Aktivitas Gunung Taal Tetap Berbahaya
Meski semburan abu mulai menipis, aktivitas Gunung Taal di Filipina masih mengancam dan berpotensi melepaskan letusan. Pihak berwenang di negara itu mengatakan, Taal menunjukkan tanda-tanda berbahaya.
LEMERY, KAMIS — Meski semburan abu mulai menipis, aktivitas Gunung Taal di Provinsi Batangas, Filipina, masih mengancam dan berpotensi melepaskan letusan. Pihak berwenang Filipina, Kamis (16/1/2020), mengatakan, Taal menunjukkan tanda-tanda berbahaya meskipun ada ”jeda” memuntahkan abu.
Setiap hari sejumlah gempa vulkanik mengguncang wilayah sekitar Taal, menandakan magma sedang bergerak dan berpotensi memicu letusan.
”Kami sedang menganalisis apa arti ketenangan gunung berapi ini,” kata Maria Antonia Bornas, Kepala Spesialis Penelitian Sains di Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Phivolcs), kepada wartawan, Kamis.
Menurut Bornas, danau di dalam Gunung Taal telah mengering sejak mulai memuntahkan lava dan awan abu raksasa ke udara pada Minggu.
Namun, Gunung Taal yang berada sekitar 60 kilometer di sebelah selatan ibu kota Filipina, Manila, masih berpotensi meletus secara eksplosif. Oleh karena itu, warga tetap diminta menjauh dari zona bahaya dengan radius 14 kilometer dari gunung ini. Erupsi Taal ini menjadi pelajaran penting bagi negara Indonesia yang juga memiliki banyak gunung api yang dihuni banyak penduduk.
Direktur Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (The Philippine Institute of Volcanology and Seismology/Phivolcs) Renato U Solidum, dalam pernyatannya yang disiarkan secara daring pada Rabu (15/1/2020) mengatakan, Gunung Taal masih berpotensi meletus besar.
Baca juga: Letusan Gunung Taal Dikhawatirkan Picu Tsunami Vulkanik
Setelah letusan eksplosif pada Minggu (11/1) lalu, Gunung Taal hingga saat masih terus meletus. Sekalipun banyak rumah dan lahan pertanian yang terdampak letusan, sejauh ini belum ada laporan jatuhnya korban jiwa.
Masih mungkin bahwa lebih banyak magma akan muncul dan ketika itu terjadi sangat cepat, mungkin akan terjadi letusan eksplosif.
”Secara umum, letusan (Gunung Taal) pada hari-hari terakhir lebih lemah,” kata Solidum. Meski demikian, tambahnya, ”Masih mungkin bahwa lebih banyak magma akan muncul dan ketika itu terjadi sangat cepat, mungkin akan terjadi letusan eksplosif.”
Badan tersebut telah mendeteksi 466 gempa vulkanik sejak 12 Januari lalu, sebanyak 156 di antaranya dirasakan. ”Aktivitas seismik yang intens seperti itu mungkin menandakan intrusi magmatik terus-menerus di bawah tubuh Taal, yang dapat menyebabkan erupsi lebih lanjut,” katanya.
Dengan kondisi ini, status bahaya Gunung Taal tetap pada Level 4, yang berarti bahwa ”letusan eksplosif yang berbahaya dimungkinkan dalam beberapa jam hingga beberapa hari”. Phivolcs telah merekomendasikan evakuasi menyeluruh untuk masyarakat yang tinggal di radius 14 kilometer dari kawah.
Baca juga: Melaju di Tengah Kepungan Abu Taal
Upaya pemerintah
Pemerintah Filipina terus berupaya mengevakuasi warga di empat kota di sekitar Gunung Taal dan sejauh ini tercatat ada 121.000 orang yang mengungsi. Namun, sejumlah warga berupaya kembali ke rumah mereka untuk menyelamatkan barang dan hewan ternak mereka.
Pemerintah memperingatkan warga agar tak berspekulasi tentang turunnya aktivitas Taal. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mendorong agar penduduk desa tidak diizinkan kembali ke rumah mereka.
