Keberadaan liga sepak bola profesional sangat penting untuk meningkatkan kualitas pemain. Persiapan Piala Dunia U-20 2021 pun harus dijalankan dengan baik agar tidak mengganggu kompetisi tahun ini.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO/COKORDA YUDISTIRA
·4 menit baca
BADUNG, SABTU — Efektivitas kerja sama antara PSSI, pemerintah, dan klub sepak bola menyiapkan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 pada 24 Mei-12 Juni 2021 turut menentukan kelancaran liga profesional tahun ini. Kerja sama itu salah satunya mengantisipasi masalah ketika klub tidak bisa menggunakan stadion mereka yang sedang direnovasi.
Saat ini sudah ada enam stadion yang dipilih guna dipakai untuk Piala Dunia, yaitu Gelora Bung Karno (Jakarta), Pakansari (Bogor), Manahan (Surakarta), Mandala Krida (Yogyakarta), Kapten I Wayan Dipta (Bali), dan Gelora Bung Tomo (Surabaya). Dari keenam stadion, Gelora Bung Karno adalah yang paling siap.
Stadion lain masih membutuhkan banyak renovasi, seperti penggantian rumput, penambahan jumlah kursi penonton, dan pembangunan lapangan pendukung sebagai tempat latihan. Setiap stadion yang akan dipakai untuk piala dunia wajib menyediakan masing-masing lima lapangan latihan.
Renovasi dan pembangunan sarana pendukung harus segera dilakukan, sedangkan Liga 1 musim 2020 dijadwalkan bergulir mulai 29 Februari hingga November 2020. Klub yang menggunakan salah satu dari keenam stadion terpilih itu terpaksa mencari stadion alternatif selama renovasi.
”Setelah FIFA datang, kami akan berdiskusi, klub itu bisa bermain atau tidak di stadion yang menjadi kandangnya. Saran saya, selama tidak mengganggu, (dipakai) sampai November setelah itu berhenti hingga Mei 2021,” kata Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan di sela Kongres Biasa PSSI 2020 yang berlangsung di Badung, Bali, Sabtu (25/1/2020).
Perwakilan dari FIFA dijadwalkan datang melihat kesiapan keenam stadion pada Maret 2020. Mereka bisa saja meminta pergantian stadion jika menilai stadion ternyata belum siap dan tidak memungkinkan untuk dipakai.
Namun, semua klub yang stadionnya dipakai untuk piala dunia menyatakan dukungan penuh. Koordinasi di daerah sudah dilakukan dan klub juga berinisiatif menjalankan program untuk menyukseskan Piala Dunia. Di sisi lain, mereka berharap mendapatkan stadion alternatif di kota yang sama untuk menjalani kompetisi, seperti Persebaya Surabaya.
Para pendukung Persebaya sempat khawatir klub kebanggaan mereka harus menjalani laga kandang di luar Surabaya selama Gelora Bung Tomo direnovasi. ”Teman-teman Persebaya tidak anti-Piala Dunia. Kami hanya minta agar jadwal kompetisi dan renovasi stadion disinkronkan,” ujar Sekretaris Persebaya Ram Surahman, yang juga menghadiri kongres.
Dari rapat yang sudah dilakukan, disepakati Persebaya bisa menggunakan Gelora Bung Tomo hingga akhir Juli. Selanjutnya, Persebaya akan menggunakan Stadion Gelora 10 Nopember yang lebih kecil dan terletak di tengah kota.
Namun, muncul kekhawatiran jika Persebaya menjamu klub besar di Stadion Gelora 10 Nopember. Jika ada laga besar yang melibatkan banyak suporter, faktor keamanan harus diperhatikan. ”Oleh karena itu, saya berharap laga besar bisa digelar ketika Persebaya masih bisa menggunakan Gelora Bung Tomo,” kata Ram.
Perbaikan
Bali United mengalami hal yang sama karena Stadion Kapten I Wayan Dipta, kandang mereka, harus direnovasi. Juara Liga 1 2019 itu bersiap pindah markas ke Stadion I Gusti Ngurah Rai atau Stadion Kompyang Sujana di Denpasar, yang juga masih membutuhkan perbaikan agar layak digunakan.
”Kami dari Asprov (Asosiasi Provinsi PSSI) Bali akan menjembatani antara klub, KONI, dan pemerintah daerah,” kata Ketua Asprov Bali I Ketut Suardana. Penunjukan Bali sebagai salah satu tuan rumah piala dunia harus diperjuangkan karena bisa mengenalkan Bali sebagai wisata olahraga.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan, Piala Dunia tidak akan sukses jika setiap sektor bekerja sendiri. ”Ketua Umum PSSI dan Asprov harus bersinergi karena Piala Dunia ini adalah hajatan seluruh bangsa,” ujarnya.
Selain membahas Piala Dunia, kongres kemarin juga membentuk badan yudisial PSSI, yaitu komite etik, komite banding, dan komite disiplin. Komite etik diketuai Bambang Usadi, komite banding diketuai Triana Dewi Seroja, dan komite disiplin diketuai Erwin Tobing. Kualitas badan yudisial sangat penting untuk memperbaiki kompetisi yang lebih adil. Iriawan mengatakan, mereka dipilih karena memiliki keahlian di bidang hukum.
”Semoga ada perubahan dalam penerapan sanksi-sanksi,” kata CEO PSM Makassar Munafri Arifuddin. Salah satunya dalam menerapkan sanksi penggunaan suar yang dinilai belum adil. Klub tetap didenda ketika suporter menyalakan suar, baik saat laga berlangsung maupun setelah laga usai. Menurut Munafri, batasan yang jelas mengenai waktu penggunaan suar perlu dipertegas.