Coco Gauff bak anak bawang di tengah bintang-bintang tenis dunia. Namun, petenis putri berusia 15 tahun yang masih sering terlena menonton konten TikTok itu, mampu tampil garang di ajang kompetitif, termasuk grand slam.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
Coco Gauff tampil kikuk ketika harus bermain bersama senior-seniornya, di antaranya Serena Williams, Caroline Wozniacki, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic dalam acara pengumpulan dana untuk korban kebakaran hutan Australia. Dalam acara yang digelar di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Australia, Rabu (15/1/2020) itu, gadis berusia 15 tahun tersebut memulai dengan double fault.
Lima hari kemudian, di kompleks lapangan tenis yang sama, namun kali ini di Margaret Court Arena, Coco memperlihatkan sikap berbeda. Dia tampil garang meski yang berada di seberang net adalah Venus Williams, yang telah menjadi petenis profesional selama 25 tahun, 10 tahun sebelum Coco lahir.
Venus meraih gelar pertamanya di arena Grand Slam ketika menjuarai Wimbledon 2000, saat Coco berusia empat tahun. Dalam Grand Slam paling prestisius itulah, Coco untuk pertama kalinya bertemu Venus dan mengalahkannya pada babak pertama, 6-4, 6-4.
Laga melawan salah satu idolanya, selain Serena Williams, tersebut menjadi debut Coco dalam babak utama Grand Slam, setelah dia melewati tiga laga kualifikasi. Perjalanannya di lapangan rumput All England Club berlanjut hingga babak keempat. “Sensasi Coco” menjadi slogan paling banyak dibicarakan saat itu.
Maka, ketika hasil undian Australia Terbuka, 20 Januari-2 Februari, mempertemukan kembali mereka pada babak pertama, komunitas tenis pun ramai memperbincangkan laga itu. Seperti penggemar tenis, petenis yang berlatih di akademi milik pelatih Serena, Patrick Mouratoglou, sejak usia 10 tahun ini terkejut dengan hasil undian itu.
Coco melawan Venus menjadi babak pertama Australia Terbuka 2020 yang paling dinanti. Berbeda dengan Wimbledon, debut Coco dalam babak utama Australia Terbuka, dimulai tanpa babak kualifikasi.
Ketika momen itu tiba, Coco mengakui gugup saat memasuki lapangan. Namun, saat perebutan poin dimulai, rasa gugupnya itu tak terlihat. Tatap matanya selalu tajam memperhatikan arah bola. Dia juga berhasil mengatasi tekanan ketika set pertama harus diselesaikan melalui tie break. Coco memenanginya, stadion pun ramai oleh teriakan “Coco! Coco!”
Makin nyaman dengan penampilannya, Coco langsung memimpin 3-0 pada set kedua. Sama seperti hasil pada Wimbledon, kemenangan pada pertemuan di Australia Terbuka dimenangi Coco, 7-6 (5), 6-3. Kali ini, reaksinya lebih tenang dibandingkan ketika memenangi babak pertama Wimbledon yang membuatnya menangis.
“Saat undian keluar, saya terkejut, tetapi senang akhirnya bisa melewati pertandingan ini. Saya berterima kasih pada kalian yang telah menyemangati dengan meneriakkan nama saya. Saya pikir, itu hanya terjadi di AS Terbuka. Ketika terjadi di sini, itu sangat berarti bagi saya,” ujar Coco yang akan berhadapan dengan Sorana Cirstea (Romania) pada babak kedua.
Pengalaman bermain di arena Grand Slam dan turnamen WTA yang kian bertambah—Coco menjadi petenis profesional sejak 2018—menambah rasa percaya dirinya setiap kali tampil di panggung besar.
Venus pun melihat rasa percaya diri dan motivasi besar pada diri Coco. “Dia benar-benar menginginkan kemenangan. Dia bekerja sangat keras dan bersikap dewasa untuk petenis seusianya,” ujar Venus.
Mantan petenis putri dengan 18 gelar Grand Slam, Chris Evert, bahkan, memprediksi, suatu saat, Coco akan menjuarai Grand Slam dan akan membuat beberapa kejutan di Mebourne Park kali ini.
Meski terlihat lebih dewasa di lapangan dan ketika menjawab pertanyaan pada sesi konferensi pers, Coco tetap remaja yang punya kesenangan sendiri. Dia mengakui sering terlalu lama meluangkan waktu untuk menonton video melalui aplikasi TikTok.
“Itu pekerjaan rumah yang harus saya perbaiki. Saya terlalu lama melihat aplikasi,” ujar Coco. (REUTERS)