Kecepatan Penyebaran Virus dari Wuhan Belum Terprediksi
›
Kecepatan Penyebaran Virus...
Iklan
Kecepatan Penyebaran Virus dari Wuhan Belum Terprediksi
Sebagian kalangan belum dapat memastikan kecepatan penyebaran virus korona dari Wuhan, China, ke tempat-tempat baru. Langkah pencegahan yang sedang dilakukan saat ini adalah mewaspadai penyebaran itu di dalam negeri.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga kini, kecepatan penyebaran virus korona Wuhan (2019-nCoV) belum bisa diprediksi secara pasti. Meski begitu, pemerintah mewaspadai penyebaran virus di negara-negara tetangga, seperti Singapura, Thailand, hingga Malaysia.
Tim medis memerlukan pengamatan dari hari ke hari untuk mengetahui penyebaran virus tersebut. ”Ada yang mencoba membuat model matematika untuk menghitung laju penyebarannya. Menurut saya, prediksi itu sangat bisa salah walaupun bisa juga benar,” kata dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit OMNI Pulomas, Jakarta, Dirga Sakti Rambe, saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (25/1/2020).
Kendati demikian, Dirga menjelaskan bahwa sejauh ini rata-rata kasus kematian yang disebabkan dari virus korona Wuhan masih lebih rendah dibandingkan dengan severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS). Keduanya merupakan virus yang juga disebabkan keluarga dari korona virus.
”Satu dari sepuluh pasien SARS meninggal, sedangkan satu dari tiga pasien MERS meninggal. Untuk virus korona Wuhan, rata-rata kematiannya masih 3-4 persen saja,” ujar vaksinolog lulusan University of Siena, Italia, ini.
Sementara itu, Malaysia mengonfirmasi bahwa tiga warga negaranya positif terjangkit virus korona Wuhan. Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Anung Sugihantono masih berpedoman pada rilis WHO per tanggal 24 Januari 2020. Dalam rilis tersebut, Malaysia belum tercantum sebagai negara terjangkit.
Meski begitu, Kementerian Kesehatan terus memantau perkembangan di Malaysia. Kewaspadaan akan ditingkatkan bagi para pengunjung dari Malaysia di pintu masuk Indonesia. ”Kalau memang benar sudah sampai Malaysia dan ada penularan di sana, perhatian bagi pengunjung dari Malaysia akan ditingkatkan,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto menegaskan, kewaspadaan terhadap pencegahan masuknya virus korona Wuhan tidak mengendor sejak pertama diberlakukan. Pemerintah terus melakukan prosedur standar operasi (SOP) karantina kesehatan di bandara dan pelabuhan. ”Begitu tiba di Indonesia, penumpang dari China akan diberikan health alert card (HAC). Kartu itu untuk memantau penumpang selama 14 hari ke depan,” katanya.
Di dalam kartu itu dijelaskan, jika selama 14 hari berada di Indonesia mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernafas, pemegang kartu dianjurkan segera menuju pusat layanan kesehatan terdekat. Dari situ, petugas akan menghubungi dinas kesehatan terkait atau RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso jika berada di Jakarta.
Merujuk pada ketentuan WHO, Yuri mengatakan bahwa virus korona ini belum termasuk sebagai public health emergency sehingga tidak harus direspons secara internasional. Menurut dia, penularan dari manusia ke manusia sejauh ini juga baru terjadi antarkeluarga pasien. Selain itu, kasusnya juga baru terjadi di China. Di luar negeri, penularan dari manusia ke manusia belum terjadi. Penularan antarmanusia di China diduga terjadi sebelum ada kewaspadaan seperti ini,” katanya.
Dokter meninggal
Seorang dokter yang menangani pasien dengan virus korona Wuhan dikabarkan meninggal setelah turut terjangkit virus tersebut. Menurut Dirga, dokter tersebut bekerja di RS yang menjadi pusat penanganan virus korona Wuhan sehingga tingkat paparannya sangat tinggi.
”Saya yakin dokter dan tenaga medis sudah melakukan upaya preventif, termasuk menggunakan alat pelindung diri yang standar. Namun, kemungkinan terinfeksi tetap saja ada,” katanya.
Dokter tersebut juga masuk dalam orang yang berisiko tinggi karena berusia di atas 62 tahun. Menurut Dirga, sejauh ini pasien yang meninggal kebanyakan adalah pasien yang berusia di atas 60 tahun dan atau memiliki penyakit kronis, seperti diabetes dan jantung, sebelumnya. Setidaknya hanya ada satu pasien meninggal yang berusia relatif muda.
Hingga saat ini, belum ada satu pun vaksin yang bisa melindungi manusia terpapar penyakit yang diakibatkan oleh virus korona Wuhan. Namun, kelompok peneliti dari China dan Amerika Serikat kini mulai mengembangkan vaksin tersebut.
Setidaknya, vaksin tersebut baru akan tersedia dalam satu tahun ke depan. Jangka waktu tersebut adalah yang tercepat. Sebab, waktu pembuatan vaksin baru normalnya membutuhkan waktu 8-15 tahun.
Dirga menjelaskan, virus korona adalah nama dari kelompok virus. Setidaknya di dalamnya terdapat 200 galur yang berbeda. Hanya ada tujuh galur yang dapat menginfeksi manusia, termasuk virus korona Wuhan.
Awalnya virus ini hidup pada hewan sebelum ditularkan kepada manusia. Virus tersebut kemudian bermutasi sehingga dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Hingga kini, belum diketahui pasti hewan yang menularkan virus tersebut. Meski begitu, peneliti menduga penularannya berasal dari ular atau kelelawar. ”Pada kasus Wuhan, awalnya berasal dari pasar ikan yang menjual seafood dan binatang liar, seperti reptil, ular, babi, dan kelelawar,” katanya.