Pengendalian Sampah Citarum Sejak Hulu Berdayakan Bank Sampah
›
Pengendalian Sampah Citarum...
Iklan
Pengendalian Sampah Citarum Sejak Hulu Berdayakan Bank Sampah
Pengendalian sampah di Sungai Citarum dimulai sejak kawasan hulu. Pengoperasian bank sampah diharapkan mengurangi potensi sampah yang dibuang ke sungai terpanjang di Jawa Barat tersebut.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
SOREANG, KOMPAS - Pengendalian sampah di Sungai Citarum dimulai sejak kawasan hulu. Pengoperasian bank sampah diharapkan mengurangi potensi sampah yang dibuang ke sungai terpanjang di Jawa Barat tersebut.
Salah satu bank sampah digerakkan Komunitas Peduli Lingkungan Hidup (KPLH) Warisan Alam di Desa Sukapura, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Komunitas itu mengumpulkan sekitar satu ton sampah per pekan.
"Jika tak dikumpulkan, sampah-sampah itu kemungkinan besar akan dibuang ke selokan yang mengalir ke Citarum," ujar Ketua KPLH Warisan Alam, Rendi Firmansyah, Senin (20/1/2020).
Sampah dikumpulkan dari 500 keluarga di desa itu. Sejumlah 50 persen sampah merupakan sampah plastik, di antaranya kemasan makanan dan minuman. Sampah yang disetorkan warga akan menjadi tabungan sampah.
Tabungan tersebut dapat ditukarkan dengan bahan pokok, seperti minyak goreng dan gula pasir. Bank sampah tersebut juga mengolah sampah plastik menjadi paving block. Sampah bercampur pasir dimasukkan ke dalam alat pelebur plastik selama lima jam. Hasil olahannya kemudian dituangkan ke cetakan.
Terdapat 500 kilogram sampah plastik yang bisa diolah sehingga dapat dicegah untuk dibuang ke Citarum
"Paving block ini bernilai ekonomis. Harga setiap meter perseginya, per 27 buah, Rp 120.000 - Rp 150.000," ujarnya.
Rendi mengatakan, pihaknya untuk sementara hanya menerima pesanan paving block dari kantor desa dan warga setempat. Alasannya, bank sampah tersebut masih kekurangan bahan baku sampah plastik. Kini, dia hanya bisa membuat 250 buah paving block per minggu. Padahal, kapasitas produksinya bisa mencapai 250 paving block per hari.
"Dengan kapasitas sebanyak itu, ada 500 kilogram per hari sampah plastik yang bisa diolah sebelum dibuang ke Citarum," jelasnya.
Erni Wijaya (31), nasabah Bank Sampah KPLH Warisan Alam, mengatakan, sebelumnya, sampah-sampah dari warungnya dimusnahkan dengan dibakar. Tak jarang sisa pembakaran masuk ke selokan yang mengalir ke Citarum. Sampah dari warungnya sekitar 15 kg per pekan.
"Sekarang sampahnya bisa ditabung. Yang paling penting menjaga Citarum dari pencemaran sampah," ujarnya.
Ketua Harian Satuan Tugas Citarum Harum Dedi Kusnadi mengatakan, sampah di Citarum mulai berkurang. Namun, sampah yang terbawa dari hulu saat hujan menunjukkan masih ada warga membuang sampah ke sungai.
“Sampah yang mencemari Citarum didominasi sampah rumah tangga. Jadi, salah satu fokus program Citarum Harum tahun ini meningkatkan edukasi warga agar tidak membuang sampah ke sungai,” ujarnya.
Edukasi dilakukan melalui lembaga keagamaan, pendidikan, dan tokoh masyarakat. Ajakan menjaga kelestarian lingkungan disampaikan lewat ceramah atau khotbah di rumah-rumah ibadah dan perkumpulan warga.
Selain itu, lembaga pendidikan juga dilibatkan untuk mendukung program Citarum Harum. Salah satunya, lewat kuliah kerja nyata dengan mengirim mahasiswa ke desa-desa di Daerah Aliran Sungai Citarum.
Dedi mengatakan, untuk mengatasi pencemaran sampah di Citarum, pihaknya juga menggunakan gelontoran dana Bank Dunia melalui pemerintah pusat senilai Rp 1,4 triliun. Pemerintah daerah diminta mengusulkan program, seperti pembuatan tempat pembuangan sampah sementara, bank sampah, truk sampah, atau biodigester.