Pemulihan kepercayaan konsumen menjadi fokus manajemen maskapai Sriwijaya Air setelah berpisah dari Garuda Indonesia. Langkah awal yang akan ditempuh adalah mengembalikan jumlah armada pesawat.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS - Pemulihan kepercayaan konsumen menjadi fokus manajemen maskapai Sriwijaya Air setelah berpisah dari Garuda Indonesia. Hal itu dilakukan dengan mengembalikan armada pesawat yang beroperasi menjadi sediakala di akhir tahun ini.
Direktur Utama Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena, dalam temu media, Senin (20/1/2020), di Tangerang, Banten, mengatakan, fokus Sriwijaya saat ini adalah mengembalikan kepercayaan konsumen atau masyarakat terhadap maskapai. Sejalan dengan itu, pihaknya akan mengembalikan alat produksi atau armada pesawat ke level ekonomis.
"Secara bertahap kami akan mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Sriwijaya Group dengan meningkatkan alat produksi. Kami juga akan membuat program agar konsumen aware bahwa kami sekarang tidak sama dengan Sriwijaya Air pada 3 atau 4 bulan lalu," kata Jefferson.
Pascakerja sama dengan maskapai Garuda Indonesia, jumlah pesawat Sriwijaya Air yang beroperasi berkurang drastis dari 24 pesawat menjadi 9 pesawat. Saat ini, armada Sriwijaya Air yang beroperasi telah ditambah menjadi 14 pesawat.
Sementara jumlah armada Nam Air yang beroperasi saat ini sebanyak 11 pesawat. Dalam waktu dekat, 3 pesawat Sriwijaya Air dijadwalkan dapat beroperasi sehingga total menjadi 17 pesawat.
Direktur Operasi Sriwijaya Air, Didi Iswandy mengatakan, untuk sisa pesawat yang belum beroperasi tersebut saat ini ada yang masih dalam perawatan maupun penyelesaian administratif. Hingga akhir tahun ini, 23 pesawat ditargetkan dapat beroperasi penuh.
Selain jumlah armada, Sriwijaya Air juga mengevaluasi rute pesawat beserta jumlah penerbangannya. Pascakerja sama dengan Garuda Group, ada rute yang sebelumnya dilayani Sriwijaya Air menjadi tidak dilayani, seperti Jakarta-Malang dan Jakarta-Banyuwangi. Demikian pula ada rute yang jumlah penerbangannya berkurang, seperti Jakarta-Tanjung Karang dan Jakarta-Lampung.
Menurut Jefferson, pengurangan jumlah pesawat yang beroperasi maupun rute yang dilayani berdampak pada menurunnya pangsa pasar Sriwijaya Air. Jika sebelum kerja sama dengan Garuda Indonesia, pangsa pasar Sriwijaya Air mencapai 10 persen, kini tinggal sekitar 7 persen.
Sriwijaya akan mengevaluasi rute-rute yang sudah dimiliki. Selain itu, Sriwijaya juga mengkaji peluang penerbangan sewa dari luar negeri, seperti Singapura, menuju ke destinasi pariwisata. Hal itu sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan jumlah wisatawan terutama ke destinasi pariwisata prioritas.
"Maka target kami ke depan adalah merebut kembali pangsa pasar dengan jumlah armada yang sama yang mungkin baru bisa kami capai pada 2021. Untuk tahun ini target pangsa pasar kami konservatif, yakni naik menjadi 8 persen," ujar Jefferson.
Terkait kewajiban atau utang Sriwijaya kepada beberapa pihak, termasuk Garuda Group, Jefferson memastikan akan melunasinya. Namun demikian, Sriwijaya Air masih menunggu hasil audit dari auditor independen yang telah ditunjuk Sriwijaya Air untuk menghitung semua kewajiban maupun yang telah dibayar Sriwijaya Air.
Menurut Jefferson, jumlah kewajiban yang mesti dibayar Sriwijaya Air baru muncul dari satu pihak, yakni Garuda Group. Setelah hasil audit keluar sekitar 1 bulan sampai 2 bulan ke depan, pihaknya akan membicarakan hal itu dengan Garuda.
Belanja modal perusahaan tahun ini akan diarahkan untuk mengembalikan jumlah armada yang beroperasi.
Terkait kerja sama bisnis dengan Garuda Group, termasuk untuk perawat pesawat, masih terbuka. Namun, Sriwijaya telah bekerja sama dengan beberapa pihak, baik di dalam maupun luar negeri, untuk perawatan pesawat.
Direktur Keuangan Sriwijawa Air, Andreas Gunawan menambahkan, belanja modal perusahaan tahun ini akan diarahkan untuk mengembalikan jumlah armada yang beroperasi sebagaimana sebelumnya dan untuk keselamatan penerbangan. Untuk jumlah nominalnya masih dihitung.
Terkait sumber pendanaan pertama-tama akan berasal dari sumber internal. Alternatif berikutnya adalah dari peminjam maupun terbuka kemungkinan untuk bekerja sama dengan partner strategis.