Manajer Manchester City Pep Guardiola akan berulang tahun saat timnya menjamu Crystal Palace di Liga Inggris, Sabtu ini. Bisakah ia menghapus kutukan hari ulang tahun manajer yang lama mendera “The Citizens”?
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANCHESTER, JUMAT — Manchester City bertekad melanjutkan tren positif dan memangkas desifit poin dari Liverpool di puncak klasemen Liga Inggris saat menjamu Crystal Palace, Sabtu (18/1/2020) di Stadion Etihad. Semangat City itu kian berkobar mengingat manajernya, Pep Guardiola, akan berulang tahun ke-49 tepat di laga itu.
Namun, di saat sama, para pendukung “The Citizens” patut cemas. Juara bertahan Liga Inggris itu seolah dikutuk bahwa mereka bakal didera kekecewan, alih-alih mendapatkan kado istimewa di hari ulang tahun manajernya. Kutukan unik itu telah berlangsung lama, yaitu sejak era Brian Horton yang melatih City pada 1993-1995.
Ketika itu, tepat di hari ulang tahun Horton pada 1995, The Citizens ditahan imbang Southampton. Tren negatif itu lantas diteruskan Joe Royle pada 2001. Naasnya, City kala itu dipermalukan Everton. Hasil kurang maksimal juga dialami manajer asal Wales, Mark Hughes. City asuhannya tampil seperti macan ompong dan ditahan Birmingham 0-0 pada 2009.
Roberto Mancini, manajer penuh gairah yang datang dari Italia, mencoba mematahkan kutukan itu pada 2010. Berbeda dengan para pendahulunya, ketika itu, Mancini mendapatkan sokongan sumber daya besar dari pemilik baru City, Abu Dhabi United Group. Ketika itu, City menjelma tim kaya baru dan memiliki sejumlah pemain berkelas dunia, seperti Patrick Vieira, Nigel De Jong, David Silva, dan Carlos Tevez.
Semua kemewahan baru itu ternyata tidak cukup mematahkan kutukan klub itu di hari ulang tahun manajernya. The Citizens ditahan Stoke City 1-1 tepat di hari ulang tahun ke-46 Mancini. Mantan pelatih Inter Milan itu memanfaatkan kesempatan kedua mengakhiri mitos buruk itu tepat setahun kemudian, yaitu musim 2011-2012. Lagi-lagi, hasilnya kurang maksimal. City ditahan Liverpool 1-1. Namun, City saat itu terhibur dengan raihan gelar juara Liga Inggris untuk pertama kali dalam 44 tahun.
Ancaman Palace
Kekhawatiran suporter City kian menjadi-jadi mengingat Palace berpengalaman mengatasi tekanan City. Pada 22 Desember 2018, Palace mempermalukan City di Etihad 3-2. Ajaibnya, kemenangan itu diraih tim asal London selatan itu setelah tertinggal 0-1. SuporterPalace lantas mengenang kemenangan epik atas tim juara Inggris itu sebagai “keajaiban” Natal.
Di bawah asuhan manajer Roy Hodgson, Palace memang punya reputasi menakutkan sebagai spesialis penghancur tim asal Manchester. Akhir Agustus 2019, mereka juga menjungkalkan “Setan Merah” 2-1 di Old Trafford meskipun tampil minimalis, yaitu hanya 30 persen penguasaan bola. Cara bermain yang sama, yaitu defensif-pragmatis, bakal kembali mereka terapkan saaat bertamu ke Etihad malam ini.
Meskipun demikian, Guardiola memiliki amunisi melimpah untuk mematahkan kutukan hari ultah itu sekaligus memuntaskan dendam atas kekalahan dari Palace musim lalu. City tengah tancap gas dan enggan kehilangan momentum untuk mengejar Liverpool di puncak klasemen. Mereka menang sembilan kali dari sepuluh laga terakhirnya di berbagai kompetisi, termasuk menggilas Aston Villa 6-1, pekan lalu.
Tengah ganas
Pada empat laga terakhirnya, yaitu sejak pergantian tahun, City bahkan tampil sempurna dan mengemas rata-rata 3,75 gol per laga. Statistik itu menegaskan kecenderungan City yang selalu melesat di paruh kedua musim, yaitu tepatnya awal tahun. Tidak hanya itu, Guardiola juga punya rekor positif lainnya. Ia tidak pernah kalah di kandang untuk kedua kalinya beruntun menghadapi lawan yang sama saat melatih The Citizens.
Selain itu, sejumlah pemain City juga tengah ganas-ganasnya. Striker Sergio Aguero, misalnya, mencetak trigol di laga sebelumnya dan mencatatkan diri sebagai striker asing tersubur dalam sejarah Liga Inggris dengan koleksi 177 gol. Ia melewati pencapaian striker legendaris Arsenal, Thierry Henry. Aguero, yang telah mengemas 13 gol di Liga Inggris musim ini, bertekad melanjutkan momentum positif itu.
Ia kini membidik rekor Alan Shearer, legenda Newcastle United, sebagai “raja gol” sepanjang masa di Liga Inggris, yaitu 260 gol. “(Rekor) Shearer terlalu jauh (dikejar). Namun, setidaknya, saya bakal mencobanya. Saya ingin terus mencetak lebih banyak gol. Namun, itu bergantung pada rekan-rekan saya apakah akan mengoper bola ke saya atau tidak,” ujar Aguero. (Reuters)