Kaji Persoalan Bangsa, Wantimpres Minta Masukan UGM
›
Kaji Persoalan Bangsa,...
Iklan
Kaji Persoalan Bangsa, Wantimpres Minta Masukan UGM
Dewan Pertimbangan Presiden mengumpulkan masukan dari kalangan akademisi untuk mendorong pembangunan bangsa. Perguruan tinggi diharapkan mampu membantu mengkaji persoalan secara ilmiah demi solusi persoalan nasional.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Dewan Pertimbangan Presiden mengumpulkan masukan dari kalangan akademisi untuk mendorong pembangunan bangsa. Perguruan tinggi diharapkan mampu membantu mengkaji persoalan secara ilmiah guna menemukan solusi persoalan nasional.
Hal itu disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto usai berkunjung ke Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta di Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (21/1/2020). Ia didampingi beberapa anggota Wantimpres lainnya, yaitu Agung Laksono, Muhammad Luthfi bin Yahya, Muhammad Mardiono, dan Sidarto Danusubroto.
“Kami harus lebih banyak bergaul, bergerak, banyak bertemu, belajar dan mendapatkan informasi dari berbagai pihak. Salah satunya adalah dari perguruan tinggi yang merupakan central of excellence, atau pusat keunggulan bangsa. Di sini banyak ide-ide cemerlang muncul,” kata Wiranto.
Wiranto bersama rombongan diterima langsung Rektor UGM Panut Mulyono. Pertemuan antara kedua belah pihak berlangsung tertutup dan berdurasi kurang lebih tiga jam. Turut serta dalam pertemuan tersebut para dekan fakultas dan pemimpin pusat studi di perguruan tinggi itu.
“Kami melakukan dialog yang cukup intens. Kami mendapatkan masukan banyak sekali. Apakah di bidang ekonomi, Pancasila, hukum, pertanian, energi, keamanan, terorisme, dan banyak lagi yang masuk kepada kami dalam pertemuan itu. Yang tentu saja merupakan hal yang sangat positif,” ujar Wiranto.
Wiranto menambahkan, waktu dua atau tiga jam sebenarnya tidak cukup untuk melakukan pertemuan semacam itu. Hal ini karena persoalan yang dibahas merupakan masalah-masalah nasional yang begitu beragam. Untuk itu, masih diperlukan diskusi lanjutan agar masukan tersebut dapat diperdalam guna menghasilkan jalan keluar atas persoalan bangsa.
“Maka, izinkan nanti kelompok ahli dari Wantimpres, akan melakukan suatu diskusi lanjutan untuk mengelaborasi, memperdalam, dan mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil diskusi hari ini,” kata Wiranto.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, dalam kesempatan itu, pihaknya sekaligus menyerahkan buku putih kepada pemerintah. Buku itu ditulis oleh para akademisi UGM. Isinya berbagai pemikiran para akademisi tentang berbagai hal yang terjadi di bangsa ini. Mulai dari kesiapan bonus demografi, pangan, kesehatan, energi, hingga konsep membangun negara dari daerah pinggiran.
Sementara itu, Ketua Dewan Guru Besar UGM Koentjoro menuturkan, pihaknya memberikan usulan tentang pemerataan pendidikan. Menurut dia, ketimpangan pendidikan yang terjadi masih sangat tinggi. Ia menginginkan UGM bisa menjadi model dalam mewujudkan pemerataan pendidikan. Caranya dengan memberikan kuota sebanyak 50 pelajar dari setiap provinsi yang ingin berkuliah di UGM.
“Kalau seperti itu, ada setidaknya 1.700 orang mahasiswa perwakilan dari 34 provinsi. Padahal, penerimaan mahasiswa baru kita ada sekitar 5.000 mahasiswa. Ini harapannya tidak dilakukan UGM saja, tetapi juga perguruan tinggi lainnya yang memberi kesempatan,” kata Koentjoro.
Koentjoro juga menyoroti pembentukan karakter bangsa. Generasi penerus bangsa ini harus memiliki karakter kuat dan percaya diri. Kemajuan tidak bisa dicapai hanya dengan inovasi dan kolaborasi, tetapi juga kepercayaan diri untuk menjadi bangsa yang besar.