Surat Kepada Redaksi
Sawah Terbengkalai
Orangtua saya petani. Apabila kondisi iklim normal, menjelang akhir Desember para petani sudah menyiangi padinya. Memang, di akhir Desember 2019 hujan sudah mengguyur, bahkan di beberapa tempat dilanda banjir. Sebelum itu kekeringan melanda.
Beberapa kawasan pertanian di Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, juga Sragen sampai Ngawi belum ditanami alias masih bera. Para petani harap- harap cemas apakah bisa menanam padi atau tidak.
Pernah hujan berkali-kali, tetapi kurang deras dan masih bersifat lokal. Waduk Gadjah Mungkur yang menjadi sumber air irigasi masih kosong, belum mencukupi untuk disalurkan ke sawah-sawah. Semoga hujan pada awal Januari ini bisa segera mencukupi.
Namun, untuk selanjutnya, pemerintah-pemerintah kabupaten di atas perlu berupaya keras mencegah jangan sampai kekeringan terjadi. Perlu upaya lain yang konstruktif. Masukan saya, pemerintah daerah dibantu Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bergotong royong membikin hujan buatan, terutama di atas sungai-sungai yang mengalir ke Waduk Gajah Mungkur.
Apalagi sekarang sudah masuk musim hujan sehingga awan sudah cukup banyak, memudahkan rekayasa agar hujan deras turun di sungai-sungai. Dengan demikian, petani bisa segera menanam padi.
D Edi Subroto
Desa Gayam, Sukoharjo, Jawa Tengah
Jalur Sepeda
Awal Desember 2019, dalam perjalanan dari Cinere menuju Blok M, saya melalui jalan Pondok Labu dan Fatmawati.
Sepanjang Fatmawati, dari perempatan Fatmawati di sebelah kiri terdapat jalur khusus sepeda. Sisa jalan dipenuhi kendaraan yang berjalan lambat karena bagian searah hanya cukup untuk dua mobil dan dua sepeda motor. Itu pun sepeda motor sudah melanggar jalur khusus sepeda.
Apakah jalur khusus sepeda dibiarkan kosong, sementara ada kebutuhan bagi kendaraan yang bertumpuk di jalur sebelahnya? Dalam perjalanan pergi pulang, masing-masing 1,5 jam, tidak terlihat satu sepeda pun lewat.
Betul bahwa sepeda lebih ramah lingkungan dan mengurangi kemacetan, tetapi perlu dipertimbangkan efisiensi dan efektivitas jalur khusus sepeda tersebut. Pernahkah disurvei berapa banyak yang mau berangkat dan pulang kerja naik sepeda?
Semua warga DKI sudah telanjur membeli sepeda motor atau mobil untuk transportasi. Apakah dengan jalur khusus sepeda, mereka mau mengeluarkan uang lagi untuk membeli sepeda?
Paling-paling jalur khusus sepeda dipakai Sabtu-Minggu, itu pun untuk olahraga. Tentunya, jumlahnya tidak banyak. Saya berharap Pemprov DKI lebih peka mempertimbangkan kebutuhan warga.
Hardjono
Cinere Megapolitan, Depok
Kacang Tengik
Pada Rabu (18/12/2019) kami membeli oleh-oleh di Primarasa, Bandung. Pembeli yang mengambil sendiri aneka kue dan makanan yang tersaji di dalam toko mendorong antusiasme berbelanja.
Tanpa melihat lagi harga dan kualitas, para pembeli seakan terbius mengisi keranjang belanjaannya. Saya yakin, setiap pembeli berbelanja hingga ratusan ribu rupiah.
Sesampai di Jakarta, betapa kaget ketika memakan kacang mede yang dikemas dalam wadah plastik terasa kurang enak alias tengik. Dalam barcode yang ditempel pada kemasan hanya tertera harga Rp 100.000 untuk kacang mede lebih kurang 100 gram.
Berat neto kacang tidak tercantum. Demikian juga kode produksi dan tanggal kedaluwarsa tidak ada.
Mungkinkah Primarasa yang dipromosikan sejak 1986 menjual produk yang sudah kedaluwarsa?
Ada baiknya lembaga berwenang rutin memeriksa produk makanan yang diperdagangkan. Konsumen yang membeli dengan harga mahal tentu kecewa jika makanan tidak berkualitas.
A RISTANTO
Jatimakmur, Kota Bekasi