Harimau Sumatera yang Dievakuasi ke Tambling Masih Stres
›
Harimau Sumatera yang...
Iklan
Harimau Sumatera yang Dievakuasi ke Tambling Masih Stres
Kondisi stres harimau sumatera dari Muara Enim Sumatera Selatan yang dievakuasi ke Tambling Wildlife Nature Conservation Lampung, menyulitkan pemulihan dan observasi. Harimau ini ditangkap setelah berkonflik dengan warga
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
LAMPUNG, KOMPAS — Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae_ yang tertangkap di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, dinyatakan masih dalam kondisi stres pascaevakuasi ke Kawasan Konservasi Tambling, Lampung, Jumat (24/1/2020). Kondisi stres menghambat proses observasi, sehingga tim teknis mengupayakan pemulihan kondisi kesehatan harimau terlebih dulu.
Dokter veteriner tim teknis Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC) Sadmoko Kusumo Priyanto menyampaikan, harimau masih enggan memakan umpan hidup selama dua hari terakhir sejak Rabu (22/1/2020). Harimau juga minim pergerakan dan lebih banyak berbaring.
Sadmoko menjelaskan, kecenderungan sikap harimau disebabkan stres sejak proses evakuasi. Diketahui sebelumnya, harimau yang berkonflik dengan warga ini ditangkap dalam trap box dan ditutupi kain hitam. Saat penangkapan, kotak perangkap tersebut sempat ramai karena adanya kerumunan warga.
"Stres tersebut bisa dipicu berbagai kondisi. Kerumunan warga sejak penangkapan, kondisi penerbangan saat evakuasi, serta faktor lainnya yang tidak terlihat dapat berkontribusi pada tingkat stres harimau," ujar Sadmoko, Jumat pagi.
Pada Kamis (23/1/2020), Harimau sumatera ini telah diberi suplemen vitamin melalui daging potong mentah. Meski begitu, belum ada progres yang signifikan dari kondisi kesehatan harimau.
Karena kondisi tersebut, tim teknis veteriner TWNC masih akan memantau kondisi harimau hingga sepekan mendatang. Menurut Sadmoko, pemulihan psikologis harimau membutuhkan waktu paling lama. Cepat atau lambatnya pemulihan bergantung pada kemampuan harimau untuk beradaptasi.
"Kalau kondisi harimau masih begini, sepengalaman saya, butuh waktu agak lama. Nanti akan kita lihat, kecepatan dia untuk memulihkan diri seperti apa," ujar Sadmoko.
Alasan harimau dievakuasi adalah karena adanya konflik dengan manusia. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Selatan sebelumnya mengidentifikasi pergerakan harimau sejak pertengahan November 2019.
"Kami telah pantau pergerakan harimau ini sejak kejadian di Tugu Rimau, Gunung Dempo, Pagar Alam, Sumatera Selatan. Kami mempelajari kemiripan pergerakannya. Meski begitu, perlu observasi lebih lanjut untuk memastikan harimau ini adalah yang menyerang warga waktu itu," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BBKSDA Sumatera Selatan, Martialis Puspito.
Dari observasi sementara, Sadmoko menyampaikan harimau berusia sekitar tiga atau empat tahun. Usia ini, menurut dia, turut memicu stres akibat sulitnya persaingan habitat antar-harimau. Sebagian harimau sumatera yang kalah bersaing, kerap kali ditemukan mengarah ke perkampungan warga.
Sadmoko mengatakan, harimau akan dikondisikan dalam lokasi yang tenang hingga sepekan mendatang. Kondisi tersebut bertujuan agar harimau lebih menyesuaikan diri dengan habitat yang ada.
"Kami kondisikan agar dia nyaman dengan habitat saat ini. Harimau mulai mengencingi spot tertentu dalam kandang yang menandakan keberadaannya di kandang. Biasanya, fase penandaan tersebut berlanjut dengan cakaran di tanah atau di pohon," jelas dia.
Dokter veteriner pembantu tim TWNC Sugeng Dwi Hastono menuturkan, pemulihan kondisi psikologis harimau sangat penting. Dari temuan sejak Kamis, tim teknis menilai kondisi psikologis harimau paling terdampak dibanding fisik.
"Dari kondisi fisik, kami hanya menemukan luka pada bagian ekor, mungkin karena proses jeratan. Sementara, kondisi psikologis yang cukup parah karena sikapnya kadang agresif dan kadang lesu," ucap Sugeng.
Bila harimau telah cukup pulih, Sadmoko menyatakan tahap selanjutnya adalah
general checkup. Tahap general checkup akan menjadi bagian dari proses observasi yang mengindikasi kecenderungan pola perilaku harimau sebelumnya.