Perubahan Perilaku, Kunci Keberhasilan Diet Kantong Plastik
›
Perubahan Perilaku, Kunci...
Iklan
Perubahan Perilaku, Kunci Keberhasilan Diet Kantong Plastik
Perubahan perilaku baik dari sisi pedagang maupun pembeli menjadi kunci kesuksesan program diet kantong plastik yang dilaksanakan di dua pasar tradisional yaitu Pasar Tebet Barat dan Pasar Tebet Timur, Jakarta Selatan.
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·4 menit baca
Pemerintah Kota Jakarta Selatan dan lembaga nirlaba yang mendampingi program pembatasan penggunaan kantong plastik berharap gerakan diet kantong plastik dapat efektif dan berkelanjutan. Di Jakarta Selatan, upaya pembatasan ini mulai diujicobakan, khususnya di Pasar Tebet Barat dan Pasar Tebet Timur mulai Rabu (22/1/2020).
Hampir 100 persen alat bungkus dalam aktivitas perdagangan di Pasar Tebet Barat didominasi kemasan plastik dan kantong plastik. Sebut saja undangan pernikahan yang ada di lantai basement menggunakan plastik sebagai kemasan. Kemudian di lantai I yang terdiri dari pedagang pangan, perabotan, ataupun tekstil juga menggunakan plastik dan keresek sebagai kemasan. Begitu pula di lantai II yang dihuni oleh sebuah pasar swalayan ternama. Plastik masih lekat dan sulit dipisahkan dari kebiasaan pedagang dan pembeli.
Meskipun demikian, sejumlah pedagang sudah menyediakan kantong yang lebih ramah lingkungan, seperti tas kain, keranjang belanja, kantong kertas, dan lainnya.
Ita (35), pedagang hortikultura di Pasar Tebet Barat mulai menggunakan kertas koran untuk membungkus barang dagangannya, apalagi jika pembeli hanya berbelanja dalam partai kecil. Dia lebih mudah untuk membungkus dagangan, seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan sayur-mayur. Ita mulai menerapkan sistem tersebut untuk mengikuti program diet kantong plastik yang digagas oleh Pemkot Jaksel. Dia mulai menawari pembeli apakah mau jika belanjaannya tidak dibungkus dengan kantong keresek. Jika pembeli sudah membawa kantong yang lebih ramah lingkungan, dia otomatis akan melayani dengan bungkus kertas koran.
"Sementara ini tergantung pembeli. Kalau mereka sudah membawa kantong belanja sendiri, ya, saya ikut membungkus pakai kertas koran. Tapi, kalau mereka masih meminta kantong keresek tetap dikasih," kata Ita.
Di kios sayuran miliknya, Ita menyediakan empat jenis kantong plastik keresek, mulai dari ukuran kecil sampai besar. Dalam sehari, empat ikat kantong plastik berbagai ukuran itu selalu habis. Harga kantong plastik itu beragam mulai dari Rp 9.000, Rp 13.000, Rp 35.000, hingga Rp 40.000.
Menurut Ita, sebagian pembeli masih meminta kantong plastik keresek karena dapat digunakan lagi untuk membungkus sampah sebelum diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara. Terkadang, pembeli bahkan meminta diberi kantong plastik besar khusus untuk wadah sampah.
Nuryadi (58), pedagang barang pecah belah di Pasar Tebet Barat, mengatakan, selama ini belum ada solusi untuk membungkus perabotan dan barang pecah belah. Paling, barang dibungkus kardus kemudian diikat dengan tali rafia. Namun, selama ini pembeli masih banyak yang meminta plastik keresek besar untuk membungkus barang dagangannya.
"Kalau memang sudah aturan ya kami cari bagaimana solusinya. Soalnya belanja plastik keresek dalam satu bulan saja mencapai Rp 400.000," kata Nuryadi.
Direktur Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira mengungkapkan, pedagang Pasar Tebet Barat sudah dipertemukan dengan para vendor penyedia tas belanja ramah lingkungan. Dari situ, pedagang dieksplorasi ketertarikannya untuk mengganti kantong plastik keresek dengan bahan lain yang bisa dipakai berkali-kali.
IDKP akan mendampingi dan memfasilitasi para pedagang hingga Maret 2020. Pendampingan terutama dilakukan untuk para pedagang di lantai I. Pedagang diharapkan mengidentifikasi permasalahannya sendiri dan menemukan solusi yang paling sesuai dengan barang dagangannya. Setelah satu bulan pendampingan, program akan dievaluasi bersama dengan Pemkot Jaksel.
"Kemarin ada wacana juga tentang kerja sama pembuatan kantong ramah lingkungan dengan para penjahit yang ada di pasar ini. Jadi saling menguntungkan sesama pedagang," kata Tiza.
Implementasi Pergub Nomor 142/2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Ramah Lingkungan memang sangat menantang di pasar rakyat. Sebab, di pasar ini rata-rata bermodal kecil. Mereka pasti akan beralasan tidak punya modal untuk membeli kantong ramah lingkungan. Namun, pedagang akan terus didorong untuk tertib terhadap aturan tersebut.
Kepala Pasar Tebet Barat Suherman mengatakan volume sampah di pasar tersebut sebanyak 8 meter kubik per hari. Dengan program pengurangan sampah plastik ini diharapkan sampah dapat berkurang signifikan. Selain itu, dia juga akan bekerja sama dengan kelurahan dan kecamatan untuk menggalakkan program sosialisasi larangan penggunaan kantong keresek. Dengan demikian, efektivitas program ini tidak hanya bertumpu pada pedagang, tetapi juga perubahan perilaku dari para pembeli. Sebab, mayoritas pembeli pasar tersebut adalah orang yang tinggal di sekitar pasar.
"Sebelum Juli 2020 dan pergub resmi berlaku, akan kami galakkan sosialisasi dan imbauan kepada pedagang maupun pengunjung pasar ini," kata Suherman.