Permintaan bandeng presto di sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah di Kota Semarang, Jawa Tengah, meningkat sekitar 30 persen menjelang perayaan Imlek 2571/2020.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
Bagi masyarakat Tionghoa, ikan melambangkan kelebihan rezeki. Dalam bahasa Mandarin, ikan dilafalkan dengan kata ”yu” yang artinya ’lebih’. Tak mengherankan jika hampir di setiap restoran Tionghoa terdapat akuarium ikan mas, yang diyakini membawa rezeki yang dilumuri emas yang berlimpah.
Setiap perayaan Tahun Baru China, ikan juga menjadi salah satu menu utama. Dengan memakan ikan, salah satunya bandeng, masyarakat Tionghoa berharap mendapatkan kelebihan rezeki di tahun baru.
Tak mengherankan jika permintaan bandeng di sejumlah daerah menjelang Imlek meningkat. Berkahnya juga dirasakan para pedagang bandeng di sejumlah daerah di Nusantara.
Permintaan bandeng presto di sejumlah usaha mikro, kecil, menengah di Kota Semarang, Jawa Tengah, misalnya, meningkat sekitar 30 persen menjelang Imlek 2571.
Pemilik CV Home Industry Milkfish New Istichomah di Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Petrus Sugiyanto (62), mengatakan, kenaikan permintaan menjelang Imlek mulai terasa. Namun, hal itu umum terjadi saat libur tanggal merah di akhir pekan.
”Saat hari biasa, terjual sekitar 180 kilogram, tetapi menjelang Imlek ini, sudah ada permintaan tambahan. Naik sekitar 30 persen. Libur tanggal merah biasanya permintaan meningkat,” kata Petrus di Kota Semarang, Selasa (21/1/2020).
Petrus menambahkan, khusus untuk perayaan Imlek, para pemesan biasanya menginginkan bandeng berukuran besar. Mayoritas pembeli meminta satu dus bandeng presto 1 kg berisi 4-5 ekor. Namun, pemesan khusus pada perayaan Imlek memesan dus 1 kg berisi 3 ekor.
Adapun harga jual tetap sama, yakni Rp 90.000 per kg untuk jenis kemasan vakum yang bisa lebih tahan lama dan Rp 85.000 untuk kemasan nonvakum. ”Biasanya mereka membeli 10-15 kg per orang, baik untuk oleh-oleh maupun untuk keperluan sendiri, seperti hidangan untuk Imlek,” katanya.
Mayoritas pembeli meminta satu dus bandeng presto 1 kg berisi 4-5 ekor. Namun, pemesan khusus pada perayaan Imlek memesan dus 1 kg berisi 3 ekor.
Ia menambahkan, bandeng presto miliknya sudah menjangkau luar daerah, seperti Jakarta, Magelang, Pasuruan, Pontianak, Balikpapan, dan Bengkulu Utara. Saat perayaan Imlek, permintaan pengiriman ke luar kota juga turut meningkat.
Petrus menuturkan, bandeng yang dimasaknya berasal dari sejumlah daerah di luar Semarang. ”Ada distributor yang memasok. Kalau tambak-tambak di Semarang sudah tidak produktif. Salah satu daerah yang menghasilkan ikan besar-besar adalah Comal (Pemalang),” ucapnya.
Pelaku industri rumahan bandeng presto di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Istianah (55), menuturkan, dalam sehari biasanya ia memproduksi 10 kg bandeng presto. Namun, saat libur akhir pekan, produksi menjadi 20 kg.
”Seperti libur Imlek kali ini. Biasanya ada tambahan permintaan meskipun tidak signifikan seperti libur Lebaran yang bisa meningkat 300 persen. Yang jelas, kami siapkan stok setiap menghadapi libur, terutama di akhir pekan,” kata Istianah.
Kendati demikian, peningkatan permintaan bandeng tersebut secara umum bukan untuk perayaan Imlek di Kota Semarang. Adapun makanan khas dalam setiap perayaan Imlek di Semarang hanya kue keranjang dan jeruk di sejumlah tempat.
”Tentu, adat atau kebiasaan etnis Tionghoa peranakan berbeda-beda di setiap daerah karena telah berbaur dengan kebiasaan pribumi. Untuk makanan, di Semarang hanya kue keranjang yang khas. Sementara hidangan lain biasa saja, seperti masakan China,” kata anggota staf Sekretariat Kelenteng Tay Kak Sie, Kota Semarang, Andre.
Oleh-oleh
Di Sidoarjo, Jawa Timur, permintaan bandeng segar dan olahan jelang Imlek masih normal. Harga jual di pasar juga stabil berdasarkan kualitas dan ukuran ikan.
Pedagang ikan segar di Pasar Jetis, Sumarji (45), mengatakan, pembelian bandeng masih normal. Harga jual bandeng ukuran besar Rp 28.000 per kg, sedangkan bandeng ukuran sedang berada di kisaran Rp 26.000-Rp 27.000 per kg.
Bandeng besar beratnya 0,5 kg per ekor, sedangkan ukuran sedang beratnya sekitar 0,25 kg per ekor hingga 0,30 kg per ekor.
”Kondisi ikan bandeng yang dijual masih segar karena Sidoarjo sentra produksi. Setiap hari ada pasokan ikan dari petambak ke pengepul di kawasan pasar ikan,” ujar Sumarji.
Hal senada juga disampaikan pedagang ikan di Tempat Pelelangan Ikan Gisik Cemandi, Kecamatan Sedati. Permintaan ikan, baik bandeng maupun ikan laut lain, dari masyarakat masih seperti hari biasa, belum ada peningkatan, apalagi lonjakan.
Kondisi pasar ikan bandeng olahan khas Sidoarjo, yakni bandeng asap, juga hampir sama. Munjiati (49), pembuat bandeng asap dari sentra produksi Desa Kalanganyar, Sedati, mengatakan, setiap hari memproduksi 50-100 ekor. Menjelang Imlek belum ada tambahan permintaan yang signifikan.
”Harga bandeng asap per ekor mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 70.000, menyesuaikan dengan ukuran. Ukuran sedang harganya mulai dari Rp 40.000 per ekor,” kata Munjiati.
Selain memproduksi bandeng asap, dia juga membuat bandeng presto dan otak-otak bandeng. Makanan olahan bandeng ramai dipesan saat bulan puasa hingga jelang Lebaran. Selain itu, permintaan tinggi juga terjadi saat Maulid Nabi Muhammad.
Selain digemari masyarakat Sidoarjo, olahan bandeng biasanya banyak diburu wisatawan untuk oleh-oleh. Saat ini varian makanan olahan bandeng semakin kaya.
Selain digemari masyarakat Sidoarjo, olahan bandeng biasanya banyak diburu wisatawan untuk oleh-oleh. Saat ini varian makanan olahan bandeng semakin kaya.
Dulu wisatawan hanya bisa membawa bandeng asap, kini mereka leluasa memilih karena ada bandeng presto, otak-otak bandeng, bandeng krispi, bahkan pepes bandeng.
Khumaedi (46), petambak bandeng di Desa Buncitan, Sedati, mengatakan, harga bandeng justru cenderung turun. Rata-rata uang ukuran sedang di tingkat petambak Rp 20.000 kg hingga Rp 21.000 per kg. Sebelumnya sekitar Rp 22.000 per kg.