Harga jagung saat ini telah berada di atas harga acuan pemerintah dan terancam memasuki kondisi krisis. Ancaman krisis itu berakar dari pengelolaan stok jagung nasional yang tidak berdasarkan data akurat.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga jagung saat ini telah berada di atas harga acuan pemerintah dan terancam memasuki kondisi krisis. Ancaman krisis itu berakar dari pengelolaan stok jagung nasional yang tidak berdasarkan data akurat.
Ketua Bidang Riset dan Teknologi Dewan Jagung Nasional Tony J Kristianto menyatakan, jagung nasional akan memasuki kondisi kritis mulai pekan ketiga Januari 2020 hingga Februari. ”Saat ini harganya telah menembus Rp 5.000 per kilogram dan nanti berpotensi menyentuh angka Rp 6.000 per kg,” katanya saat dihubungi pada Selasa (14/1/2020).
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, harga acuan tertinggi untuk pembelian jagung dengan kadar air 15 persen di tingkat petani mencapai Rp 3.150 per kg. Harga acuan penjualan di tingkat konsumen Rp 4.000 per kg.
Menurut Tony, kenaikan harga tersebut menunjukkan ketidakmampuan pasokan yang ada dalam memenuhi permintaan kebutuhan jagung, utamanya untuk pakan ternak. Berdasarkan data yang dihimpunnya, stok awal tahun 2020 mencapai 350.000 ton, sedangkan kebutuhan jagung pakan berkisar 1 juta-Rp 1,2 juta ton per bulan.
Tony memprediksi, panen jagung mulai minggu ketiga dan keempat Februari mendatang dengan volume sekitar 1 juta ton. Namun, stok ini belum bisa memenuhi kebutuhan karena masih membutuhkan waktu untuk pengeringan di tengah musim hujan.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin menyatakan, harga jagung di tingkat petani mencapai Rp 4.200 per kg. ”Kondisi ini lumrah karena Januari merupakan masa di antara masa tanam dan masa panen sehingga petani tidak memiliki jagung. Namun, ada panen kecil-kecilan di Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo,” ucapnya saat dihubungi.
Sholahuddin menyebutkan, Februari mendatang merupakan masa panen raya. Sepanjang 2020, dia memperkirakan, produksi jagung nasional akan menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Berdasarkan pantauannya, Sholahuddin menuturkan, penurunan produksi tersebut disebabkan hama tikus dan ulat grayak serta keterlambatan distribusi pupuk. Oleh karena itu, dia mengharapkan pemerintah menyalurkan bantuan untuk permasalahan tersebut.
Dari sisi konsumen, peternak turut mengeluhkan kenaikan harga jagung pakan. Ketua Umum Pengurus Pusat Pehimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia Singgih Januratmoko menyatakan, harga jagung di sentra-sentra peternakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur berkisar Rp 4.500-Rp 5.000 per kg.
Kenaikan harga ini berimbas pada meningkatnya ongkos produksi ayam pedaging dan telur ayam. Singgih menyatakan, peternak mau tidak mau memangkas keuntungan untuk mengompensasi kenaikan ongkos produksi itu.
Singgih juga mengharapkan pemerintah membuka keran untuk impor jagung pakan sebesar 100.000 ton. Tujuannnya untuk menstabilkan harga jagung pakan serta memenuhi kebutuhan peternak skala mikro dan kecil.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi menilai, kondisi pasokan jagung saat ini tergolong aman. Pasokan akan bertambah karena adanya panen pada Februari.
Tak akurat
Menurut Tony, krisis jagung yang mengancam Indonesia awal tahun ini berakar pada manajemen stok yang berdasarkan data tak akurat. ”Belum ada koreksi signifikan (terhadap data jagung),” katanya.
Sebagai gambaran, Kementerian Pertanian memperkirakan produksi jagung nasional sepanjang 2019 mencapai 33 juta ton. Di sisi lain, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memprediksi produksi jagung Indonesia sepanjang 2019 13,3 juta ton.
Tony menyatakan, Dewan Jagung Nasional telah memperingatkan pemerintah terkait krisis jagung ini sejak September 2019. ”Saat itu, kami sudah usulkan untuk impor jagung pakan dan datang ke Indonesia paling lambat Desember 2019. Terlambat kalau impor sekarang karena panen jagung pada Februari 2020,” katanya.
Sementara itu, Sholahuddin menilai, kenaikan harga jagung pada awal tahun menandakan manajemen stok perlu dievaluasi. Sebanyak 60 persen produksi jagung tahunan dihasilkan pada triwulan I setiap tahun.
Oleh karena itu, aspek penyimpanan menjadi penting agar hasil produksi pada triwulan-I dapat memenuhi kebutuhan jagung sepanjang tahun. Dalam hal ini, Sholahuddin menyatakan, petani membutuhkan mesin pengering yang mampu menjaga kualitas jagung agar tahan lama saat disimpan sejak masa panen raya.