Riset-riset membuktikan bahwa generasi Z (lahir tahun 2000-2019) versi Indonesia punya kepedulian lebih terhadap masa depan bumi. Anak muda di Indonesia sepertinya masuk ke wilayah ini dengan mendirikan usaha rintisan.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Seorang kenalan mengaku kaget ketika anaknya yang masih bersekolah di SD menggunakan kartu kreditnya untuk sebuah keperluan yang unik. Biasanya, si anak menggunakan kartu kredit untuk belanja daring atau untuk main gim. Kali ini, ia menggunakan kartu kredit untuk ikut menyumbang sebuah program kelestarian kelautan.
Sebuah era baru, bukan lagi hanya kepedulian, tetapi kontribusi bagi lingkungan, telah datang. Tantangan bagi usaha rintisan (start up) untuk menangkap isu masa depan bumi.
Riset-riset telah membuktikan bahwa generasi Z atau generasi yang terlahir antara tahun 2000 sampai 2019 versi Indonesia mempunyai kepedulian yang lebih terhadap masa depan bumi dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Tak hanya peduli, mereka terpanggil untuk berkontribusi.
Generasi Z mengambil langkah seperti itu karena kalau tidak bertindak, mereka akan menjadi korban dari perubahan iklim, polusi yang makin akut, ancaman kekurangan pangan, dan ancaman kekurangan air pada masa depan. Untuk itulah mereka bertindak agar semua itu bisa dikurangi atau dicegah.
Sebuah survei yang diadakan oleh Accenture tahun lalu dengan melibatkan 6.000 generasi Z di 11 negara menghasilkan pendapat bahwa 83 persen di antara mereka menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan harus mendesain daur ulang atau menghasilkan produk yang bisa digunakan kembali sehingga bumi makin lestari.
Sebanyak 73 persen di antara mereka juga akan membeli produk yang lebih lestari dibandingkan lima tahun yang lalu. Mereka juga mau membayar lebih untuk produk yang bisa didaurulang.
Sebuah ancaman besar bagi para pemilik merek bila mereka tidak mendengar pendapat dan keyakinan generasi Z.
Dari riset ini bisa dibaca semisal mereka akan mengurangi atau menolak produk yang diolah secara tidak lestari. Mereka juga akan menolak merek-merek yang merusak lingkungan atau tidak mencerminkan perbaikan kualitas bumi.
Sebuah ancaman besar bagi para pemilik merek bila mereka tidak mendengar pendapat dan keyakinan generasi Z karena mereka dalam waktu dekat akan memasuki pasar menjadi tenaga produktif yang mempunyai peran menentukan dalam membeli produk. Sejumlah produk dan merek yang telah memahami masalah ini segera berbenah.
Tak beda dengan merek, daerah wisata yang diketahui dan terkesan merusak lingkungan juga bakal ditinggal. Laporan Financial Times telah memperlihatkan hal itu. Anak-anak muda mulai gandrung dengan wisata yang melibatkan warga setempat dan juga lingkungan yang baik. Mereka senang berinteraksi dengan warga dan juga mengonsumsi makanan yang sehat. Bahkan, tren vegetarian mulai meningkat di beberapa daerah wisata.
Permasalahan seperti ini seharusnya menjadi peluang bagi usaha rintisan untuk ikut menyelesaikan masalah. Sebuah usaha rintisan di Israel membuat jasa pengiriman minuman di dalam kemasan besar ke sebuah pesta atau keluarga agar mereka tidak menggunakan kemasan plastik atau kemasan lainnya berukuran kecil.
Kemasan besar bisa dipakai ulang. Cara ini dikabarkan bisa mengurangi penggunaan kemasan hingga 70 persen. Di negara itu juga ada 10 usaha rintisan yang bertujuan mengurangi dan mengolah sampah makanan yang sebagian besar berasal dari konsumsi di rumah tangga.
Ada juga beberapa usaha rintisan di berbagai tempat di dunia yang dikenal sebagai usaha rintisan hijau karena mendorong perbaikan lingkungan. Secara umum mereka menjalankan tiga fungsi yaitu menjalankan tanggung jawab sosial, memiliki nilai ekonomi, dan berdampak pada lingkungan.
Para pendiri usaha rintisan ini sejak awal memang memiliki minat terkait dengan perbaikan keadaan bumi dan mengangkat tiga hal itu. Investor pun meminati usaha rintisan kelompok ini. Mereka didukung dari mulai pemodal ventura, investor berbasis CSR, investor lestari, dan juga melalui urunan (crowdfunding). Usaha mereka mulai dari pangan organik hingga energi alternatif.
Beberapa usaha rintisan hijau yang cukup menonjol antara lain Imposible Food Inc, Holganix, Solarkiosk, dan Skeleton Technologies. Sejak dua tahun lalu mereka diramalkan bakal bertahan karena dukungan dari konsumen yang sangat peduli dengan isu lingkungan dan nasib bumi dan investor yang makin banyak melirik bisnis yang lestari. Mereka inilah yang menjalankan bisnis yang berarti menghasilkan pendapatan, menyelesaikan problem masyarakat, serta memikirkan nasib bumi pada masa depan.
Anak muda di Indonesia sepertinya perlu cepat-cepat memasuki wilayah ini, yaitu mendirikan usaha rintisan hijau. Isu lingkungan dan penyelamatan bumi sudah banyak menjadi perhatian. Banyak pihak yang ingin berkontribusi untuk menyelesaikan masalah itu.
Bukankah masalah sampah plastik yang diangkat media beberapa waktu lalu belum banyak mendapat perhatian dan solusi? Anak-anak muda bisa memulai usaha dari masalah ini. Memang beberapa usaha rintisan telah ikut menyesaikan masalah lingkungan namun kita masih butuh lebih banyak lagi. Masalah kita sangat banyak!