Enam Mahasiswa Pertukaran Pelajar di Guangxi Menanti Kepastian
›
Enam Mahasiswa Pertukaran...
Iklan
Enam Mahasiswa Pertukaran Pelajar di Guangxi Menanti Kepastian
Enam mahasiswa Universitas Negeri Malang saat ini menjalani pemeriksaan ketat pencegahan virus korona jenis baru di Guangxi, China. Kondisi mereka saat ini sehat.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Enam mahasiswa Universitas Negeri Malang saat ini menjalani pemeriksaan ketat pencegahan virus korona jenis baru di Guangxi, China. Mereka adalah mahasiswa pertukaran pelajar Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Guangxi Normal University. Kondisi mereka saat ini sehat meski mereka lebih banyak berdiam diri di asrama kampus dan menanti kebijakan lebih lanjut dari pemerintah setempat.
Guangxi adalah daerah otonomi di selatan China, berbatasan dengan Vietnam. Beberapa waktu lalu, ditemukan satu kasus warga terjangkit virus korona jenis baru di daerah tersebut. Guangxi terletak sekitar 800 kilometer dari Kota Wuhan, titik nol penyebaran virus korona jenis baru yang saat ini merebak di China.
Mereka adalah mahasiswa pertukaran pelajar yang rutin kami lakukan sejak 3 tahun terakhir.
”Ada enam mahasiswa Universitas Negeri Malang yang saat ini sedang belajar di Guangxi Normal University sejak September 2019 dan dijadwalkan selesai pada Juli 2020. Mereka adalah mahasiswa pertukaran pelajar yang rutin kami lakukan sejak 3 tahun terakhir,” kata Evi Eliyanah, Direktur Kantor Hubungan Internasional Universitas Negeri Malang (UM), Senin (27/1/2020).
Evi mengatakan, enam mahasiswa UM tersebut rata-rata merupakan mahasiswa semester enam. Saat ini, menurut Evi, mereka lebih banyak tinggal di asrama karena kampus tutup tidak ada aktivitas.
Para mahasiswa tersebut tinggal di asrama internasional di Kota Guilin, bersama ratusan mahasiswa internasional lain. Asrama tersebut terpisah dengan asrama mahasiswa lokal.
Menurut Evi, setiap orang yang masuk-keluar asrama harus menjalani pengecekan suhu tubuh. Selain itu, masing-masing mereka menjalani cek kesehatan tiga kali sehari, mengonsumsi makanan yang dikirim, dan mengonsumsi multivitamin.
”Pemerintah China benar-benar serius menangani virus ini. Saat ini, kami tidak bisa melakukan apa-apa selain mengikuti prosedur. Prosedur itu dilakukan di seluruh kampus. Istilahnya, kampus lock down, tak ada kegiatan belajar-mengajar,” kata Evi.
Meski begitu, Evi memastikan, saat ini kondisi keenam mahasiswa itu sehat. ”Kontak terakhir kampus dengan mereka pekan lalu, melalui ketua jurusan, yang mengecek kondisi mereka setiap hari. Kami juga berkomunikasi terus dengan orangtua mahasiswa. Sejauh ini orangtua kooperatif,” kata Evi.
Evi menambahkan, pihaknya juga berkoordinasi dengan Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar RI di China dan menanti kebijakan pemerintah terkait warga negara Indonesia yang ada di sana.
”Sebab, meski kami ingin enam mahasiswa ini keluar dari sana, belum tentu diizinkan. Ini bukan lagi kasus orang per orang, tapi juga memikirkan stabilitas negara sehingga kami mengikuti kebijakan negara,” katanya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, Didied Poernawan Affandy, mengatakan, aktivitas di Huazhong University of Science and Technology di Distrik Hongshan, Wuhan, China, saat ini tutup. Didied tengah menempuh studi S-3 Akuntansi di kampus tersebut dan saat ini sedang pulang ke Malang sejak 15 Januari lalu.
”Belum tahu kapan saya akan kembali ke sana. Harusnya minggu ini saya sudah kembali untuk melanjutkan studi. Tapi, kampus memberitahukan bahwa jadwal perkuliahan diundur, entah sampai kapan,” kata Didied.