Ribuan pengungsi di Kabupaten Jayapura belum memiliki rumah pascabencana banjir bandang, 16 Maret 2019 lalu. Para pengungsi masih tinggal di lima lokasi pengungsian atau menumpang di rumah keluarga mereka.
Oleh
FABIO LOPES COSTA
·3 menit baca
SENTANI, KOMPAS- Ribuan pengungsi di Kabupaten Jayapura belum memiliki rumah pascabencana banjir bandang, 16 Maret 2019 lalu. Para pengungsi masih tinggal di lima lokasi pengungsian atau menumpang rumah kerabatnya.
Berdasar data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jayapura, total pengungsi mencapai 2.452 keluarga. Rumah mereka rusak akibat diterjang banjir bandang.
Di salah satu lokasi pengungsian yakni fasilitas Sanggar Kegiatan Belajar, daerah Kemiri, Sentani, pada Jumat (17/1/2020) tampak sebagian pengungsi tidur di lantai ruang aula. sebagian lagi berdesak-desakan di ruangan lain.
Claudina Monim, salah satu perwakilan pengungsi mengatakan, ia dan pengungsi lain tidak kekurangan makanan dan layanan kesehatan. Mereka hanya ingin memiliki rumah lagi.
Ia juga mengungkapkan, warga yang kembali pulang banyak yang memilih kembali ke pengungsian apabila hujan deras turun selama berjam-jam."Kami sudah bermukim di lokasi pengungsian selama 10 bulan. Namun, ada beberapa pengungsi di sini yang nekat kembali ke rumahnya padahal di lokasi rawan banjir bandang, " kata Claudina.
Ia berharap Presiden Joko Widodo melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana dapat merealisasikan janjinya untuk membangun rumah bagi para pengungsi. "Kami bersedia dipindahkan ke lokasi perumahan yang baru sehingga bisa terhindarkan dari bencana banjir bandang, " tutur Claudina.
Kami bersedia dipindahkan ke lokasi perumahan yang baru sehingga bisa terhindarkan dari bencana banjir bandang
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Welliam Manderi mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Pemda Kabupaten Jayapura agar segera menyediakan lahan untuk pembangunan rumah para pengungsi.
Ia sudah menyiapkan dokumen Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi (R3P) untuk diajukan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam waktu dekat.
Dana rehabilitasi dan rekonstruksi pascabanjir bandang di Kabupaten Jayapura yang diajukan ke BNPB mencapai sekitar Rp 300 miliar. Anggaran ini termasuk biaya merelokasi warga yang terdampak banjir bandang.
"Pemerintah pusat siap membangun rumah bagi para pengungsi. Namun, Pemkab Jayapura harus menyediakan lahan untuk pembangunan rumah terlebih dahulu, " tutur Welliam.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jayapura Sumartono ketika dikonfirmasi mengatakan, pembangunan rumah baru terlaksana di satu lokasi saja.
Pembangunan 300 unit rumah di daerah Sentani sudah berjalan sejak September 2019. Pembangunan ratusan rumah tipe 36 dilakukan di lahan seluas 7 hektar. Pembangunan rumah berdasarkan hasil kerjasama Yayasan Buddha Tzu Chi, BNPB dan Pemerintah Kabupaten Jayapura.
"Saat ini kami masih menantikan anggaran dari BNPB untuk pembangunan rumah pengungsi di lokasi yang lain. Terkait penyediaan lahan telah kami siapkan," tambah Sumartono.
Banjir bandang di Kabupaten Jayapura pada 16 Maret 2019 lalu melanda tiga kelurahan dan lima kampung di empat distrik, yakni Sentani, Waibu, Sentani Barat dan Ravenirara. Sebanyak 106 orang meninggal dunia, 153 orang luka berat, 768 luka ringan dan 17 orang belum ditemukan hingga kini.
Total kerugian akibat banjir bandang di Kabupaten Jayapura mencapai Rp 506 miliar. Fasilitas publik yang rusak, antara lain; 7 unit jembatan, jalan sepanjang 21 kilometer, 21 unit sekolah, 115 ruko dan 5 tempat ibadah.
Sementara itu jumlah rumah rusak meliputi 291 unit rusak berat, 209 unit rusak sedang dan 1.288 unit rusak ringan. Adapun jumlah rumah milik warga di pinggiran Danau Sentani yang masih tergenang air sebanyak 1.639 unit.