Jauh sebelum transplantasi jantung dilakukan dari manusia ke manusia, para peneliti mencobakan transplantasi jantung pada anjing.
Oleh
·2 menit baca
Jauh sebelum transplantasi jantung dilakukan dari manusia ke manusia, para peneliti mencobakan transplantasi jantung pada anjing. Tahun 1958, ahli bedah dari Universitas Stanford, Amerika Serikat, Norman Shumway dan Richard Lower, berhasil melakukan transplantasi jantung pada anjing. Metode itu terus disempurnakan para peneliti di AS dan Afrika Selatan.
Pada 3 Desember 1967, setelah metode dinilai siap dan banyak anjing hidup sehat setelah operasi, Christiaan Barnard melakukan transplantasi jantung pada manusia untuk pertama kali di Cape Town, Afrika Selatan. Transplantasi jantung adalah penggantian jantung pada pasien gagal jantung stadium akhir dengan donor jantung dari manusia lain. Penemuan obat untuk menekan penolakan tubuh terhadap organ asing serta mencegah infeksi mampu meningkatkan peluang hidup pasien.
Kini, setiap tahun tak kurang dari 2.000 transplantasi jantung dilaksanakan di AS dan lebih dari 5.000 operasi serupa dilakukan di seluruh dunia. Tahun 2017, ada 114.000 pasien masuk daftar tunggu untuk transplantasi organ, termasuk jantung, di AS. Dalam penantian itu, rata-rata 20 pasien meninggal setiap hari. Kesenjangan antara jumlah pasien dalam daftar tunggu dan ketersediaan organ makin lebar.
Ini merupakan keberhasilan xenotransplantation (transplantasi organ dari binatang ke manusia), dalam hal ini jantung, yang pertama.
Untuk mengatasi, selain berupaya menciptakan jantung dan katup buatan, para peneliti mencari alternatif donor. Pada 1984, Leonard Bailey di Loma Linda, California, melakukan transplantasi jantung monyet babun pada bayi usia 12 hari yang dikenal sebagai Baby Fae. Ini merupakan keberhasilan xenotransplantation (transplantasi organ dari binatang ke manusia), dalam hal ini jantung, yang pertama.
Namun, Fae meninggal 20 hari kemudian karena sistem kekebalan tubuhnya menolak jantung baru. Tahun 1960-an pernah dilakukan transplantasi ginjal simpanse pada manusia oleh Keith Reemtsma. Mulai tahun 1990-an, para peneliti dan perusahaan bioteknologi mulai melirik babi sebagai pilihan donor. Hal itu didasarkan pada kemiripan ukuran dan anatomi jantung. Masalahnya, selain perbedaan genetik, babi juga mengandung virus yang bisa berpindah ke manusia.
Sampai saat ini penelitian terus dilakukan. Menurut para peneliti, setidaknya jantung babi bisa menjadi jembatan penyelamat saat pasien menunggu untuk mendapatkan donor jantung manusia. (ATK)