559 Desa di NTB Berpotensi Dilanda Bencana Hidrometeorologi
›
559 Desa di NTB Berpotensi...
Iklan
559 Desa di NTB Berpotensi Dilanda Bencana Hidrometeorologi
BPBD Nusa Tenggara Barat, menetapkan siaga darurat bencana hidrometeorologi. Dari 770 desa/kelurahan di provinsi ini, 77,83 persen atau 599 desa di antaranya berpontensi dilanda bencana hidrometeorologi
Oleh
KHAERUL ANWAR
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Barat, menetapkan siaga darurat bencana hidrometeorologi. Dari 770 desa/kelurahan di provinsi ini, 77,83 persen atau 599 desa di antaranya berpontensi dilanda bencana hidrometeorologi.
Sisanya 171 desa/kelurahan dinilai memiliki risiko kecil terhadap ancaman bencana hidrometeorologi seperti seperti angin kencang, hujan, tanah longsor, banjir dan gelombang tinggi. Menurut Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ahsanul Khalik, siaga bencana hidrometeorologi berlangsung 1 Januari-31 Maret 2020.
"Kami menetapkan siaga darurat itu karena sesuai analisis dan peringatan BMKG NTB yang diberikan kepada kami. Oleh sebab itu semua pihak mewaspadai cuaca buruk itu, ” ujarnya di Mataram, Lombok, Selasa (7/1/2020).
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Lombok Barat, Luhur Tri Uji Prayitno, mengutarajan kondisi dinamika atmosfer, yaitu ENSO (El Nino Southern Southern Oscillation) dalam kondisi normal. Sementara suhu muka laut perairan NTB dalam kondisi hangat.
Kami menetapkan siaga darurat itu karena sesuai analisis dan peringatan BMKG NTB yang diberikan kepada kami. Oleh sebab itu semua pihak mewaspadai cuaca buruk itu, ujar Ahsanul Khalik
Analisis angin menunjukkan angin baratan memasuki wilayah Indonesia. Pergerakan Madden Jullian Oscillation (MJO) pun mulai aktif di wilayah Indonesia. Dari data itu peluang terjadi hujan pada dasarian I Januari 2020 cukup tinggi, di atas 20 mm-50 mm sebesar 80 persen-90 persen, dan peluang terjadi hujan lebih 100 persen per dasarian 20 persen-90 persen di hampir seluruh wilayah NTB.
Namun dari 21 Zona Musim (zom) di NTB, ada delapan zom memasuki musim hujan, kemudian delapan zom diindikasikan masuk musim hujan. Baru dikatakan masuk musim hujan jika curah hujan di atas 50 mm dan diikuti dua dasarian berikutnya. Saat ini ada tiga zom di Lombok dan masing-masing satu zom di Kabupaten Sumbawa dan Bima belum masuk musim hujan.
“Melihat kondisi itu kemungkinan besar, yang lima zom belum masuk musim hujan itu, diprediksi masuk musim hujan di bulan Januari. Berarti di Januari semua zom masuk musim hujan dan puncaknya nanti Januari-Februari seperti prakiraan BMKG. Jadi ada benarnya BPBD NTB menyatakan siaga bencana hidrometeorologi, yang perlu diwaspadai bersama,” ujar Luhur.
Dampak Kondisi cuaca dan iklim di NTB sudah dialami secara nyata di awal Januari. Misalnya, diketahui, Sabtu (4/1/2020) sore, gelombang tinggi terjadi di Pantai Ampenan, Kota Mataram, yang mengakibatkan dua anak terseret arus, meski mereka dapat diselamatkan.
Kemudian banjir yang merendam Desa Bolo, Desa Candi dan Desa Monggo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, 31 Desember 2019. Air setinggi sekitar satu meter itu dikirim dari wilayah Kecamatan Donggo, menyusul hujan lebat mengguyur Kabupaten Bima.
Dampak bencana hidrometeorologi diperkirakan semakin sering terjadi selama tiga bulan ke depan, mengingat dari 770 desa/kelurahan di NTB sebanyak 77,83 persen di antaranya berisiko tinggi mengalami cuaca ekstrim, kata Ahsanul Khalik. Ancaman cuaca ekstrim tertinggi di Kabupaten Lombok Timur (239 desa/kelurahan), Kabupaten Bima (169) dan Kabupaten Lombok Tengah (119).
Pemetaan
Hasil pemetaan BPBD NTB menyebtkan, desa-desa terancam cuaca ekstrim yang akan mengakibatkan tanah longsor antara lain di Kecamatan Suwela dan Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Titik ancaman longsor berada di dess-desa yang berdekatan dengan Gunung Rinjani (3.726 mdpl) Lombok.
Misalnya di sekitar Pusuk Sembalun, hampir tiap tahun dilanda tanah longsor. Jalan di sekitar Pusuk sudah dilebarkan, namun ancaman longsor datang dari tebing di salah satu sisi jalan, dengan kemiringan nyaris tegak lurus.
Sedang di Kota Bima, ancaman banjir antara lain datang dari kawasan Hutan Ncai Kapenta – berada di batas Kelurahan Jatibaru, Kecamatan Asakota, Kota Bima dan Kecamatan Wera, Kabupaten Bima. Kawasan hutan jati itu berada di atas Kota Bima. Sekitar dua dekade lalu, populasi kayu hutan dibabat habis, dan tatkala musim hujan, air hujan tumpah ke Kota Bima yang bentang alamnya seperti topi baja terbalik, dan bagian selatannya dikitari perbukitan.
Kepala Desa Sembalun Bumbung, Suhardi, mengaku desanya merupakan langganan banjir dan tanah longsor setiap tahun seperti kawasan Pusuk Sembalun. Hujan mulai mengguyur wilayah itu akhir Desember dan sepekan terakhir Januari. Hujan yang tidak terlalu deras telah menggerus material dan tanah dari kawasan hutan dan perbukitan ke pinggir jalan.
Karena desa termasuk rawan bencana banjir dan longsor, Suhardi rutin melakukan sosialisasi dan imbauan kepada masyarakat agar mengantisipasinya. Upaya lain mengerahkan generasi muda bersama Tim Siaga Desa (beranggotakan 25 orang) untuk membersihkan serakan material dan tanah yang menutupi jalan agar tidak mengganggu arus lalu lintas menuju salah satu desa obyek wisata itu.
“Aktivitas generasi muda untuk bersih-bersih itu berjalan mulai Desember lalu (2019) sampai sekarang. Ini langkah antisipasi, karena desa kami rawan longsor dan banjir,” kata Suhardi.