PLN Ganti Pembangkit Berbahan Bakar Solar Jadi Gas
›
PLN Ganti Pembangkit Berbahan ...
Iklan
PLN Ganti Pembangkit Berbahan Bakar Solar Jadi Gas
Selain lebih murah dibandingkan solar, bahan bakar gas dinilai lebih ramah lingkungan. Pemanfaatan gas sebagai bahan bakar pembangkit listrik akan semakin dioptimalkan oleh PLN di masa mendatang.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berencana mengganti seluruh pembangkit listriknya yang berbahan bakar solar dengan bahan bakar gas. Selain lebih murah, penggunaan gas dinilai lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar solar.
Saat ini, bahan bakar solar berperan 4,23 persen dalam bauran energi pembangkit yang dioperasikan PLN. Berdasarkan data 2019, dari total kapasitas terpasang listrik PLN sebesar 61.327 megawatt, porsi bahan bakar minyak sebagai sumber energi primer mencapai 4 persen.
Porsi bahan bakar terbesar untuk pembangkitan listrik adalah batubara, yakni mencapai 62,07 persen. Adapun porsi bahan bakar gas 19,46 persen. Sebanyak 12,24 persen sisanya berasal dari sumber energi terbarukan.
Menurut Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Darmawan Prasodjo, pemanfaatan gas untuk sumber energi pembangkit listrik pada masa mendatang akan semakin dioptimalkan. Sebab, dari beberapa temuan besar sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia, porsi gas sangat dominan ketimbang minyak.
Darmawan mencontohkan temuan Lapangan Abadi di Blok Masela yang mengandung cadangan terbukti gas 18,5 triliun kaki kubik. ”Kebutuhan bahan bakar minyak PLN untuk pembangkit mencapai 2,6 juta kiloliter per tahun dan sebagian harus diimpor. Hal ini tentu berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan,” kata Darmawan di Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Oleh karena itu, PLN berkomitmen mengganti seluruh pembangkit berbahan bakar minyak menjadi gas yang sumber dayanya cukup melimpah di dalam negeri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menunjuk PT Pertamina (Persero) untuk memasok dan membangun infrastruktur gas alam cair (LNG) untuk penyediaan tenaga listrik PLN. PLN diminta membeli LNG yang dipasok Pertamina untuk kebutuhan sumber energi pembangkit listrik. Penunjukan itu dalam rangka program konversi bahan bakar minyak pembangkit listrik ke LNG.
Tercatat ada 52 pembangkit listrik yang akan menggunakan LNG sebagai sumber energi. Total kapasitas pembangkit tersebut mencapai 1.697 megawatt dengan kebutuhan gas diperkirakan sebanyak 166,98 miliar British thermal unit per hari (BBTUD). Pembangunan infrastruktur untuk kepentingan pembangkit diharapkan selesai dalam dua tahun ke depan.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform Fabby Tumiwa menilai bahwa usaha PLN mengganti pembangkit listrik berbahan bakar solar dengan gas akan lebih efisien. Bahkan, menurut dia, biaya pembangkitan listrik dengan gas bisa lebih murah rata-rata 50 persen dibandingkan dengan solar. Namun, faktor harga gas tetap akan berpengaruh signifikan.
”Memang lebih murah gas ketimbang solar. Hanya, saya kira, PLN perlu melihat opsi lain dengan pemanfaatan potensi lokal di wilayah setempat. Misalnya, untuk pembangkit dengan kapasitas kurang dari 5 megawatt sebaiknya cukup menggunakan biomassa, tanpa harus dengan LNG,” ucap Fabby.
Biaya pembangkitan listrik dengan gas bisa lebih murah rata-rata 50 persen dibandingkan dengan solar.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, kapasitas terpasang listrik dari energi terbarukan di Indonesia per 2019 sebesar 10.157 megawatt. Tahun ini ditargetkan ada penambahan sebesar 686 megawatt. Kontribusi terbesar diharapkan datang dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), yaitu sekitar 140 megawatt.
Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi, investasi sebesar 36,95 miliar dollar AS atau sekitar Rp 500 triliun untuk mencapai target bauran energi terbarukan 23 persen di 2025. Investasi untuk PLTP adalah yang terbesar, yakni 17,45 miliar dollar AS atau setara Rp 244,3 triliun. Sisanya adalah investasi untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga hidro, bayu, surya, dan biomassa.