“Live Streaming” dan Teknologi yang Saling Berkaitan
›
“Live Streaming” dan Teknologi...
Iklan
“Live Streaming” dan Teknologi yang Saling Berkaitan
Generasi muda yang hidup saat teknologi berkembang pesat tidak lagi disebut digital native (penduduk digital), melainkan streaming native. Sejalan dengan itu, tren live streaming sedang digandrungi generasi muda.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·5 menit baca
Bukan hanya seruan audiens yang menyambut Blackpink saat naik panggung, Selasa (14/1/2020) malam di Gelora Bung Karno, Jakarta. Acungan ratusan hingga ribuan ponsel pintar turut menyambut mereka. Bagi audiens, momen seperti itu harus dipotret, direkam, hingga disiarkan secara langsung di media sosial.
Kamera DSLR dan mirrorless tidak boleh digunakan saat acara berlangsung. Penyelenggara merekomendasikan audiens mengambil gambar dengan ponsel keluaran Samsung. Sebab, Blackpink hadir untuk mempromosikan Samsung A51 dan A71 yang baru diluncurkan di Indonesia, kemarin.
“Cukup sulit untuk dapat tiket ke acara ini. Kami harus ikut undian dengan membuat konten, baik video maupun foto, di media sosial. Nanti pihak Samsung yang akan mengumumkan pemenangnya. Saingan saya banyak sekali. Untung saja dapat tiket,” kata seorang audiens, Sarah (19).
Tidak ada tarian atau nyanyian dari Blackpink. Tapi, para penggemar tetap antusias merekam momen dengan ponsel. Momen tersebut kemudian diunggah ke media sosial, antara lain Instagram. Acara temu idola dengan penggemar tersebut juga disiarkan secara langsung di Youtube.
Acara tersebut mengadaptasi tren live streaming yang tengah digandrungi generasi muda. Live streaming menjadi salah satu aspek yang disoroti dalam laporan 10 Hot Consumer Trends for 2016. Laporan ini dihimpun berdasarkan wawancara dengan 4.000 responden di 24 negara.
Generasi muda yang hidup saat teknologi berkembang pesat tidak lagi disebut digital native (penduduk digital), melainkan streaming native. Berdasarkan laporan tersebut, 20 persen dari responden 16-19 tahun menggunakan di Youtube selama tiga jam per hari. Adapun 46 persen responden di kelompok umur yang sama menghabiskan waktu lebih dari sejam per hari untuk menjelajah Youtube.
Kebanyakan streaming native menonton melalui ponsel pintar. Persentasenya mencapai 59 persen. Selain menonton, mereka pun kerap mendengarkan lagu secara daring. Ada 16 persen streaming native yang mendengar musik daring selama lebih dari tiga jam per hari.
Perilaku para streaming native tidak lepas dari tingginya jumlah pengguna ponsel pintar. Menurut e-Marketer, ada 55 juta pengguna aktif ponsel pintar di Indonesia pada 2015. Ini menjadikan Indonesia sebagai negara pengguna ponsel terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Penggunanya pun didominasi generasi milenial (15-35 tahun) (Kompas.id, 5/5/2018).
Sementara itu, menurut Statista, pengguna ponsel di Indonesia diprediksi mencapai 28 persen dari total jumlah penduduk pada 2019. Angka ini diperkirakan naik menjadi 30 persen di 2020.
Di sisi lain, perusahaan teknologi seakan berlomba membuat ponsel dengan teknologi termutakhir. Ponsel keluaran terbaru ada saban bulan. Ini dilakukan agar konsumen bisa mengakses teknologi baru. “Inovasi teknologi berevolusi dengan sangat cepat. Kami harus sediakan inovasi ini secara cepat ke konsumen. Jika tidak, mereka akan mengeluh soal keterlambatan update,” kata Product Marketing Manager Samsung Indonesia Irfan Rinaldi.
Ponsel baru yang terus diproduksi dinilai sejalan dengan kebutuhan konsumen. Irfan mengatakan, rata-rata durasi pemakaian satu ponsel pintar adalah 1,5 tahun. Pada umumnya, publik akan memperbaharui diri dengan ponsel baru setelah masa itu lewat.
