Siaga Bencana Merata
Sejumlah daerah menyiapkan dana khusus mengantisipasi bencana. Pemerintah menyiapkan dana stimulus bagi penyintas yang rumahnya rusak melalui dana transfer ke daerah.
KEPULAUAN SANGIHE, KOMPAS Warga di beberapa wilayah Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, yang diterjang banjir bandang dan longsor, Senin (6/1/2020), bahu-membahu memindahkan timbunan material banjir. Warga yang rumahnya rusak akan mendapat bantuan uang tunai.
Di Kampung Lebo, Kecamatan Manganitu, puluhan laki-laki dewasa menggali timbunan tanah 1 meter yang menerjang sebuah rumah. Para ibu membentuk barisan mengoper air dengan ember. Sebagian warga mengangkut dan memotong kayu-kayu yang menumpuk. Sementara itu, sebuah ekskavator memindahkan bebatuan besar sisa banjir.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, Presiden Joko Widodo terus mengikuti pemulihan dampak bencana, termasuk di Kepulauan Sangihe. Dalam rangka mempercepat pemulihan itu juga ia mengunjungi Kampung Lebo.
”Saya anggap ini perintah juga,” kata Doni di Kampung Lebo, pagi hari sebelum Helikopter MI-35P milik TNI AD yang ia tumpangi bersama Asisten I Gubernur Sulut Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Edison Humiang dan staf BNPB Egy Massadiah gagal melanjutkan terbang. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.
Senin pagi kemarin, Doni menegaskan bahwa gotong royong warga bersama Pemkab Kepulauan Sangihe, BPBD, TNI, Polri, hingga sukarelawan mampu mengatasi dampak banjir bandang, Jumat (3/1) lalu. Setidaknya, akses jalan kabupaten yang tertutup longsor telah terbuka kembali. Jalan kabupaten di kampung Lebo, yang terletak di antara perbukitan dan pantai barat laut Pulau Sangihe masih berlumpur dan licin. Tumpukan tanah berlumpur telah ditepikan. Bukit yang ditumbuhi berbagai jenis pohon, seperti kelapa, cengkeh, dan pala tampak porak-poranda.
Data BPBD Kepulauan Sangihe, 3 orang tewas dan 8 lainnya luka-luka akibat bencana itu. Semuanya warga Lebo, Manganitu. Selain Kampung Lebo, Kampung Sesiwung, Belengan, dan Barangkalang di Manganitu serta Ulung Peliang di Kecamatan Tamako, juga diterjang banjir bandang. Total 56 rumah hilang atau rusak berat, 8 rusak sedang, dan 10 rusak ringan di empat kampung itu. Lebih dari 370 warga mengungsi.
Tiga jembatan kayu hanyut dan dua jembatan lainnya tertutup. Kerusakan juga mencakup gereja, sekolah, hingga perkebunan warga. Sebuah jalan nasional di Kecamatan Kendahe juga terdampak longsor. Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Gaghana mengatakan, Pulau Sangihe pernah diterpa banjir bandang pada 2016 yang menewaskan 5 orang. ”Tapi tidak separah sekarang karena dulu cuma satu kecamatan, Tahuna Barat. Sekarang tiga kecamatan,” katanya.
Menurut Kepala BPBD Kepulauan Sangihe Revolius Pudihang, nilai kerusakan infrastruktur akibat banjir Rp 25 miliar. ”Dalam jangka pendek, kami akan membersihkan lokasi dan menyalurkan air bersih. Aliran air minum yang sudah ada terputus,” katanya.
Dana stimulus
Terkait hal ini, Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, Presiden Jokowi telah memutuskan korban bencana hidrometeorologi kali ini akan mendapat bantuan uang untuk membangun lagi. Keluarga yang rumahnya rusak berat atau hanyut akan mendapat Rp 50 juta, rusak sedang Rp 25 juta, dan rusak ringan Rp 10 juta.
