Peran peternak sangat penting untuk memulihkan Sumatera Utara dari daerah wabah demam babi Afrika (African swine fever/ASF). Namun demikian banyak peternak yang belum tahu bagaimana menangani ASF.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Peran peternak sangat penting untuk memulihkan Sumatera Utara dari daerah wabah demam babi Afrika (African swine fever/ASF). Peternak diminta untuk menangani bangkai babi dengan tepat, meningkatkan biosekuriti, dan menghentikan lalu-lintas ternak dari daerah tertular.
“Konsumsi masyarakat juga harus ditingkatkan agar terjadi pengurangan populasi secara alami tanpa merugikan peternak. Kami selalu sosialisasikan bahwa penyakit ASF tidak menular kepada manusia,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Azhar Harahap, di Medan, Senin (20/1/2020).
Menurut Azhar, pemerintah sudah menyiapkan langkah pemulihan di Sumut. Kementerian Pertanian, Pemprov Sumut, dan pemerintah kabupaten/kota yang terjangkit wabah sudah melaksanakan rapat koordinasi untuk menyiapkan anggaran penanggulangan dan pemulihan wabah ASF.
Kini, penyakit itu sudah menyebar di 18 kabupaten.
Wabah ASF mulai menyebar di Sumatera Utara sejak September 2019. Saat ini sudah lebih dari 39.000 ternak babi yang dilaporkan mati akibat wabah tersebut. Kementerian Pertanian pun sudah mendeklarasikan wabah ASF di 16 kabupaten di Sumut pada Desember. Kini, penyakit itu sudah menyebar di 18 kabupaten setelah Kabupaten Mandailing Natal dan Batubara teridentifikasi.
Azhar mengatakan, pemerintah tidak bisa sendirian memulihkan daerah wabah. Ia meminta peternak mengambil peran penting agar Sumut bisa segera pulih dari daerah wabah. “Peternakan babi merupakan salah satu penghidupan masyarakat di Sumut dengan populasi mencapai 1,2 juta ekor. Pemulihan ini sangat penting untuk menggerakkan lagi ekonomi masyarakat,” katanya.
Azhar mengatakan, penanganan bangkai babi harus dilakukan dengan tepat yakni dengan cara ditanam. Peternak jangan membuang bangkai ke sungai, pinggir jalan, maupun ke hutan karena akan mempercepat penyebaran virus dan mencemari lingkungan.Azhar juga meminta agar biosekuriti di kandang ditingkatkan.
Para peternak jangan saling mengunjungi kandang, bertukar pakan, dan peralatan kandang. Penyemprotan disinfektan di kandang juga harus ditingkatkan. “Lalu-lintas ternak harus dibatasi dan tidak ada ternak yang sakit berpindah ke tempat lain,” katanya.
Menurut Azhar, pemerintah telah membantu peternak dengan membagikan 10.650 liter disinfektan kepada peternak, melakukan pengawasan lalu-lintas ternak, dan penanganan bangkai babi. Namun, lanjut Azhar, Pemprov Sumut tidak akan melakukan depopulasi atau pemusnahan.
Azhar berharap, pengurangan populasi berlangsung secara alami dengan peningkatan konsumsi masyarakat. Pemerintah pun meminta tidak ada penambahan ternak babi sampai Sumut dinyatakan bebas wabah. Diperkirakan Sumut baru terbebas setelah dua tahun. Itu pun perlu pengujian lagi.
“Kami menyiapkan Kepulauan Nias bisa menjadi penyedia bibit jika Sumut sudah bebas wabah ASF. Penjagaan di Nias saat ini kami tingkatkan,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Peternak Babi Sumatera Utara Hendri Duin Sembiring mengatakan, kematian babi sampai saat ini masih terus terjadi di daerah-daerah terjangkit. Perekonomian peternak pun kian terpuruk. Namun sampai hari ini sosialisasi dan himbauan dari pemerintah belum maksimal. Banyak peternak yang belum tahu bagaimana menangnai ASF. “Pemulihan daerah wabah harus bisa dilakukan dengan cepat agar ekonomi peternak bisa bangkit lagi,” ujarnya.
Sebagian besar peternak kini beralih menjadi pemulung sampah plastik.
Menurut Hendri, untuk mempercepat proses pemulihan daerah wabah, rantai penularan virus ASF harus diputus. Cara paling efektif adalah dengan depopulasi karena belum ada obat maupun vaksin ASF.
Andri Siahaan (33), peternak di Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, mengatakan, sebagian besar ternak babi di desanya sudah mati dalam beberapa bulan ini. Wabah pun sudah menyerang hampir semua kandang di desa itu. Di desa itu, sekitar 700 keluarga peternak babi pun terpuruk. “Sebagian besar peternak kini beralih menjadi pemulung sampah plastik,” ujarnya. Para peternak berharap, wabah ASF bisa ditangani agar peternak bisa memelihara babi lagi.