Kelompok militan Abu Sayyaf kembali menculik lima nelayan Indonesia di wilayah perairan Sabah, Malaysia. Tiga nelayan lain berhasil dibebaskan militer Filipina.
Oleh
·2 menit baca
Kelompok militan Abu Sayyaf kembali menculik lima nelayan Indonesia di wilayah perairan Sabah, Malaysia. Tiga nelayan lain berhasil dibebaskan militer Filipina.
JAKARTA, KOMPAS— Lima nelayan asal Indonesia kembali menjadi korban penculikan kelompok militan Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina. Perlu ada peningkatan koordinasi kerja sama trilateral antara Filipina, Malaysia, dan Indonesia dalam mengamankan perairan Sulu agar insiden tak terulang.
Kepala Komando Militer Mindanao Barat, Filipina, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, Minggu (19/1/2020), mengatakan, delapan warga negara Indonesia ditangkap kelompok Abu Sayyaf di wilayah perairan Sabah, Malaysia, Kamis (16/1), sekitar pukul 20.00. Tiga orang telah dibebaskan, sedangkan lima orang lainnya diculik.
Aparat berwenang di Malaysia segera berkoordinasi dengan militer Filipina terkait dengan penculikan itu. Militer Filipina menyatakan telah meluncurkan operasi pencarian dan penyelamatan untuk lima nelayan Indonesia itu. Abu Sayyaf, yang terafiliasi dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), bermarkas di Jolo, Sulu, Filipina.
”Tentara Filipina bentrok dengan tersangka militan Abu Sayyaf sekitar pukul 06.00 waktu setempat, pada hari Sabtu (18/1/2020), di Pulau Sulare, Sulu. Seorang tersangka tewas,” kata Sobejana, Minggu (19/1), dikutip dari The Straits Times.
Selain itu, militer Filipina menemukan dan menghancurkan sebuah kapal cepat yang diyakini telah digunakan dalam penculikan. Kapal cepat itu dikenali oleh tiga nelayan Indonesia yang bebas sebagai kapal yang digunakan dalam penculikan tersebut. Militer Filipina juga menemukan senapan serbu M16, sabuk untuk menyimpan amunisi, dan ponsel di lokasi bentrokan.
”Kemungkinan mereka berada di Pulau Sulare atau Parang, Sulu, sangat tinggi. Kami memfokuskan operasi penyelamatan di daerah itu,” kata Sobejana. Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, belum ada kabar terbaru tentang insiden itu. ”Namun, apabila sudah terjadi insiden, semua saluran komunikasi bergerak, termasuk Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi langsung memberikan arahan,” ujar Faizasyah.
Kasus terbaru
Penculikan lima nelayan itu merupakan kasus terbaru setelah Muhammad Farhan, WNI korban sandera Abu Sayyaf, dibebaskan militer Filipina, Rabu (15/1). Farhan adalah WNI terakhir yang dibebaskan setelah diculik bersama Maharudin bin Lunani (48) dan Samiun bin Maneu (27) sejak 23 September 2019 di perairan Tambisan, Lahad Datu, Malaysia.
Pengajar hukum internasional Universitas Indonesia, Arie Afriansyah, mengatakan, upaya militer Filipina menyelamatkan nelayan Indonesia patut diapresiasi. ”Telah ada komitmen untuk patroli bersama antara Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Namun, masih ada missing coordination area antara tiga negara ini. Maka, tiga negara itu perlu meningkatkan koordinasi dan kekuatan di wilayah itu. Selain perairan Natuna Utara, keamanan di Laut Sulu juga perlu diperhatikan,” tutur Arie. (Reuters/LSA)