Drainase Tak Optimal, Sejumlah Wilayah Palangkaraya Direndam Banjir
›
Drainase Tak Optimal, Sejumlah...
Iklan
Drainase Tak Optimal, Sejumlah Wilayah Palangkaraya Direndam Banjir
Hujan tanpa henti berintensitas tinggi menyebabkan Kota Palangkaraya dilanda banjir di beberapa wilayah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Hujan tanpa henti berintensitas tinggi menyebabkan Kota Palangkaraya dilanda banjir di beberapa wilayah. Derasnya arus air di saluran irigasi juga sebabkan dua jembatan rusak dan retak. Kedua jembatan itu pun ditutup sementara hingga perbaikan selesai.
Hujan melanda Kota Palangkaraya dan sekitar sejak Sabtu (4/1/2020) malam hingga Minggu (5/1/2020) siang tanpa henti. Hujan dengan intensitas tinggi juga terjadi lagi pada Minggu sore sekitar pukul 16.00 WIB.
Wilayah yang tergenang anjir seperti di Jalan Bukit Raya hingga Jalan Beliang, Kelurahan Palangka, mulai digenangi air sejak Minggu dini hari. Masyarakat pun bangun dan mulai menyelamatkan barang-barang ke bagian rumah yang lebih tinggi.
Bama Adiyanto, Warga Gang Raya I, Jalan Bukit Raya mengungkapkan, keluarganya dan beberapa tetangga mulai bersiap sekitar pukul 01.00 WIB dini hari karena air mulai memasuki halaman rumah mereka. Pada pukul 03.00 wib air mulai memasuki rumah.
“Air mulai surut siang hari, tapi tidak bisa begini terus. Masa mau menunggu hujan berhenti baru surut. Harus ada pengerukan di saluran irigasi antaraJalan Bukit Raya dan Jalan Beliang,” ungkap Bama.
Selain daerah Bukit Raya, banjir langganan setiap musim hujan juga melanda Jalan Temanggung Tilung. Rumah-rumah di pinggir jalan sudah menyiasati dengan meninggikan fondasi rumah, namun beberapa rumah terlihat masih terendam air akibat luapan drainase yang tak berjalan optimal.
Tak hanya rumah, air juga merendam badan jalan dan mengganggu lalu lintas. Sebagian besar jalan di Bukit Raya dengan panjang 2,4 kilometer itu digenangi air. Terlihat drainase sepanjang jalan juga penuh dan meluap.
Mulyadi (35), pemilik lapak sayuran di Temanggung Tilung mengungkapkan, pada Desember lalu dirinya meninggikan fondasi rumahnya di bagian depan. Pasalnya, sejak tinggal di tempat itu pada tahun 2010 rumah dan lapaknya selalu direndam banjir saat hujan datang.
“Genangan depan rumah juga mengganggu, karena setiap kendaraan yang lewat cipratannya selalu sampai ke lapak saya,” kata Mulyadi.
Genangan depan rumah juga mengganggu, karena setiap kendaraan yang lewat cipratannya selalu sampai ke lapak saya
Sementara itu, hujan dengan intensitas tinggi juga sebabkan arus di saluran irigasi semakin deras dan menghantam fondasi jembatan penghubung di Kereng Bangkirai hingga badan jalan retak.
Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) Sihotang mengungkapkan, volume air yang begitu deras sebabkan jembatan penguhubung jalan itu retak pada bagian tengah. Bahkan, beberapa bagian fondasi yang terbuat dari semen juga mulai amblas.
“Makanya jalan ini kami tutup sementara hingga ada perbaikan dari pemerintah. Tadi dari dinas-dinas terkait juga sudah melakukan pengecekan,” ungkap Sihotang.
Selain di Kereng Bangkirai, fondasi jembatan di Jalan Tjilik Riwut juga sempat dihajar arus air dan sebabkan salah satu tiang listrik di sampingnya nyaris ambruk. Saat ini tiang listrik sudah diperbaiki dan diganti di lokasi yang baru, sedangkan fondasi jembatan masih dalam perbaikan.
Kepala Bidang Pencagahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng Kibue mengungkapkan, pihaknya memetakan wilayah rawan banjir di Kalimantan Tengah. Setidaknya terdapat tiga kabupaten rawan banjir, yakni Kabupaten Katingan, Gunung Mas, dan Barito Utara.
“Katingan itu langganan banjir, ada sekitar enam kecamatan yang selalu dilanda banjir di musim hujan seperti ini,” ungkap Kibue.
Kibue menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan perahu karet, pelampung, dan peralatan evakuasi di setiap daerah. Pihaknya juga terus memberikan himbauan kepada masyarakat untuk selalu waspada terhadap bencana banjir.
“Warga bisa membantu dengan melakukan kerja bakti, minimal membersihkan drainase yang tak optimal lantaran sampah, dan tentunya tidak membuang sampah ke saluran itu,” ungkap Kibue.