dirugikan ketika terjadi banjir. Karena angkutan barang tidak berani melintas, maka distribusi di kawasan perkotaan, seperti Jabodetabek, pasti akan terganggu.
“Kalau ada genangan khususnya golongan 2 atau kendaraan truk kecil pasti tidak berani melintas karena bisa rusak kendaraannya. Contohnya, water hammer akan menyebabkan mesin rusak dan perbaikan mesinnya tidak murah, antara Rp 15 juta sampai Rp 30 juta,” kata Kyatmaja.
Menurut Kyatmaja, penyedia jasa pengangkutan barang pasti akan menerima pesanan yang dating. Oleh karena itu mereka mesti mempersiapkan kendaraan agar tempat barang tidak bocor. Sebab, jika bocor dan barang terkena air, maka akan terkena klaim dari pengguna jasa. Perlengkapan yang perlu diperiksa adalah terpal dan kotak (box) barang.
Selain itu, pihaknya juga mengedukasi kepada pengemudi agar tidak nekat menerjang banjir. Biasanya untuk truk golongan 2 masih dapat melintasi genangan dengan ketinggian maksila 30 centimeter. Sementara untuk truk golongan 3 dapat melintasi genangan dengan ketinggian maksimal 50 centimeter. Sebab, genangan air tidak hanya berbahaya bagi mesin, tetapi juga barang yang diangkut.
“Dan tampaknya ini baru awal musim hujan. Biasanya menjelang Imlek, hujan akan lebih dahsyat. Hal ini harus diantisipasi oleh pengusaha,” ujar Kyatmaja.
Mengatasi genangan
Sementara itu, dalam keterangannya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencatat terdapat sembilan titik banjir yang penanganannya menjadi tugas Kementerian PUPR. Titik-titik tersebut antara lain di Kali Angke, Kebun Jeruk, Bidaracina, dan Kampung Melayu.
Untuk penanganan banjir ke depan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berharap agar proyek normalisasi yang telah dilakukan sepanjang 16 kilometer di Kali Ciliwung dapat dilanjutkan kembali. Penanganan proyek tersebut mesti dilakukan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sementara di sisi hulu, Kementerian PUPR tengah membangun bendungan kering Ciawi dan Sukamahi. Kedua bendungan yang didesain khusus untuk mengurangi volume air yang mengalir ke hilir ketika musim penghujan tersebut ditargetkan dapat selesai tahun ini. Saat ini realisasi pembebasan lahannya sekitar 95 persen.
Terkait dengan adanya banjir di beberapa titik di jalan tol, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama operator told an Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menggratiskan jalan tol selama 18 jam. Penggratisan berlaku untuk ruas tol Cawang-Grogol-Tomang yang dikelola PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan ruas Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok-Ancol Timur-Jembatan Tiga-Pluit yang dikelola PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
Penggratisan dimulai pada Rabu (1/1) pukul 18.00 WIB sampai Kamis (2/1) pukul 12.00 WIB. Kebijakan itu diambil sebagai kompensasi kepada masyarakat atas banjir yang terjadi di beberapa titik di jalan tol.
Di tempat lain, Kementerian Perhubungan akhirnya membuka kembali Bandar Udara Halim Perdana Kusuma yang sempat ditutup karena banjir. Bandar Udara Halim Perdana Kusuma dibuka kembali pada Rabu pukul 14.30 dengan lebar landasan pacu 30 meter dari lebar normal 45 meter. Pesawat yang dapat dioperasikan sementara adalah tipe A320 dan Boeing 737.
Sementara, dalam keterangan tertulis, Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan, penutupan sementara Bandar Udara Halim Perdanakusuma mengakibatkan 45 penerbangan Batik Air mengalami perubahan rute penerbangan. Selain itu, terdapat 21 penerbangan dari Bandar Udara Halim Perdana Kusuma yang dibatalkan. Demikian pula terdapat 8 penerbangan Wings Air yang mengalami pembatalan.