Terminal Gambut Barakat Kalsel Tak Dilirik Angkutan Umum
›
Terminal Gambut Barakat Kalsel...
Iklan
Terminal Gambut Barakat Kalsel Tak Dilirik Angkutan Umum
Terminal Gambut Barakat di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang dioperasikan sejak 2012 belum dimanfaatkan secara optimal. Angkutan umum, kecuali bus rapid transit, tidak mau masuk ke terminal tersebut karena sepi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Terminal Gambut Barakat di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang dioperasikan sejak 2012 belum dimanfaatkan secara optimal. Hampir semua angkutan umum, kecuali bus rapid transit, tidak mau masuk ke satu-satunya terminal Tipe A di Kalsel tersebut.
Ketua Dewan Pimpinan Unit Organisasi Angkutan Darat (Organda) Terminal Tipe B Kilometer (Km) 6 Kota Banjarmasin Budi Surya mengatakan, letak Terminal Gambut Barakat yang jauh dari pusat kota membuat para sopir dan pengusaha otobus antarkota antarprovinsi (AKAP) maupun antarkota dalam provinsi (AKDP) enggan pindah terminal. Mereka memilih tetap bertahan di Terminal Tipe B Km 6 Kota Banjarmasin.
”Masuk ke Terminal Km 17 sekarang ini belum menguntungkan karena kondisinya masih sepi. Kalau dipaksakan masuk ke sana, perusahaan-perusahaan otobus bisa ambruk karena di Terminal Km 6 saja sudah sepi penumpang,” ujar Budi di Banjarmasin, Rabu (22/1/2020).
Terminal Tipe A Gambut Barakat terletak di Jalan Ahmad Yani Km 17, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar. Terminal tersebut merupakan aset pemerintah pusat yang dikelola Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah XV Provinsi Kalimantan Selatan sejak 2017. Terminal dibangun di atas lahan seluas 5 hektar dengan bangunan gedung terminal seluas 5.848 meter persegi dan bangunan utilitas seluas 108 meter persegi.
Menurut Budi, nasib perusahaan otobus harus diperhatikan jika ingin memindahkan bus-bus AKAP dan AKDP ke Terminal Gambut Barakat. Pasalnya, angkutan umum plat kuning saat ini sudah kalah bersaing dengan angkutan ilegal plat hitam dan angkutan daring.
”Kalau angkutan umum plat kuning ditaruh di Terminal Km 17, sedangkan angkutan plat hitam bebas masuk ke kota, maka angkutan umum akan makin kalah bersaing dalam pelayanan,” tuturnya.
Jika ingin mengoptimalkan fungsi Terminal Gambut Barakat, Budi mengusulkan agar pemerintah dan penegak hukum terlebih dahulu menertibkan angkutan ilegal plat hitam. Setelah itu, pengelola terminal tipe A harus membuat daya tarik bagi masyarakat pengguna jasa angkutan umum supaya terminal jadi ramai.
”Kalau memang Terminal Km 17 itu ramai dan bisa memenuhi faktor muat penumpang, para pengusaha otobus juga tidak keberatan pindah ke sana,” katanya.
Muhammad (57), petugas loket PO Yuliana di Terminal Km 6 mengaku, tidak keberatan pindah ke Terminal Km 17 jika kondisinya sudah ramai. PO Yuliana adalah bus AKAP yang melayani rute dari Banjarmasin ke Palangkaraya, Muara Teweh, dan Buntok.
”Sekarang ini kan masih sepi. Selain itu, kasihan juga dengan penumpang yang harus keluar ongkos lagi untuk sampai ke Banjarmasin. Kalau naik ojek, paling murah Rp 25.000,” tuturnya.
Menurut Aliansyah (24), sopir bus AKDP jurusan Banjarmasin-Batulicin, penumpang bus saat ini tidak lagi ramai. Pada hari biasa, tingkat keterisian penumpang tidak sampai separuh dari kapasitas kursi. Dari 27 kursi, yang terisi biasanya hanya 10 kursi. ”Kalau pindah ke Terminal Km 17 mungkin bisa tidak dapat penumpang,” ujarnya.
Tidak memaksa
Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah XV Provinsi Kalsel Iman Sukandar memastikan tidak lagi memaksa bus-bus AKAP dan AKDP untuk masuk ke Terminal Tipe A Gambut Barakat seperti pernah dilakukan sebelumnya. ”Kami tidak akan memaksa, tetapi berupaya menciptakan magnet di terminal ini. Nanti mereka akan datang sendiri,” katanya.
Untuk membuat daya tarik Terminal Tipe A Gambut Barakat, Iman membuat konsep terminal menjadi bangunan multi-fungsi (mixed use) yang mampu mengakomodasi beberapa fungsi sekaligus, seperti plaza, perkantoran, sarana pendidikan, rekreasi, olahraga, dan sebagainya. ”Semua itu untuk menunjang kegiatan transportasi,” ujarnya.
Sejak pertengahan 2019, Terminal Gambut Barakat yang terkesan mangkrak itu juga sudah digunakan untuk layanan BRT Banjarbakula. Saat ini, ada 10 unit bus rapid transit (BRT) yang beroperasi melayani dua trayek utama, yaitu Banjarmasin-Banjarbaru dan rute Terminal Km 17-Bandara Syamsudin Noor. ”Seiring perkembangannya, nanti juga akan mengakomodasi rute-rute lain,” kata Iman.