Jalan Penghubung Tiga Kecamatan di Barito Timur Rusak
›
Jalan Penghubung Tiga...
Iklan
Jalan Penghubung Tiga Kecamatan di Barito Timur Rusak
Jalan penghubung tiga kecamatan di Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, yang dilewati Sungai Paku runtuh. Konstruksi jalan yang buruk dan kondisi jalan yang hanya berupa tanah menjadi penyebabnya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
TAMIANG LAYANG, KOMPAS — Jalan penghubung tiga kecamatan di Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, yang dilewati Sungai Paku runtuh. Konstruksi jalan yang buruk dan kondisi jalan berupa tanah menjadi penyebabnya. Tak hanya jalan, sungai yang merupakan sumber kehidupan warga juga tercemar lumpur dan tak bisa dikonsumsi.
Jalan tersebut berada di kawasan Dusun Gunung Karasik, Kecamatan Awang, Kabupaten Barito Timur. Jalan menghubungkan tiga kecamatan, yakni Kecamatan Awang, Patangkep Tutui, dan Kecamatan Paku, dengan total 33 desa.
Dulu, sebelum ada perusahaan tambang di sini, jalur itu ada jembatan kayu bertahun-tahun tidak rusak. Lalu, perusahaan datang dibuat jalan pakai gorong-gorong, tetapi fondasinya tidak kuat.
Yusef (40), warga Dusun Gunung Karasik, mengungkapkan, jalan tanah itu mulai rusak dan runtuh pada Sabtu (11/1/2020). Menurut dia, jalan itu merupakan jalur transportasi utama warga tiga kecamatan dan setidaknya warga di 11 desa menggunakan jalur tersebut.
”Dulu, sebelum ada perusahaan tambang di sini, jalur itu ada jembatan kayu bertahun-tahun tidak rusak. Lalu, perusahaan datang dibuat jalan pakai gorong-gorong, tetapi fondasinya tidak kuat,” kata Yusef saat dihubungi dari Palangkaraya, Jumat (17/1/2020).
Saat Kompas mengunjungi lokasi pada April 2019, kondisi Sungai Paku yang melewati jalur itu pun sudah mulai rusak. Truk-truk yang lewat selalu menumpahkan pasir dari jalan di atas sungai tersebut.
Terdapat tiga perusahaan tambang yang memfasilitasi dibangunnya jalan di jalur itu. Mereka membuat gorong-gorong dengan diameter 1-2 meter. Namun, gorong-gorong itu hampir rusak atau tertutup karena beban material tanah serta banyaknya kendaraan dan alat berat yang lewat di jalur itu.
”Sekarang gorong-gorongnya sudah tidak ada lagi karena terbawa arus sungai,” kata Yusef.
Selain Sungai Paku, penimbunan untuk jalan transportasi batubara juga terjadi di Sungai Garunggung dan Sungai Mako. Semua dibuat dengan cara yang sama, yakni dengan membuat gorong-gorong.
Melakukan penimbunan
Kepala Desa Ampar Batu Saptoso mengungkapkan, saat ini pihak perusahaan melakukan penimbunan di lokasi itu agar bisa dilewati alat transportasi. Meskipun demikian, hal itu selalu ditolak warga, pasalnya penimbunan pasir dan tanah di jalur itu hanya akan merusak sungai yang ada di bawahnya.
”Kami sudah laporkan kejadian itu ke pemerintah dan sudah beberapa kali mediasi dengan mereka dan perusahaan, tetapi ya begitu aja terus. Kalau hujan deras, turun lagi lumpurnya, tanahnya runtuh lagi,” kata Saptoso.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng Essau mengungkapkan, pihaknya akan memberikan peringatan kepada perusahaan yang terkait dengan rusaknya jalan dan pencemaran lingkungan. ”Kalau ngeyel bisa dicabut izin lingkungannya,” ujarnya singkat.
Kepala Teknik Tambang PT Bangun Nusantara Jaya Makmur (BNJM), salah satu perusahaan pemilik kawasan jalan, Nova Maulana, mengungkapkan, khusus untuk masalah jalan, pihaknya secara ekonomi memang tidak bisa membuat jembatan di jalur-jalur sungai. Namun, pihaknya sudah membuat gorong-gorong. ”Saat ini musim hujan jadi material jatuh. Ini alam, kami tidak bisa lawan,” kata Nova.