Pengalaman di Tol Layang
Melintas di Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek-Jakarta pada Rabu (18/12/2019) memberi saya pengalaman tersendiri. Bersyukur perjalanan cepat dan lancar, dengan beberapa catatan untuk perbaikan ke depan.
Saat awal perjalanan di pagi hari, saya agak kesulitan menemukan jalan naik menuju tol layang. Tidak ada tanda cukup jelas saat kendaraan sudah berada di dalam jalan tol ke arah Bekasi dari Tol Dalam Kota Jakarta. Setelah lampu rotator deretan mobil petugas yang berhenti, baru terlihat gerbang masuk jalan tol layang arah Cikampek.
Portal tanda ketinggian maksimum kendaraan yang boleh melintas jadi peringatan pertama yang saya jumpai sebelum jalur menanjak. Perjalanan awal menaik ini menciptakan kesan agar pengemudi berhati-hati. Sepanjang jalan layang, terasa pada setiap sambungan box girder ada ”ganjalan”, bahkan saat kecepatan kendaraan relatif rendah, rata-rata 60 km per jam. Perjalanan jadi kurang nyaman karena sambungan cukup banyak.
Pagi itu, saat melaju, mendadak ada antrean kendaraan di depan. Laju kendaraan yang sebelumnya cukup lancar menjadi tersendat. Tidak ada tanda ataupun pengumuman dari petugas patroli sebelumnya. Penyebab ketersendatan rupanya ada beberapa unit kendaraan berhenti karena ada petugas konstruksi memperbaiki atau tepatnya meratakan sambungan box girder.
Selanjutnya perjalanan lancar sampai turun dan masuk kembali ke jalur tol darat. Waktu tempuh yang menurut laporan reporter televisi kurang dari setengah jam untuk jarak 38 km itu tidak tercapai. Penyebabnya adalah perbaikan sambungan tersebut. Pekerjaan itu kembali dijumpai saat melintas di jalan tol layang dari arah Cikampek menuju Bekasi dalam perjalanan pulang ke Jakarta pada malam harinya.
Dari pengalaman singkat, yang harus kita antisipasi saat melintas di jalan tol layang terpanjang ini adalah kondisi kendaraan harus prima. Mengapa? Jika sampai mogok di jalan layang, sudah pasti akan menjadi penyebab utama macetnya arus lalu lintas. Dengan demikian, hal ini akan mengganggu kenyamanan banyak kendaraan yang melintas di jalan tol layang kebanggaan kita bersama itu.
A RISTANTO Jatimakmur, Pondokgede, Kota Bekasi
”Refund” Tiket
Tanggal 9 September 2019, saya membeli tiket Sriwijaya Air untuk dua orang, rute Jakarta (CGK)-Bali (Denpasar), berangkat 31 Oktober 2019 dan pukul 09.50. Tanggal 19 Oktober saya dihubungi Sriwijaya Air via SMS, menginformasikan bahwa pesawat jam tersebut dialihkan ke pukul 06.00. Info lebih lanjut hubungi 021 29279777.
Karena saya tidak bisa berangkat lebih awal, opsinya adalah pengembalian uang tiket (refund). Pada 28 Oktober 2019, saya ke kantor Sriwijaya Air di Melawai, membawa surat permohonan refund, KTP, dan e-tiket. Petugas mengatakan dokumen sudah lengkap. Ia memberikan refund receipt, tertulis cashier: Try Setyo W. Refund akan dilaksanakan satu bulan setelah pengajuan dokumen.
Hingga minggu pertama Desember 2019, tidak ada kabar. Nomor yang diberikan, 08176792777, tidak pernah diangkat. Saya pun menelepon call center Sriwijaya Air. Petugas call center mengatakan berkas saya sudah lengkap. Namun, refund dilakukan dalam 30 hari kerja. Jadi baru beberapa hari lagi ada refund.
Hingga Senin, 30 Desember 2019, artinya sudah dua bulan lebih, saya menelepon kantor Sriwijaya Melawai lagi. Dijawab oleh Sdr Dayat Akmal, dalam proses antrean. Saya minta kepastian tanggal refund, tidak dijawab. Alasannya manajer sedang cuti. Saya minta kontak bagian keuangan, diberi 021 50817777. Namun, setiap ditelepon minta nomor extension, bila tidak dimasukkan, telepon mati.
Sungguh mengecewakan.
Citzke Tandean Kembangan Selatan, Jakarta Barat