Pemprov Sumatera Selatan mempertimbankan status siaga bencana banjir dan longsor untuk mempermudah penanganan bencana hidrometeorologi. Curah hujan sejumlah wilayah di provinsi tersebut diprediksi meningkat signifikan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan segera menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor untuk mempermudah penanganan bencana hidrometeorologi. Dua daerah sudah menetapkan status siaga karena beberapa bencana alam telah melanda wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Iriansyah di Palembang, Senin (6/1/2020), mengatakan, dua daerah yang telah menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor yakni Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam.
Banjir bandang beberapa kali telah melanda Kabupaten Lahat, tepatnya di Kecamatan Mulak Ulu dan Mulak Sebingkai, Senin (30/12/2019). Akibatnya, sejumlah infrastruktur seperti rumah warga dan jembatan rusak.
Selanjutnya, pada Minggu (5/1/2020), longsor juga menutup jalan nasional ruas Lahat-Pagar Alam. Akibatnya, kendaraan dialihkan jalur alternatif karena tanah longsor sempat menutup jalan. "Namun semua bencana tersebut sudah diantisipasi dengan cepat," kata Iriansyah.
BPBD Sumsel telah mengusulkan status siaga bencana di wilayah Sumatera Selatan mengingat beberapa daerah sangat rawan longsor dan banjir. "Rekomendasi sudah diajukan tinggal menunggu keputusan Gubernur," kata Iriansyah.
Beberapa wilayah rawan banjir berada di sekitar sungai seperti Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Rawas, dan Musi Rawas Utara. Adapun daerah rawan longsor di Kota Pagar Alam, Muara Enim, Lahat, dan Empat Lawang. "Melihat potensi hujan dalam beberapa hari ke depan, pemerintah daerah dan instansi terkait diharapkan lebih waspada," ucapnya.
BPBD Sumsel telah mengusulkan status siaga bencana di wilayah Sumatera Selatan mengingat beberapa daerah sangat rawan longsor dan banjir.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Bambang Benny Setiadji mengungkapkan, indikasi menguatnya Angin Muson Cina Selatan (Muson Barat) yang sarat uap air dapat memicu peningkatan curah hujan serta potensi hujan disertai petir dan angin kencang. Kondisi ini umumnya terjadi pada siang hingga sore hari. Adapun potensi hujan ringan hingga sedang dengan durasi lama biasanya terjadi pada malam hingga dini hari.
Bambang menjelaskan, pertumbuhan pusat tekanan rendah di wilayah Australia (Belahan Bumi Selatan) menyebabkan belokan dan pertemuan massa udara di wilayah Sumsel hingga sepekan ke depan. Kondisi ini akan meningkatkan kontinuitas hujan di wilayah Sumsel bagian barat.
Bambang mengimbau masyarakat dan pihak terkait melakukan tindakan preventif guna menekan dampak bencana hidrometeorologi, di antaranya perbaikan infrastruktur penahan bencana termasuk pembersihan drainase. Selain itu, Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kolam-kolam retensi juga mesti dinormalisasi.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Sumsel Rosidin Hasan menuturkan, untuk mengantisipasi potensi bencana di Sumsel, pihaknya sudah mengajukan tambahan logistik kepada Kementerian Sosial. Logistik tersebut berupa bahan pangan dan bantuan lain seperti pakaian serta kebutuhan pokok korban bencana.
Untuk beras misalnya, dari cadangan pangan sebesar 64 ton, Dinsos Sumsel telah mengajukan 50 ton. "Jumlah ini hanya sebagai persiapan, jika yang dibutuhkan lebih banyak tentu akan ditambah. Namun, saya harap tidak banyak bencana di Sumsel," katanya.
Wakil Kapolda Sumsel Brigadir Jenderal Rudi Setiawan mengatakan, ada tiga hal yang menjadi fokus penanganan bencana yakni mitigasi bencana, saat bencana terjadi, dan pascabencana. Selain itu, pihaknya sudah menyiapkan posko khusus untuk mempermudah koordinasi antarinstansi terkait.
Bahkan, alat komunikasi di semua instansi akan diintegrasikan dan dikoordinasikan oleh BPBD Sumsel. "Dengan cara ini diharapkan penanganan dan antisipasi bencana bisa lebih optimal, terutama terkait penanganan korban bencana," kata Rudi.