Deteksi Dini Virus Korona
Pemantauan lebih lanjut diperlukan lantaran deteksi bisa meleset karena masa inkubasi penyakit dan penggunaan obat penurun panas oleh penumpang.
Upaya mengantisipasi virus korona baru masuk ke Indonesia mesti menyeluruh. Sebab, penularan telah terjadi antarmanusia, termasuk oleh pasien yang tak mengalami gejala klinis.
JAKARTA, KOMPAS Antisipasi penularan virus korona jenis baru yang ditemukan di Wuhan, China, tak cukup dengan penapisan di pintu masuk negara. Surveilans dan deteksi dini diperlukan untuk mencegah penyebaran virus itu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pemindaian suhu tubuh di pintu masuk negara menjadi upaya awal mendeteksi penumpang terinfeksi virus korona jenis baru (novel coronavirus/2019-nCoV). Pemantauan lebih lanjut diperlukan lantaran deteksi bisa meleset karena masa inkubasi penyakit dan penggunaan obat penurun panas oleh penumpang.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, yang dihubungi di Jakarta, Minggu (26/1/2020), menjelaskan, deteksi dini penting untuk mencegah penularan virus korona baru. Edukasi terkait gejala penyakit itu perlu diberikan terutama pada warga yang tiba dari negara yang ada kasus infeksi korona baru ini. ”Warga mesti melapor jika merasakan gejala,” katanya.
Selain 100 rumah sakit rujukan penyakit infeksi darurat yang ditunjuk pemerintah, RS lain, pemerintah dan swasta, serta klinik, diinstruksikan mengantisipasi penularan virus korona baru. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota bertugas memantau.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat, gejala infeksi korona antara lain batuk, pilek, dan sesak napas, serta muncul 2-14 hari setelah terinfeksi. Pada kondisi parah, gejala seperti sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS- CoV) dan sindrom pernapasan akut parah (SARS-CoV).
Praktisi klinis yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam memaparkan, pemantauan lebih lanjut pada orang dari negara dengan temuan kasus dinilai penting karena gejala tidak spesifik. Maka, kompetensi tenaga medis mendeteksi virus ini harus ditingkatkan.
Diberitakan Reuters, Sabtu (25/1), dua dari tiga warga China yang masuk ke Perancis dengan diagnosis terinfeksi korona baru tak memiliki gejala. Hal ini ditunjukkan laporan yang dipublikasikan jurnal The Lancet, Jumat (24/1).
Virus ini bisa menyebar sebelum ada gejala. Kesimpulan itu didapat dalam dua studi klinis pertama pada pasien yang terinfeksi virus korona baru (2019-nCov). Analisis genetika pada satu keluarga dari Shenzhen yang terinfeksi virus itu setelah berkunjung ke Wuhan membuktikan penularan antarmanusia di luar kota Wuhan. Jarak Shenzhen dan Wuhan 1.094 kilometer, dan keluarga ini tak berkunjung ke pasar hewan laut di Wuhan yang diduga jadi sumber penularan.
Lima anggota keluarga berusia 36-66 tahun positif terinfeksi virus mengalami demam, sesak napas, dan diare setelah 3-6 hari terpapar. ”Anak kedua yang terinfeksi tak menunjukkan gejala penyakit itu,” ujar para peneliti yang dipimpin Kwok-Yung Yuen dari RS Universitas Hong Kong-Shenzhen.
Hal itu menunjukkan virus korona baru bisa ditularkan antarmanusia, termasuk oleh pasien yang tak mengalami gejala. Karena infeksi asimptomatik bisa terjadi, pengendalian epidemi bergantung pada mengisolasi pasien, melacak dan karantina kontak sedini mungkin, serta mendidik warga tentang makanan dan kebersihan pribadi.
Dalam studi lain, peneliti menganalisis catatan klinis, hasil laboratorium, temuan pencitraan, dan data epidemiologis dari 41 orang terinfeksi pertama dan dirawat di RS di Wuhan, 16 Desember 2019-2 Januari 2020. Pasien berusia rata-rata 49 tahun, tiga perempat ialah pria, dan dua pertiga mengunjungi pasar makanan laut di Wuhan.
Semua pasien menderita pneumonia (radang paru), 98 persen demam, tiga perempat batuk, 44 persen lelah, dan 55 persen sesak napas.
Hingga Minggu malam, ada 2.019 kasus infeksi virus korona baru dan 56 pasien meninggal. Di sejumlah kota di China diterapkan pembatasan perjalanan. Kota Wuhan, Provinsi Hubei, yang menjadi sumber wabah, diisolasi. Virus diduga berasal dari satwa liar meski belum ada kepastian hewan apa.
Sejumlah daerah
Hasil pemeriksaan laboratorium atas pasien usia 35 tahun di RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta, yang diduga terinfeksi korona baru dinyatakan negatif. Meski demikian, pemerintah meningkatkan kewaspadaan. Hal itu merespons adanya sejumlah pasien diduga terinfeksi virus korona di beberapa daerah, termasuk tiga pasien diduga terinfeksi virus di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.
Di Surabaya, Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RS dan Hubungan Masyarakat RSUD Soetomo Pesta Parulian mengatakan, pihaknya menerima pasien dari China dengan demam, batuk, dan pilek. Pasien datang dari China ke Surabaya, 5 Januari lalu, dan didiagnosis radang paru. Kini pasien dirawat di ruang isolasi.
Di RS Umum Daerah Sele Be Solu, Kota Sorong, Papua Barat, turis China berinisial YP dirawat di ruang isolasi karena diduga terinfeksi. YP bersama 19 rekannya berangkat dari China, transit di Jakarta, 22 Januari, serta menuju Sorong dan Raja Ampat. YP mengalami gejala flu dan demam. Menurut Kepala RSUD Sele Be Solu Mavkren Kambuaya, kondisi pasien membaik.
Adapun RSUD Raden Mattaher, Jambi, menerima pasien diduga terinfeksi virus korona baru dan kini kondisinya membaik. Menurut Direktur Pelayanan RSUD Mattaher, Dewi Lestari, pasien datang ke RS Siloam, Sabtu sore, dengan demam, flu, batuk, dan sesak napas. Pasien baru pulang dari Wuhan awal Januari lalu.
Adapun pegawai maskapai Lion Air dirawat di RSUP Kandou, Manado, karena batuk sepulang dari China. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut Steaven Dandel menjelaskan, pasien ialah perempuan usia 24 tahun dan menjadi penerjemah Lion Air rute penerbangan dari 8 kota di China ke Manado.
Kewaspadaan
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Polana B Pramesti menyampaikan, maskapai penerbangan Indonesia tak bisa melakukan penerbangan dari dan menuju kota Wuhan pada 23 Januari sampai 2 Februari 2020. Itu untuk mencegah penyebaran virus korona baru di Indonesia.
Pemerintah Provinsi Jabar membuka Pusat Informasi dan Krisis Virus Korona RSUD Al Ihsan, Bandung. Adapun 150 wisatawan dari Kunming, China, mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatera Barat, kemarin pagi. Selain pemindaian di bandara, kesehatan mereka dipantau ketat selama berwisata di Sumbar.