Saat dalam pembangunan pabrik perakitan mobil Volvo di Jakarta, Direktur Pemasaran Volvo untuk Timur Jauh Christer Agell menyatakan, keamanan penumpang menjadi perhatian terpenting dalam konstruksi mobil Volvo. Harga mobil produksi pabrik perakitan di Ancol itu kira-kira akan sama dengan Mercedes.Ia yakin cukup banyak pembeli di Indonesia yang akan membeli Volvo karena pertimbangan keamanan. Seorang pengendara sedan Volvo dengan kecepatan 80 kilometer per jam akan selamat dari tubrukan.
Kecepatan sebesar itu tentu merupakan ukuran kecepatan berisiko tinggi saat itu. Namun, faktor keamanan penumpang memang menjadi salah satu citra kuat pabrikan mobil Swedia tersebut hingga kini. Bahkan, Volvo adalah penemu sabuk keselamatan model tiga titik yang kemudian luas digunakan dan menjadi standar model sabuk keselamatan mobil di seluruh dunia.
Terlepas dari merek Volvo, Indonesia dekade 1970-an memang menjadi pasar incaran pabrikan mobil banyak negara. Hingga awal 1980, Indonesia banjir merek mobil. Ada 57 merek dengan 140 tipe yang dipasarkan.
Sebagian kian memapankan keberadaan mereka, terutama merek-merek mobil Jepang. Sebagian dengan jumlah yang lebih banyak terengah-engah. Tidak sedikit yang hanya mampu menjual kurang dari 500 buah mobil per tahun.Rendahnya kemampuan menjual mobil tentu berdampak pada keuangan produsen atau agen. Hal itu berimbas pada kemampuan agen memberikan layanan purnajual. Jika buruk, ujung-ujungnya konsumen yang dirugkan.
Pertimbangan itu pula yang membuat Direktorat Industri Logam Dasar mencoret sejumlah merek. Pada April 1980 tersisa 30 merek dengan 72 tipe yang diproduksi di Indonesia. Kini, jumlah merek yang bisa dijual di Indonesia diserahkan pada pasar. Tinggal konsumen yang berhitung cermat untung-rugi membeli sebuah mobil. (YNS)