Hampir Empat Bulan Disandera Kelompok Abu Sayyaf, WNI Akhirnya Bebas
›
Hampir Empat Bulan Disandera...
Iklan
Hampir Empat Bulan Disandera Kelompok Abu Sayyaf, WNI Akhirnya Bebas
Muhammad Farhan, WNI yang diculik dan disandera kelompok teroris Abu Sayyaf, dibebaskan militer Filipina, Rabu (15/1/2020). Farhan dan dua WNI lainnya diculik 23 September 2019. Dua orang lainnya sudah lebih dulu bebas.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Muhammad Farhan, warga negara Indonesia yang menjadi korban penyanderaan kelompok teroris Abu Sayyaf, akhirnya bebas. Farhan dibebaskan militer Filipina di Baranggay Bato Bato, Indanan Sulu, Rabu (15/1/2020) pukul 18.45 waktu setempat.
Farhan menjadi WNI terakhir yang dibebaskan. Dengan demikian, semua WNI yang sempat menjadi korban penculikan dan penyanderaan kelompok Abu Sayyaf, sebanyak tiga orang, telah selamat.
”Farhan telah menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Westmincom, Zamboanga, dan dinyatakan sehat. Selanjutnya, Farhan akan diserahterimakan dari otoritas Filipina kepada KBRI Manila dan dipulangkan ke Indonesia,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu Judha Nugraha melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Farhan merupakan salah satu dari tiga WNI yang diculik kelompok Abu Sayyaf ketika melaut di perairan Tambisan, Lahad Datu, Malaysia, 23 September 2019. Farhan merupakan anak Maharudin bin Lunani (48), korban sandera lainnya, yang telah dibebaskan akhir tahun lalu.
Maharudin dan Samiun bin Maneu (27), korban sandera lainnya, telah dibebaskan pada 22 Desember 2019. Mereka telah kembali ke keluarga masing-masing pada 26 Desember 2019.
”Pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang baik dari Pemerintah Filipina, termasuk Divisi 11 AFP di Sulu, dalam upaya pembebasan para sandera WNI,” ujar Judha.
Kelompok Abu Sayyaf merupakan kelompok teroris yang bermarkas di Jolo, Sulu, Filipina. Selama beberapa tahun terakhir, kelompok ini menculik dan menyandera orang untuk meminta tebusan. Mereka juga kerap menculik pelaut yang melaut di perairan Sulu yang menghubungkan Malaysia, Indonesia, dan Filipina.
Selama ini, Pemerintah Indonesia mengupayakan berbagai langkah diplomasi untuk membebaskan para WNI yang disandera.
Presiden Indonesia Joko Widodo melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, sedangkan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi berkoordinasi dengan Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.
Koordinasi di antara kedua negara kemudian ditindaklanjuti melalui kerja sama intensif antara badan intelijen Indonesia dan militer Filipina. Dalam misi penyelamatan yang pertama, yang membebaskan Maharudin dan Samiun, satu personel militer Filipina gugur dalam operasi tersebut.