Hingga Rabu (22/1/2020) sore, tim SAR gabungan masih mencari Masroni (35), anak buah kapal yang tenggelam di perairan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada Selasa (21/1) akibat gelombang tinggi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Hingga Rabu (22/1/2020) sore, tim SAR gabungan masih mencari Masroni (35), anak buah kapal yang tenggelam di perairan Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (21/1), akibat gelombang tinggi. Nelayan diminta mewaspadai cuaca ekstrem yang diprediksi memicu gelombang tinggi.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansah mengatakan, pihaknya membagi tim menjadi tiga regu untuk mencari korban dengan jarak jelajah 3 mil sampai 6 mil dari pesisir Pantai Dadap. Pencarian dilakukan oleh sekitar 40 personel dari tim SAR, TNI/Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Indramayu, dan nelayan setempat. ”Hingga kini, pencarian masih nihil,” ucapnya.
Sebelumnya, warga Desa Dadap itu melaut bersama delapan nelayan menggunakan KM Cawuk, Senin subuh. Namun, kapal berukuran sekitar 7 gros ton yang dinakhodai Rasmuni itu diterjang gelombang tinggi sekitar pukul 13.00. Masroni yang tengah menjaring ikan pun terjatuh.
”Rekan korban yang berada di dalam kapal tidak dapat menolong korban yang diterjang ombak cukup besar. Akhirnya, korban tenggelam dan terbawa arus ombak,” ujarnya. Rekan korban lalu melaporkan kejadian itu kepada tim SAR pukul 20.00. Petugas kemudian tiba di lokasi pencarian sekitar pukul 21.30.
Kuwu (Kepala Desa) Dadap Asyriqin Syarif Wahadi mengatakan, saat ini, gelombang masih normal, di bawah 1 meter. ”Namun, arus laut memang kencang. Nelayan tetap melaut karena saat ini musim ikan teri. Nelayan kami biasanya melaut dengan jarak 6 sampai 8 mil,” ujarnya.
Nelayan tetap melaut karena saat ini musim ikan teri.
Dia mengakui, hampir semua nelayan di Dadap belum menggunakan pelampung atau jaket keselamatan di perahu. ”Kami masih nelayan tradisional. Awal tahun lalu juga ada satu warga yang meninggal dunia karena tenggelam,” katanya.
Ahmad Faa Izyin, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, mengatakan, jika ada cuaca ekstrem, seperti hujan sedang hingga lebat yang disertai angin kencang di perairan laut, gelombang bisa naik dua kali lipat dari kondisi normal. ”Gelombangnya bisa sampai 2 meter,” ujarnya.
BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati memprediksi hujan sedang hingga lebat yang disertai angin kencang melanda Indramayu hingga Kamis (23/1/2020). Untuk itu, nelayan diminta waspada dengan melihat kondisi cuaca sebelum melaut.