Kebakaran hutan kembali mengancam Canberra, ibu kota Australia. Pihak berwenang meminta warga Canberra untuk mengungsi meninggalkan rumah mereka yang terletak di pinggiran timur Canberra.
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·2 menit baca
SYDNEY, RABU—Meski baru dihantam hujan es, kebakaran hutan kembali mengancam Canberra, ibu kota Australia, Rabu (22/1/2020). Bahkan, kebakaran hutan terjadi di dekat bandar udara. Jumlah titik api kembali melonjak di luar kendali karena badai debu justru memicu kebakaran hutan lagi.
Jalan-jalan ditutup dan pihak berwenang meminta warga Canberra untuk mengungsi meninggalkan rumah mereka yang terletak di pinggiran timur Canberra. Beberapa foto yang diunggah di media sosial menunjukkan asap abu mengepul di atas pinggiran kota Canberra. Tidak ada laporan mengenai warga yang mengalami cedera atau terjadi kerusakan akibat kebakaran hutan. Level peringatan bahaya pun diturunkan satu jam kemudian.
Kane Cawse, pemilik sebuah pusat kebugaran di Canberra, mengatakan, dia bisa melihat asap dari rumahnya. Cawse melaporkan apa yang dia lihat itu melalui telepon ketika ia berkendara menuju lokasi bisnisnya di zona evakuasi sekitar 14 kilometer dari gedung parlemen.
”Saya hanya ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi dan memastikan karena saya punya pusat kebugaran, juga memastikan bahwa semua yang di dalamnya aman atau tidak,” kata Cawse.
Dalam beberapa minggu terakhir, kualitas udara kota-kota di Australia, seperti Canberra, Sydney, dan Melbourne, yang dikepung asap tebal, merosot menjadi yang terburuk di dunia. Bahkan, di Sydney, jarak pandang menjadi sangat terbatas karena kabut asap yang tebal. Opera House yang menjadi ikon kota Sydney pun sempat ”menghilang” dari pandangan.
Dampak ekonomi
Dalam sepekan terakhir ketika terjadi hujan es dan suhu udara menjadi lebih dingin, petugas pemadam kebakaran bergegas memadamkan kebakaran. Namun, saat jeda berakhir pada Rabu kemarin, suhu udara tinggi dan angin muncul kembali dan memicu lagi kobaran api.
Survei ekonomi pada Rabu menunjukkan, kebakaran itu menyebabkan warga Australia memperketat pengeluaran mereka. Bencana tersebut dinilai sangat berdampak dan memberi tekanan besar pada perekonomian Australia yang berada di peringkat ke-14 di dunia.
Ekonom mengatakan, biaya pemulihan akibat kebakaran hutan di Australia itu bisa menelan dana hingga 5 miliar dollar Australia atau sekitar Rp 46,7 triliun. Tekanan itu berpotensi mengurangi 0,25 poin dari produk domestik bruto pada periode Desember-Maret dan mendorong bank sentral untuk menurunkan suku bunga pada awal Februari.
Sentimen konsumen pada Januari adalah 6,2 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya. Ini menurut survei Melbourne Institute dan Westpac Bank yang dirilis hari Rabu. Data sentimen konsumen dianggap sebagai indikator utama, lebih unggul dari data pengeluaran aktual.
Kebakaran hutan besar telah memukul wilayah pantai timur Australia ketika banyak bisnis memperoleh pendapatan dari wisatawan domestik dan asing. Sektor pertanian, khususnya industri susu, pun sangat terpukul. (REUTERS)