Uni Eropa mengucurkan total 10 juta euro untuk program ASEAN dalam upaya pertolongan di wilayah bencana. Peningkatan kemampuan dalam bidang itu penting bagi ASEAN karena Asia Tenggara terbukti rawan bencana.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) akan belajar tentang upaya pertolongan di wilayah bencana ke Uni Eropa. Pelajaran itu penting bagi ASEAN yang menjadi lokasi 50 persen bencana alam pada periode 2004-2014.
Direktur Eksekutif Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan dalam Penanganan Bencana (ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management atau AHA Centre) Adelina Kamal mengatakan, lebih mudah meminta bantuan dibanding menolong. Sebab, tidak semua pertolongan dibutuhkan orang-orang di lokasi bencana.
”ASEAN akan belajar dari Uni Eropa untuk membantu secara tepat,” ujarnya di sela peluncuran Dukungan Uni Eropa pada AHA Centre, Senin (27/1/2020), di Jakarta.
UE mengucurkan total 10 juta euro untuk program tersebut. Dengan dana tersebut, AHA Centre akan menjalankan beberapa program peningkatan kemampuan selama beberapa tahun ke depan. Dengan kemampuan itu, AHA Centre menargetkan bisa menjalankan program penanggulangan bencana secara lebih terpadu untuk kawasan dan luar kawasan.
”Untuk saat ini, fokusnya ke ASEAN dulu,” kata Adelina.
Peningkatan kemampuan itu penting karena Asia Tenggara terbukti rawan bencana. Pada 2018 saja, AHA Centre terlibat dalam delapan bencana besar di kawasan, seperti banjir bandang di Laos, topan mongkut di Filipina, dan dua gempa di Indonesia.
”Bencana-bencana itu menunjukkan pentingnya peningkatan kemampuan pengelolaan penanggulangan bencana,” ujar Adelina.
Selama beberapa waktu terakhir, ASEAN mengalami bencana yang penanganannya membutuhkan sumber daya di luar kemampuan kawasan. Lewat program ini, AHA Centre ingin menyiapkan kemampuan ASEAN untuk memobilisasi penanggulangan bencana secara tepat.
Selama beberapa waktu terakhir, ASEAN mengalami bencana yang penanganannya membutuhkan sumber daya di luar kemampuan kawasan.
”Kesiapan sama pentingnya dengan tanggapan yang memadai demi mengurangi korban jiwa. Kita membutuhkan pendekatan terpadu untuk mengurangi korban dan kerugian. Kita, sebagai masyarakat dunia, perlu menghadapi fakta adanya bencana akibat perubahan iklim,” kata Wakil Tetap UE untuk ASEAN Igor Driesmans.
Dukungan UE pada AHA Centre penting untuk memastikan pengembangan berkelanjutan di AHA Centre. Dukungan itu memungkinkan AHA Centre meningkatkan kemampuan internal dan memperluas jangkauan ke luar. ”Program ini akan menguntungkan anggota ASEAN melalui dukungannya pada kegiatan peningkatan kemampuan, lokakarya, dan kegiatan lain,” ujar Driesmans.
Dukungan UE berperan pada seluruh tujuan dalam Kesepakatan ASEAN dalam Penanggulangan Bencana dan Tanggap Darurat (AADMER). Dukungan itu juga penting untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Lewat program itu, ASEAN dan anggotanya meningkatkan kemampuan tanggap bencana, mitigasi dampak bencana pada manusia, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Program bersama UE-AHA Centre akan dilakukan lewat sejumlah hibah langsung ke AHA Centre. ”Tidak ada dana dipakai untuk membangun gedung atau infrastruktur fisik lain. Indonesia, Malaysia, dan Filipina bisa (melakukan sendiri) jika soal membangun gedung. Hal yang dibutuhkan adalah alih pengetahuan soal penanganan bencana dan itu yang jadi tujuan kerja sama ini,” kata Adelina.