Ajang Piala Italia telah memberikan pelajaran berharga bagi tim-tim tangguh di Italia untuk tidak meremehkan tim yang sedang mengalami krisis. Lazio telah membuktikannya di kandang Napoli.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
NAPOLI, RABU - Klasemen Liga Italia tidak bisa lagi menjadi patokan yang akurat untuk mengukur persaingan di Piala Italia. Tim-tim yang sedang bermasalah seperti Napoli justru bisa mengalahkan juara bertahan Piala Italia, Lazio, 1-0, pada laga perempat final di Stadion San Paolo, Rabu (22/1/2020) dini hari WIB.
Napoli mengikuti jejak Fiorentina yang lebih dulu menyingkirkan finalis Piala Italia musim lalu, Atalanta, pada laga babak 16 besar, pekan lalu. Jika Fiorentina kembali membuat kejutan dengan mengalahkan Inter Milan pada laga perempat final, pekan depan, klub berjuluk ”La Viola” akan berhadapan dengan Napoli pada babak semi final.
”Kami telah melalui masa-masa yang memalukan, tetapi hari ini kami bisa bermain sangat bagus menghadapi tim kuat seperti Lazio,” ujar Pelatih Napoli, Gennaro Gattuso. Napoli malam itu memutus tren kemenangan beruntun Lazio yang sudah terjadi pada enam laga terakhir di semua kompetisi.
Gol tunggal Napoli dicetak oleh Lorenzo Insigne ketika laga baru berjalan 90 detik. Lazio berpeluang menyamakan kedudukan melalui penalti, tetapi Ciro Immobile gagal memanfaatkan peluang tersebut. Laga berlangsung sengit dan keras sehingga Napoli dan Lazio sama-sama kehilangan satu pemain akibat kartu merah, yaitu Elseid Hysaj (Napoli), dan Lucas Leiva (Lazio).
Gattuso mengaku sangat terkejut dengan hasil itu karena timnya saat ini sedang menghadapi krisis. Dalam 20 laga terakhir di semua kompetisi, Napoli hanya menang sebanyak lima kali. Tren buruk itu menyebabkan mereka kini masih berada di peringkat ke-11 klasemen sementara Liga Italia.
Kemenangan atas Lazio itu pun bisa menjadi titik balik kebangkitan Napoli pada musim ini di tangan Gattuso. Mantan pelatih AC Milan itu sedang menjalani masa-masa adaptasi setelah menggantikan posisi Carlo Ancelotti yang dipecat pada awal Desember lalu.
Hasil buruk yang diperoleh Napoli sejauh ini bahkan sampai membuat seorang bocah pendukung Napoli menangis. Para pendukung Napoli lainnya mendesak agar foto bocah yang sedang menangis itu dipasang di kamar ganti pemain sebagai pengingat.
Namun, Gattuso saat ini sudah mulai merasa ada kekuatan yang muncul dari diri para pemain. Ia menyebut timnya sudah memiliki bisa yang mematikan. ”Kami harus bisa mengeluarkan bisa itu setiap laga,” ujarnya.
Kekecewaan Lazio
Sebaliknya, Lazio pada musim ini menjadi kuda hitam dalam perebutan gelar juara Liga Italia. Mereka kini berada di peringkat ketiga dengan mengumpulkan 45 poin atau selisih enam poin dengan Juventus yang berada di puncak klasemen. Padahal, Lazio masih menyisakan satu laga yang belum dimainkan.
Sebagai juara bertahan Piala Italia, Lazio semula difavoritkan untuk melenggang ke babak semifinal. Apalagi ketika melawan Napoli yang sedang terpuruk. ”Tentu hasil ini sangat mengecewakan karena kami sudah mampu mendominasi permainan. Kami sudah bermain sesuai rencana, tetapi seperti inilah sepak bola,” ujar Inzaghi dikutip Football-Italia.
Inzaghi mengatakan, akan belajar dari kekalahan menyakitkan ini. Setidaknya, ia kini bisa lebih fokus untuk mempertahankan kekuatan di Liga Italia dan berusaha tampil di Liga Champions musim depan.
Kekecewaan Lazio ini sama seperti yang dirasakan Atalanta saat disingkirkan Fiorentina yang sedang membangun tim yang solid. Fiorentina saat ini masih berada di peringkat ke-13 Liga Italia tetapi mampu menundukkan Atalanta yang menjadi tim paling produktif mencetak gol. Dalam 20 laga terakhir, Atalanta telah mencetak total 50 gol.
Namun, Fiorentina adalah tim yang pada musim lalu juga mampu menembus babak semifinal Piala Italia meski hanya finis di peringkat ke-16 Liga Italia. Laga kontra Inter pada babak perempat final nanti akan menjadi ujian selanjutnya bagi mereka.
Bisa menjadi tim yang diperhitungkan di ajang Piala Italia ini membuat Fiorentina menjadi klub yang kembali menarik bagi para pemain untuk bergabung. Salah satunya, Riccardo Sottil, penyerang sayap berusia 20 tahun yang memutuskan untuk memperpanjang kontrak hingga 2024 pada Rabu kemarin.
”Kami senang para pemain muda bergabung dalam proyek yang kami buat. Kami ingin membangun tim yang solid dengan mengandalkan para pemain muda,” kata Direktur Olahraga Fiorentina, Daniele Prade. Selain Sottil, penyerang muda lainnya, Patrick Cutrone, juga dipulangkan setelah dipinjam Wolverhampton Wanderers. (REUTERS)