Perayaan Imlek di Sam Poo Kong, Semarang, Berlangsung Guyub
›
Perayaan Imlek di Sam Poo...
Iklan
Perayaan Imlek di Sam Poo Kong, Semarang, Berlangsung Guyub
Perayaan Imlek 2571/2020 di Kelenteng Sam Poo Kong, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (25/1/2020) berlangsung semarak. Tidak hanya dihadiri mereka yang merayakan, tetapi juga masyarakat umum. Suasana guyub rukun terasa.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Perayaan Imlek 2571/2020 di Kelenteng Sam Poo Kong, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (25/1/2020), berlangsung semarak. Perayaan tidak hanya diikuti warga yang merayakannya, tetapi juga masyarakat umum yang berlibur. Suasana guyub rukun terasa dalam perayaan tersebut.
Liong dan barongsai menjadi atraksi yang paling dinanti pengunjung Sam Poo Kong, yang selama ini menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Semarang. Di bawah terik matahari, sejumlah warga menggendong anak mereka di pundak demi melihat atraksi khas negeri Tiongkok itu.
Sejumlah warga juga memanfaatkan perayaan Imlek untuk berfoto dengan latar kemegahan Kelenteng Sam Poo Kong dan patung Laksamana Cheng Ho yang menjulang. Warga juga dihibur aksi panggung penyanyi Denada yang berkolaborasi dengan anak-anak penyandang disabilitas.
Rahayu (38), warga Ngaliyan, Kota Semarang, mengatakan, ia dan keluarganya selalu tertarik dengan kemeriahan Imlek. ”Di Semarang paling meriah, ya, di Sam Poo Kong. Lampion dan barongsai yang paling ditunggu. Bukan soal kepercayaannya, melainkan tradisinya yang menghibur,” katanya.
Sementara itu, Ilham (22), warga Ungaran, Kabupaten Semarang, mengaku baru pertama kali ke Sam Poo Kong saat Imlek. Ia penasaran setelah melihat keramaian di sekitar kelenteng yang didirikan ratusan tahun lalu tersebut. Deretan lampion merah juga membuatnya semakin tertarik.
Sam Poo Kong, yang telah lama menjadi tujuan wisata budaya dan religi, menjadi salah satu tempat puncak perayaan Imlek, di samping kelenteng-kelenteng lain di Kota Semarang. Hadir dalam acara itu antara lain Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Akulturasi budaya sudah melekat dan biasa dilakukan dalam pergaulan sehari-hari. (Ganjar Pranowo)
Ganjar menuturkan, akulturasi budaya sudah melekat dan biasa dilakukan dalam pergaulan sehari-hari, salah satunya di Kota Semarang. Sejumlah situs bersejarah, termasuk di kawasan pecinan Kota Semarang, menunjukkan bahwa Indonesia ialah bangsa yang besar, bisa bergaul, dan rukun.
”Ternyata, akulturasi budaya itu sudah melekat dan biasa kita lakukan dalam pergaulan sehari-hari. Inilah kekayaan kita yang luar biasa dan mesti kita jaga terus-menerus. Dari pergaulan seperti inilah Indonesia semakin kuat dan jaya karena masyarakatnya guyub,” ujar Ganjar.
Milik bersama
Ganjar, yang menyempatkan diri menjadi pemain barongsai, menambahkan, tradisi bagian dari kekayaan Indonesia. ”Soal ibadah agamanya tentu beri kesempatan pada masing-masing. Namun, budayanya ini milik bersama. Seperti di Sam Poo Kong ini yang menjadi daya tarik wisata,” katanya.
Hevearita menuturkan, Imlek tidak hanya terkait pada satu golongan, tetapi sudah menjadi budaya warga masyarakat, termasuk di Kota Semarang. ”Kekompakan, kerukunan, dan keguyuban yang sudah dibangun sejak lama mesti kita jaga bersama,” ucapnya.
Ketua Pengurus Yayasan Sam Poo Kong Mulyadi Setiakusuma mengatakan, Imlek terkait dengan penanggalan, yakni pergantian tanggal ke Tahun Baru. Namun, Imlek bukan milik salah satu agama, melainkan mereka yang memperingati penanggalan ini. Baginya, Imlek ialah pesta budaya.
Menurut dia, dalam perayaan Imlek, yang paling penting ialah bagaimana bisa berbagai kepada sesama. ”Kami juga berharap yang terbaik untuk bangsa. Kami pun mengusung tema ’Bersatu untuk Indonesia’. Sebab, kecintaan kami terhadap NKRI adalah harga mati,” ujar Mulyadi.