Inovasi dan digitalisasi di segmen usaha mikro memperkuat bisnis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Bank BUMN itu membukukan laba bersih Rp 34,41 triliun sepanjang 2019.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Pertumbuhan kredit dan digitalisasi bisnis pada segmen mikro menopang kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kendati demikian, inovasi tetap dilakukan untuk meningkatkan jumlah nasabah sekaligus penyaluran kredit ke sektor ini.
Per akhir 2019, BRI membukukan laba bersih Rp 34,41 triliun atau tumbuh 6,15 persen secara tahunan.
"BRI, secara grup, selama satu tahun mampu menumbuhkan kredit 8,4 persen. Angka itu di atas rata-rata pertumbuhan industri (perbankan) yang 6,08 persen," kata Direktur Utama Bank BRI Sunarso dalam paparan kinerja di Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Sampai dengan akhir Desember 2019, BRI menyalurkan kredit Rp 908,88 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 35,8 persen di antaranya berupa kredit mikro.
"Terkait strategi untuk 2020, aspirasi kami tetap ingin menumbuhkan kredit di kisaran 10-11 persen. Demikian juga dana masyarakat kami ingin tumbuh 10-11 persen dan yang lain-lain akan mengikuti," kata Sunarso.
Per akhir 2019, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BRI mencapai Rp 1.021 triliun atau tumbuh 8,17 persen dalam setahun. Dana murah berupa tabungan dan giro mendominasi DPK, dengan porsi 57,71 persen.
Dia menuturkan, BRI akan kembali fokus pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya menyasar ultramikro, melalui proses digital.
"Kami akan tumbuh di ultramikro melalui go smaller, lebih kecil-kecil lagi. Go shorter, dengan tenor lebih pendek-pendek. Dan, melalui proses digital, go faster supaya proses lebih cepat," katanya.
BRI akan kembali fokus pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya menyasar ultramikro, melalui proses digital.
Menurut Sunarso karena semua dijalankan secara efisien maka BRI akan go cheaper atau lebih murah. "Kami akan menjangkau masyarakat sebanyak-banyaknya dengan biaya semurah mungkin," katanya.
Secara terpisah, sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki beberapa waktu lalu mengatakan, salah satu problem utama UMKM adalah pembiayaan.
"Oleh karena itu, akselerasi pembiayaan dan investasi menjadi prioritas kami. Hal pertama yang kami lakukan adalah memperkuat infrastruktur pembiayaan," katanya.