”Itu dana stimulan, tidak mungkin semuanya untuk bangun rumah. Pembagian uangnya kami serahkan ke daerah,” kata Doni. Selain itu, BNPB juga menyerahkan dana siap pakai untuk penanganan dampak banjir bandang Rp 500 juta kepada Pemkab Kepulauan Sangihe. Dana itu dapat digunakan untuk berbagai jenis kebutuhan, mulai dari pengadaan bahan makanan, tempat tinggal, hingga mengupah pekerja yang membersihkan area banjir.
Terkait kondisi geografis, Doni menyoroti wilayah terdampak longsor seperti terlihat di Kampung Lebo. Alih fungsi lahan untuk tanaman perkebunan seperti cengkeh dan pala tidak cukup kuat menahan curah hujan tinggi. Warga diimbau tidak menanam tumbuhan hortikultura di lahan dengan kemiringan 30 derajat ke atas.
Sebagai gantinya, Doni meminta masyarakat dan pemerintah menanam tumbuhan dengan akar lebih kuat, tetapi juga bernilai ekonomis. ”Sagu, sukun, dan aren punya akar yang cukup kuat,” kata dia. Bupati Kepulauan Sangihe Jabes menyatakan, alih fungsi lahan di Sangihe tidak masif. Akar tumbuhan sudah cukup kuat. ”Tapi, saran dari Pak Doni akan kami laksanakan segera,” katanya.
Banjir Cirebon
Di Cirebon, Jawa Barat, banjir mengancam 109.163 warga. Mengantisipasi bencana berulang, Pemkab Cirebon menyiapkan dana tanggap darurat banjir Rp 10 miliar. Dalam Rapat Koordinasi Penanganan Bencana di Markas Kepolisian Resor Kota Cirebon, Senin kemarin terungkap 51 desa di tujuh kecamatan terancam banjir. Yakni, Ciledug, Pabedilan, Pasaleman, Gebang, Losari, Waled, dan Gunung Jati.
Jika terjadi banjir dan berdampak pada warga serta fasilitas umum, status siaga dinaikkan jadi tanggap darurat banjir. ”Dengan begitu, dana tak terduga Rp 10 miliar bisa dicairkan. Kalau kurang, ditambah,” kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cirebon Eman Sulaeman.
Kepala BPBD Cirebon Dadang Suhendra menambahkan, dalam peta bencana di Jabar, Cirebon termasuk urutan keenam paling rawan banjir, longsor, hingga kekeringan. ”Empat tahun lalu, Cirebon masih urutan ketujuh,” ucapnya. Antisipasi bencana hidrometeorologis, Pemprov Sumatera Selatan segera menetapkan status siaga banjir dan longsor untuk mempermudah penanganan. Dua daerah sudah menetapkan status siaga karena beberapa bencana alam telah melanda wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Sumatera Selatan Iriansyah mengatakan, dua daerah yang telah menetapkan status siaga adalah Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam. Banjir bandang beberapa kali melanda Kabupaten Lahat, tepatnya di Kecamatan Mulak Ulu dan Mulak Sebingkai, Senin (30/12/2019). Akibatnya, banyak rumah warga dan jembatan rusak.
Minggu (5/1/2020), longsor juga menutup jalan nasional ruas Lahat-Pagar Alam. Kendaraan dialihkan ke jalur alternatif karena tanah longsor sempat menutup jalan. ”Namun, semua bencana tersebut sudah diantisipasi,” kata Iriansyah. BPBD Sumsel telah mengusulkan status siaga bencana di wilayah Sumsel mengingat beberapa daerah sangat rawan longsor dan banjir. Rekomendasi sudah diajukan, tinggal menunggu keputusan gubernur.
Antisipasi banjir juga dilakukan Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, dengan menyiagakan puluhan mesin pompa di pintu-pintu air. Pompa-pompa untuk membuang air dari sejumlah anak Sungai Bengawan Solo ke sungai induknya.
Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Solo Arif Nurhadi mengatakan, wilayah Kota Solo dilintasi sejumlah anak Sungai Bengawan Solo, di antaranya Kali Jenes, Wingko, Pepe, dan Kali Anyar yang semuanya mengalirkan airnya ke Bengawan Solo. (OKA/IKI/RAM/RWN)