Lembaga penelitian Ting Mobile melakukan penelitian terhadap lebih dari 3.600 orang seputar ponsel pintar. Hasilnya dirilis pada Agustus 2019. Hasilnya, 47 persen responden akan mengganti ponsel setelah pemakaian selama 3-5 tahun. Responden lain akan mengganti ponsel setelah lima tahun (8 persen), dua tahun (30 persen), setahun (10 persen), dan kurang dari setahun (5 persen).
Keinginan konsumen untuk mengganti ponsel dilandaskan pada motivasi yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya adalah performa ponsel menurun (32 persen), ponsel hilang atau rusak (23 persen), ponsel sudah ketinggalan zaman (18 persen), dan ingin menggunakan ponsel model terbaru (10 persen).
Menjawab konsumen
Berangkat dari perilaku streaming native dan permintaan akan ponsel mutakhir, Samsung merilis ponsel seri A51 dan A71. Kedua ponsel ini disokong oleh sejumlah teknologi yang dibutuhkan para streaming native, baik di aspek layar, kamera, hingga performa.
"Kami menargetkan konsumen muda, yaitu generasi Z dan milenial, yang punya passion di bidang yang mereka geluti. Ada tiga sorotan di ponsel ini, yaitu awesome display, camera, dan performance,” kata Irfan.
Samsung A71 tidak tampak berbeda dengan A51 dalam sekali pandang. Bila diperhatikan benar, A71 dimensinya sedikit lebih besar dibandingkan A51. Bentang layar A71 adalah 6,7 inci, sedangkan A51 ialah 6,5 inci. Keduanya relatif tipis dnegan ketebalan 7,7-7,9 milimeter.
Layar A71 menggunakan Super AMOLED Plus, sedangkan A51 menawarkan tampilan Infinity-O edge-to-edge Super AMOLED. Keduanya sama-sama bertujuan agar streaming native bisa merasakan pengalaman visual yang optimal.
Kedua ponsel juga didukung oleh kapasitas baterai yang besar, yakni 4.500 mAH bagi A71 dan 4.000 mAH bagi A51. Selain tahan lama, baterai tersebut disokong oleh teknologi fast charging atau pengisian daya cepat sebesar 25 watt (A71) dan 20 watt (A51).
Salah satu aspek utama kedua ponsel tersebut adalah kamera. Keduanya dilengkapi empat kamera yang disusun menyerupai huruf “L” di bagian belakang. Ada pula kamera depan dengan resolusi 32 megapiksel di A71 dan A51.
A71 memiliki kamera main (64 megapiksel), depth (5 megapiksel), macro (5 megapiksel), dan ultra wide (12 megapiksel). A51 punya susunan kamera yang sama, namun resolusinya berbeda di kamera utama, yakni 48 megapiksel.
Bagian dalam ponsel ini menggunakan Android 10 dengan perangkat Samsung One UI 2.0. Adapun A51 menggunakan chipset berupa Exynos 9611, sedangkan A71 menggunakan Qualcomm Snapdragon 730G.
Selain untuk streaming, pengguna bisa menggunakan ponsel untuk bermain gim daring. Perangkat ponsel ini pun mumpuni dengan RAM berkapasitas 6 gigabita (A51) dan 8 gigabita (A71). Sementara itu, penyimpanan internal mencapai 128 gigabita untuk kedua ponsel.
Irfan mengatakan, animo masyarakat terhadap A51 tinggi. Pasalnya, A51 telah habis terjual setelah ia menawarkan pre-order (PO) pada 10 Januari 2020. Harga jual ponsel itu untuk sistem PO adalah Rp 4.099.000. Publik bisa membeli ponsel ini pada 24 Januari 2020 dengan harga sekitar Rp 4.399.000. Di sisi lain, Samsung belum merilis kisaran harga jual untuk A71. Namun, ponsel itu bisa dipesan melalui PO pada 20 Januari 2020.