Solidum juga membantah tuduhan tentang kurangnya penyebaran informasi peringatan dini gunung api ini. Dia menyebutkan, lembaganya telah mengeluarkan pemberitahuan tentang aktivitasnya sejak tahun lalu.
Phivolcs telah berulang kali memperingatkan agar tidak tinggal di pulau itu yang telah menyatakan zona bahaya permanen yang terlarang untuk dihuni. Daerah itu juga pada 1960-an dinyatakan sebagai kawasan yang dilindungi pemerintah dan kemudian menjadi taman nasional yang berarti harus terlarang bagi pemukim permanen.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), terdapat sekitar 459.000 orang berada dalam zona bahaya dengan radius 14 kilometer di sekitar Gunung Taal. Sementara jika zona bahaya diperluas 17 kilometer, terdapat lebih dari 930.000 orang yang harus diungsikan.
Baca juga: Pengungsi Gunung Taal Ingin Pulang
Gunung api Taal sebenarnya tergolong kecil, dengan ketinggian hanya sekitar 311 meter. Namun, gunung ini juga merupakan tempat wisata populer yang dipadati penduduk. Gunung ini juga tumbuh di tengah danau kawah sehingga berpotensi menimbulkan tsunami vulkanik, yaitu gelombang tsunami yang dipicu aktivitas vulkanik.
Gunung paling aktif
Taal merupakan salah satu gunung paling aktif dan mematikan di Filipina yang tercatat telah meletus lebih dari 30 kali dalam lima abad terakhir. Gunung ini meletus pada tahun 1977. Sebuah letusan hebat pada tahun 1911 menewaskan 1.500 orang.
Badan Bencana Filipina melaporkan, di antara pengungsi, ada sekitar 5.000 warga yang berasal dari pulau lokasi Gunung Taal. Beberapa penduduk desa itu memaksa diri mengambil ternak mereka. Seorang penduduk desa yang kembali dari pulau itu menggambarkan, pulau tersebut menyerupai tanah kosong yang tertutup abu.
Terkait kondisi warga negara Indonesia, juru bicara Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila, Agus Buana, mengatakan, saat ini ada 75 WNI tinggal di KBRI. ”Jumlahnya berkurang karena sebagian dari mereka adalah WNI yang sedang menunggu penerbangan keluar dari Manila dan mereka sudah pergi ketika penerbangan kembali normal,” ujar Agus.
”Sebagian mahasiswa laki-laki kembali ke asrama di kampus mereka untuk bersih-bersih, tetapi akan kembali lagi ke KBRI pada Jumat ini atau besok,” lanjut Agus.
Baca juga: Tim KBRI Manila Siapkan Evakuasi
Gunung kota
Filipina terletak di cincin api Pasifik, yang disebut sabuk gunung berapi di sekitar Samudra Pasifik, tempat sebagian besar gunung api dan gempa bumi terjadi di dunia. Indonesia yang berada di jalur sama juga memiliki ancaman serupa.
Surono, ahli gunung api yang juga mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan, situasi di Taal mirip dengan gunung-gunung di Indonesia yang dipadati penduduk. ”Seperti Indonesia, Filipina harus menghadapi city on volcano. Banyak peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan infrastruktur yang mendekati gunung api aktif,” ujarnya.
Menurut Surono, banyak kota di Indonesia yang dikategorikan sebagai city on volcano. Selain Yogyakarta, kota-kota dalam kategori tersebut adalah Magelang, Boyolali, Klaten, Blitar, Kediri, dan Malang. Bahkan, di luar Jawa banyak kota yang berada di pulau gunung api, misalnya Kota Ternate yang dibangun di atas Gunung Gamalama.
”Indonesia memiliki gunung api terbanyak di dunia dan kebanyakan gunung api itu dipadati penduduk,” kata Surono. Selain bahaya letusan langsung, erupsi gunung api juga mengancam penerbangan.
”Beberapa bandara di Indonesia, seperti Ngurah Rai di Bali, Husain Sastranegara di Bandung, dan Bandara Sam Ratulangi di Manado, rentan terdampak letusan gunung api. Ini harus dimitigasi dengan baik,” jelas Surono.
(AFP/REUTERS)