Meskipun di lokasi lain di Jakarta sumur resapan dikatakan tidak manjur untuk mengatasi banjir, jurus ini masih dinilai ampuh untuk diterapkan di Jakarta Selatan.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan kondisi lahan yang lebih tinggi dibandingkan sisi utara Ibu Kota, Jakarta Selatan kini tetap mengandalkan program Sumur Resapan (zero run off) sebagai salah satu cara atasi banjir di wilayah tersebut. Menurut Wali Kota Jakarta Selatan, fokus dari zero run off adalah bagaimana air hujan sebanyak mungkin diresapkan ke dalam tanah sehingga air yang terbuang ke sungai dan bermuara ke laut menjadi sedikit.
”Cara yang akan dilakukan adalah dengan membuat sumur-sumur resapan. Sumur ini juga dapat digunakan untuk cadangan sebagai air baku,” ujar Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali, Kamis (23/1/2020).
Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Selatan Mustajab menambahkan, pembuatan sumur resapan sudah dijalankan jajarannya di beberapa titik. Salah satunya di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa. Di wilayah tersebut, sumur resapan dibuat di RW 009, Kelurahan Srengseng Sawah.
”Atas permintaannya Pak Sekda (Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Saefullah) 10 titik, tetapi baru kami bangun 3 titik,” ujar Mustajab.
Mustajab menuturkan, aturan mengenai pembangunan sumur resapan sudah masuk dalam berbagai landasan hukum, baik itu instruksi gubernur maupun peraturan gubernur. Bahkan, pembuatan sumur yang sering disebut vertikal drainase itu sudah ada sejak zaman Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
”Pada dasarnya sumur resapan dan vertical drainase itu sama. Tapi berbeda dengan sumur biopori, itu sangat dangkal dan terbuat dari paralon, dalamnya satu meter lebarnya 10 cm,” ucapnya.
Mustajab menerangkan, tanah di Jakarta Selatan dinilai memiliki kedalaman yang pas untuk pembuatan sumur resapan. Sebab, air tanahnya dalam. Contohnya di RW 009, Kelurahan Srengseng Sawah, hingga kedalaman 3 meter, air belum ditemukan. Oleh karena itu, sumur resapan akan digali menggunakan alat berat. Penggalian akan terus dilakukan dan berhenti ketika menemukan sumber air tanah.
”Sumur resapan hanya boleh dimasuki oleh air bersih. Harus jauh dari septic tank. Seperti air hujan yang ditampung sementara lalu dialirkan ke sumur tadi,” tuturnya.
Walakin, Mustajab menambahkan, sumur resapan tidak bisa dibuat di sembarang tempat. Di jalan raya, misalnya, bisa saja membuat sumur resapan, tetapi nantinya akan memakan waktu untuk perawatan.
”Kami sudah mempunyai kampanye Gerakan Lumbung Air (Gela) yang konsepnya sudah dilaporkan ke Wali Kota Jakarta Selatan (Marullah Matali) dan akan terus disosialisasikan. Untuk itu, sumur resapan bisa dibuat di mana saja asalkan dikerjakan oleh seluruh elemen masyarakat. Tidak bisa dikerjakan sendiri, apalagi SDA aja. Harus dengan masyarakat juga. Kan, namanya juga gerakan, masyarakat juga harus terlibat,” papar Mustajab.