Aktifnya sirkulasi siklonik di sekitar Selat Karimata membentuk pola konvergensi dan belokan angin yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan, terutama di bagian barat Indonesia.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktifnya sirkulasi siklonik di sekitar Selat Karimata membentuk pola konvergensi dan belokan angin yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan, terutama di bagian barat Indonesia. Tingkat labilitas udara yang signifikan juga dinilai bisa meningkatkan pertumbuhan awan hujan di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini hujan lebat di sebagian wilayah Indonesia, termasuk di Jakarta, untuk sepekan mendatang terhitung sejak Jumat (17/1/2020).
Berdasarkan data BMKG, hujan dengan kategori lebat, yaitu 50-100 milimeter (mm) per hari merata terjadi di Jakarta dan sekitarnya sejak Jumat hingga Sabtu (18/1/2020) pagi. Curah hujan tertinggi terukur di Pakubuwono, Kebayoran Baru, dengan intensitas 105 mm per hari. Secara umum curah hujan lebih tinggi ada di wilayah hulu dan sebelah barat Jakarta.
Selain Jabodetabek, hujan dengan kategori lebat juga terukur terjadi di sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah bagian barat, Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung.
Hingga sepekan
”Kami memprakirakan dalam periode sepekan ked epan, curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat berpotensi terjadi di sejumlah wilayah,” Deputi Bidang Meteorologi BMKG R. Mulyono R. Prabowo.
Hingga periode 19 Januari 2020, hujan lebat berpeluang terjadi di Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, seluruh Kalimantan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Khusus untuk wilayah Jabodetabek, hujan lebat lebih berpeluang terjadi di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bekasi, Depok, dan Bogor.
Untuk periode 20-23 Januari 2020, hujan lebat berpeluang terjadi di hampir seluruh Sumatera mulai dari Aceh hingga Lampung, Bangka Belitung, hampir seluruh Jawa, termasuk Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.
Berdasarkan Peta Prakiraan Berbasis Dampak Hujan Lebat di Indonesia yang disusun BMKG dan sejumlah lembaga lain, beberapa wilayah perlu mewaspadai potensi banjir dan longsor untuk tiga hari ke depan. Sejumlah wilayah berstatus Siaga, yakni Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Jawa Barat. Adapun daerah yang berstatus Waspada meliputi Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Belum puncak
Dari aspek klimatis, musim hujan di wilayah Indonesia, khususnya Jabodetabek, saat ini belum mencapai puncaknya. ”Dari prediksi akumulasi curah hujan bulanan, model komputasi iklim mengindikasikan bulan Februari dan Maret lebih basah daripada bulan Januari,” kata Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto.
Dari prediksi akumulasi curah hujan bulanan, model komputasi iklim mengindikasikan bulan Februari dan Maret lebih basah dari bulan Januari.
Siswanto memperkirakan, jumlah hari hujan atau curah hujan kategori sedang hingga lebat lebih banyak turun pada Februari hingga Maret. ”Masih ada peluang munculnya curah hujan ekstrem seperti pada 1 Januari lalu pada bulan Februari sehingga akumulasi curah hujan bulanannya lebih tinggi. Namun, tingkat ekstremnya kemungkinan tidak akan sekuat 1 Januari lalu,” ungkapnya.
Berdasarkan pencatatan hujan di Jakarta sejak 1866, belum pernah terjadi curah hujan di atas 300 mm per hari, sebagaimana terjadi di awal tahun lalu, yang diikuti kejadian ekstrem yang lebih kuat di tahun yang sama.
Dinamika atmosfer hingga akhir Januari ini wilayah Indonesia akan dilewati Madden-Julian Oscillation (MJO) fase kering. Karena itu, intensitas hujan lebat di wilayah Indonesia bagian barat akan lebih dipengaruhi oleh kuat atau lemahnya aliran monsun lintas ekuator, seruakan dingin dari Asia, pusaran tekanan rendah barat Sumatera, siklon tropis perairan utara Australia, dan posisi pertemuan massa udara dari belahan bumi utara dan belahan bumi selatan atau disebut inter-tropical convergence zone (ITCZ).