Laga perempat final Piala Italia menjadi kesempatan bagi AS Roma untuk menghentikan tren buruk saat tampil di kandang Juventus. Mereka bisa belajar dari kegigihan SPAL yang mampu menumbangkan Atalanta.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
TURIN, SELASA — Satu hal yang belum bisa dilakukan AS Roma selama sembilan tahun terakhir adalah mengalahkan Juventus di Stadion Allianz, Turin. Sang ”Serigala Roma” itu akan mencoba sekali lagi menghentikan belenggu itu saat menghadapi Juventus pada laga perempat final Piala Italia, Kamis (23/1/2020) pukul 02.45 WIB.
Praktis Roma belum pernah merasakan satu pun kemenangan sejak stadion milik Juventus itu diresmikan pada September 2011. Bahkan, Roma baru bisa mencetak tiga gol di stadion itu selama hampir satu dekade ini. Satu gol di antaranya dicetak sang legenda Roma, Francesco Totti, pada 2014, dan itu pun melalui tendangan penalti.
Menariknya, Juventus sempat menjamu Roma pada akhir Januari 2011 ketika masih menggunakan Stadion Olimpico Grande Torino sebagai kandang. Pada laga perempat final Piala Italia itu, Roma masih bisa mengalahkan Juventus, 2-0.
Kenangan manis itu ingin direplika kembali oleh Roma kali ini. ”Saya tidak memikirkan itu. Penting bagi Roma saat ini untuk bermain dengan penuh hasrat agar tren buruk (di Turin) bisa dihentikan,” kata pelatih AS Roma Paulo Fonseca, dikutip Tuttosport.
Fonseca jelas menyadari bahwa kesulitan yang dihadapi bukan semata karena faktor stadion, melainkan kualitas Juventus yang belum bisa mereka tandingi. Juventus yang bertabur bintang adalah tim yang menguasai trofi Liga Italia selama delapan musim terakhir. Mereka juga baru gagal tampil di final Piala Italia untuk pertama kalinya pada musim lalu sejak 2015.
Sementara Roma adalah tim yang sudah lama tidak pernah menjuarai Piala Italia sejak musim 2007-2008. Juventus pun sudah memberikan peringatan pada pekan lalu ketika mereka datang ke Stadion Olimpico, kandang Roma, dan menang 2-1. ”Kami sekarang harus berpikir bahwa kami bisa menang,” ujar Fonseca.
Kekuatan pikiran bisa menjadi modal penting bagi Roma untuk menghadapi laga perempat final ini di Turin. Apalagi, mereka baru saja memenangi dua laga tandang di ajang Piala Italia ataupun Serie A, yaitu saat mengalahkan Parma dan Genoa. Roma mengalahkan Parma, 2-0, pada babak 16 besar Piala Italia, dan mengalahkan Genoa, 3-1, pada pekan ke-20 Liga Italia.
Fonseca berusaha menanamkan kepercayaan diri kepada para pemain bahwa mereka punya kekuatan lebih saat berada di kandang lawan. Kualitas Parma dan Genoa memang jauh di bawah Juventus, tetapi Fonseca butuh motivasi tinggi dari para pemainnya untuk mendapatkan hasil yang sama di Turin.
”Kebugaran para pemain memang belum pulih sepenuhnya seusai laga kontra Genoa, tetapi kami fokus memperkuat diri melalui taktik yang akan kami terapkan,” kata Fonseca, yang tidak bisa mengerahkan seluruh kekuatan tim.
Beberapa pemain Roma, seperti Diego Perotti, Javier Pastore, dan Henrikh Mkhitaryan, belum siap tampil. Sang striker, Edin Dzeko, yang masih menjalani sanksi larangan bermain juga menjadi pukulan berat.
Atalanta tumbang
Dalam menambah kepercayaan diri tim, Roma masih bisa mencari inspirasi dari kekalahan Atalanta dari SPAL, 1-2, pada laga perempat final Selasa (21/1/2020) dini hari WIB. Hasil ini mengejutkan karena SPAL adalah tim penghuni dasar klasemen Liga Italia saat ini, dan Atalanta merupakan finalis Piala Italia musim lalu.
SPAL bisa menang meski Atalanta merupakan tim yang memiliki produktivitas gol tertinggi di Liga Italia untuk sementara, yaitu 50 gol. Namun, SPAL bisa menemukan kelemahan Atalanta untuk melaju ke babak semifinal.
Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini mengakui, kekalahan itu disebabkan faktor kelelahan. ”Anda harus mengapresiasi SPAL. Meski berada di dasar klasemen, mereka mampu bermain bagus,” ujarnya. (AFP/REUTERS)