Juventus menyabet gelar juara paruh musim Liga Italia seusai membekap tuan rumah AS Roma 2-1, Senin dini hari WIB. Juara musim dingin hampir selalu finis sebagai kampiun.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
ROMA, MINGGU – Juventus tidak menyia-nyiakan hasil imbang yang diperoleh rivalnya, Inter Milan, atas Atalanta pada laga Minggu dini hari waktu Indonesia. Skuad “Si Nyonya Besar” langsung tancap gas ke puncak klasemen Serie A dengan membekap AS Roma 2-1 di Stadion Olimpico, Senin (13/1/2020) dini hari WIB.
Kemenangan 2-1 atas salah satu musuh bebuyutannya itu mengantarkan Juventus meraih status sebagai winter scudetto alias juara musim dingin di Liga Italia. Setelah melewati 19 pekan atau putaran pertama di Liga Italia, Juve kini mengemas 48 poin atau unggul dua poin dari Inter. Adapun Lazio menguntit di belakang mereka dengan koleksi 42 poin dari 18 laga.
Secara tradisi, gelar winter scudetto kerap dijadikan “bola kristal” untuk meramal juara di akhir musim Liga Italia. Dalam satu dekade terakhir, Si Nyonya Besar selalu finis sebagai juara Liga Italia jika di musim yang sama dinobatkan sebagai juara musim dingin. Hal itu terjadi selama enam musim, yaitu pada 2011-2012, 2012-2013, 2013-2014, 2014-2015, 2016-2017, 2018-2019.
Meskipun demikian, juara di musim dingin memang tidak selalu meraih scudetto pada akhir musim itu. Dalam satu dekade terakhir, pengalaman buruk itu dialami Napoli pada musim 2015-2016 dan 2017-2018. Di akhir musim, gelar juara Liga Italia yang nyaris mereka genggam direbut Juventus. Si Nyonya Besar merupakan penguasa Liga Italia selama delapan musim terakhir secara beruntun.
Saat meraih gelar juara musim dingin di Olimpico, Juve tampil menggebrak sejak awal laga itu. Laga baru berjalan tiga menit, tim tamu telah unggul melalui sontekan bek tengah Merih Demiral di menit ke-3 laga itu. Mantan bek Sassuolo itu mengukir gol pertamanya untuk Juve. Namun, tidak lama berselang, ia ditarik keluar dan digantikan Matthijs de Ligt menyusul cedera lutut.
Juve lalu menambah keunggulan akibat kecerobohan pemain Roma, Jordan Veretout, yang tidak sigap menerima bola dari kiper Pau Lopez di dekat areal kotak penalti. Bola hasil operan Lopez dicuri Paulo Dybala, penyerang Juve. Veretout menarik baju Dybala sehingga berbuah penalti untuk Juve. Cristiano Ronaldo memaksimalkan penalti itu menjadi gol kedua Juve di menit ke-10.
Roma hanya bisa membalas satu gol lewat penalti Diego Perotti. “Sangatlah sulit menghadapi Juve dan kami memberikan begitu saja dua gol cepat. Kami sempat tampil baik setelahnya (di babak kedua) melawan tim sehebat mereka. Namun, sulit jika sudah tertinggal dua gol lebih dulu,” ujar Pelatih AS Roma Paulo Fonseca.
Pada babak pertama laga itu, Roma nampak kesulitan mengatasi tekanan dan menyerang Juve. Satu-satunya pemain “Il Lupi” yang tampil di atas standar pada babak pertama laga itu adalah Nicola Zaniolo. Gelandang kreatif berusia 20 tahun yang disebut-sebut sebagai bintang masa depan Italia itu sempat mempertontokan sihir menakjubkannya, yaitu melintasi dua pertiga lapangan seraya melewati empat pemain Juve.
Kehilangan Zaniolo
Namun, aksinya itu dihentikan De Ligt, bek muda Juve, lewat tekelnya di depan kotak penalti. Tekel itu menjadi bencana bagi Zaniolo. Ia mengerang kesakitan dan harus ditandu keluar sebelum akhirnya dilarikan menggunakan ambulans ke rumah sakit Villa Stuart. Dari hasil diagnosal awal, gelandang tim nasional Italia itu mengalami retak ACL dan robek otot meniskus di kaki kanannya.
Zaniolo pun diperkirakan harus absen hingga akhir musim ini. Dengan demikian, kansnya untuk membela “Gli Azzurri” alias timnas Italia di Piala Eropa 2020 pun menipis. Ia dikhwatirkan tidak bisa pulih tepat waktu saat dimulainya turnamen empat tahunan itu pada pertengahan Juni mendatang. Ia langsung menjalani operasi pemulihan pada Senin ini.
Zaniolo merupakan pemain kunci AS Roma dan telah menyumbang enam gol dan dua asis dari 23 laga musim ini. Roma pun sangat kehilangannya. “Ini momen yang buruk bagi kami dan Zaniolo harus fokus dengan pemulihannya secepat mungkin. Kami sangat sedih. Namun, besok adalah hari baru bagi kami,” tutur Fonseca kemudian.
Sementara itu, Pelatih Juventus Maurizio Sarri juga mengkhawatirkan cederanya pemainnya di laga itu, yaitu Demiral. Bek baru itu menjadi andalan Juve di beberapa laga terakhir. Ia bahkan mampu menyisihkan De Ligt, mantan bek Ajax yang juga sempat diincar Barcelona. “Kakinya terkilir. Kami tidak bisa mengetahunya sebelum pemeriksaan besok. Namun, Iiu bisa saja serius,” tuturnya dikutip Football-Italia.
Adapun Zaniolo bereaksi atas cederanya di laga kontra Juve. “Saya berjanji kepada kalian akan lebih kuat dari sebelum-sebelumnya,” tulisnya di akun Instagram-nya. (AFP/Reuters)