9 Tewas Saat Menonton Banjir dari Jembatan di Bengkulu
›
9 Tewas Saat Menonton Banjir...
Iklan
9 Tewas Saat Menonton Banjir dari Jembatan di Bengkulu
Menonton bencana alam dapat sangat berbahaya bagi keselamatan diri. Sembilan orang tewas, satu orang hilang, dan 20 orang selamat saat Jembatan Cawang di Desa Manau Sembilan, Kaur, Bengkulu, putus Minggu sore.
Oleh
Rhama Purna Jati/Ahmad Arif
·2 menit baca
KAUR, KOMPAS -- Sembilan orang tewas, satu orang hilang, dan 20 orang selamat saat Jembatan Cawang di Desa Manau Sembilan, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu, putus, Minggu (19/1/2020) sore. Kelebihan beban saat puluhan orang berada di atas jembatan untuk menonton banjir diduga menjadi penyebab insiden itu.
Peristiwa bermula ketika 30 anak muda menghabiskan akhir pekan di Jembatan Cawang. Saat mereka menonton banjir di sungai, jembatan tiba-tiba putus. Sepuluh orang hanyut terbawa arus sungai yang deras, sedangkan 20 orang selamat karena jatuh di pinggir sungai. ”Memang dalam beberapa waktu terakhir, kawasan tersebut menjadi tempat wisata,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kaur Ujang Syafiri, Senin (20/1).
Jembatan Cawang membentang sepanjang 60 meter dengan lebar 1,5 meter. Jembatan yang menjadi penghubung antara pemukiman dan ladang pertanian milik warga itu rampung dibangun pada Desember 2019. Camat Padang Guci Hulu Arbi Syairani mengatakan, karena lokasinya menarik, banyak orang menjadikan jembatan tersebut sebagai tempat wisata. ”Kemungkinan beban yang terlalu berat menjadi penyebab jembatan gantung itu putus,” kata Arbi.
Korban tewas yang terseret arus sungai ditemukan secara bertahap di sejumlah tempat. Pada Minggu sore, warga menemukan tiga korban, sekitar tujuh kilometer dari Jembatan Cawang. Bahkan, satu korban ditemukan di muara sungai, sekitar 20 kilometer dari jembatan. Lima korban tewas lain ditemukan di tempat terpisah. Sekitar 50 petugas tim SAR gabungan masih mencari satu orang yang hilang.
Kemungkinan beban yang terlalu berat menjadi penyebab jembatan gantung itu putus.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Agus Wibowo, di Jakarta, mengimbau masyarakat agar tidak menjadikan peristiwa alam sebagai tontonan karena berpotensi menjadi bencana baru. Fenomena swafoto di lokasi bencana kian marak, tetapi kerap mengabaikan risiko.
Jatuhnya korban jiwa karena menonton bencana longsor pernah terjadi di Dusun Dlopo, Desa Kepel, Kecamatan Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur, 9 April 2017. Empat dari lima korban longsor diketahui tengah berswafoto di lokasi longsor yang terjadi sejak beberapa hari sebelumnya. Mereka terkena longsor susulan.
Hujan di Bengkulu
Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Senin menunjukkan, intensitas hujan tertinggi di Bengkulu terpantau di Kecamatan Taba, Penanjung, Bengkulu Tengah. Intensitasnya tercatat 67 milimeter per hari.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan, hujan dengan intensitas di atas 50 mm per hari dikategorikan lebat. Akumulasi hujan tertinggi pada 17-20 Januari 2020 di Bengkulu terjadi di Kecamatan Lubuk Pinang, Mukomuko, yakni mencapai 188 mm .