Penggunaan karet bisa ditingkatkan. Dengan cara itu, harga karet diharapkan bisa naik.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Karet alam Indonesia saat ini ditengarai menghadapi sejumlah ancaman. Peningkatan nilai tambah dan penggunaan karet penting untuk membangkitkan lagi semangat petani bertanam karet.
Sebagai gambaran, pasokan karet alam selama ini turut mendukung perkembangan industri ban di Tanah Air dalam mengisi kebutuhan pasar ekspor dan domestik. Menurut catatan Asosiasi Produsen Ban Indonesia yang dikutip pada Selasa (21/1/2020), produksi ban saat ini sekitar 50 juta ban yang sekitar 70 persennya diekspor.
Sementara Dewan Karet Indonesia melihat petani terkesan enggan memelihara tanaman karet yang, antara lain, dipicu harga rendah dan penyakit tanaman karet.
”Banyak petani yang menebangi karet dan menggantinya dengan jenis tanaman lain seperti sawit ataupun sayur-sayuran,” kata Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Aziz Pane di Jakarta, Senin (20/1/2020).
Menurut Aziz, ketika harga karet mulai naik, Indonesia kekurangan pasokan hampir 500.000 ton akibat pengalihan jenis tanaman. Pasokan juga berkurang karena tanaman karet terserang penyakit. Ada kekhawatiran karet makin ditinggalkan petani jika persoalan ini tidak ditangani dengan serius.
Petani karet, tambah Aziz, mesti diberi harapan bahwa komoditas tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal. Penggunaan karet harus ditingkatkan, misalnya, sebagai campuran aspal dan dok pelabuhan. Potensi sebagai bahan bakar nabati juga bisa ditingkatkan.
”Kami akan minta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional agar karet alam Indonesia dipakai dalam pembangunan ibu kota baru, misalnya untuk blok antigempa, blok pelabuhan, dan aspal,” kata Aziz.
Saat memberi pengantar diskusi, profesor riset dan inventor Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Riset Perkebunan Nusantara, Bogor, Didiek Hadjar Goenadi, mengatakan, di Amerika Serikat ada peraturan atau ketentuan bahwa rumah bagi warga lanjut usia harus menggunakan conblock (bata penutup lantai) dari karet.
”Supaya kalau terpeleset atau jatuh tidak luka. Bayangkan, negara yang tidak punya karet pun berpikir soal keamanan bagi masyarakat seniornya,” kata Didiek.
Terkait pergerakan harga karet, kata Didiek, harga karet 1,21 dollar AS per kilogram (kg) pada November 2019. Harga naik menjadi 1,4 dollar AS per kg pada Januari 2020.
Sejak 2017, tambah Didiek, produktivitas karet alam di Indonesia, Thailand, dan Malaysia turun 15 persen akibat penyakit gugur daun. Penyakit tersebut disebabkan jamur Pestalotiopsis sp.
”Kemudian terjadi kecenderungan pasokan berlebih akibat perlambatan ekonomi negara konsumen utama seperti China, AS, Jepang, dan Uni Eropa,” ujar Didiek.
Konversi
Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia Tatang G Soerawidjaja mengatakan, ada dua cara konversi kimia karet alam yang potensial. Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan polimer dari isopren.
”Maka, ada dua konversi kimia yang potensial dipraktikkan dalam industri; yakni catalytic cracking (perengkahan katalitik) menjadi aneka bahan bakar nabati biohidrokarbon dan depolimerisasi pirolitik menghasilkan isopren,” kata Tatang.