Erdogan Kritik Haftar yang Langgar Gencatan Senjata
›
Erdogan Kritik Haftar yang...
Iklan
Erdogan Kritik Haftar yang Langgar Gencatan Senjata
Turki bersama Rusia dan sejumlah negara lain berupaya mendamaikan dua kubu utama di Libya.
Oleh
·2 menit baca
ANKARA, MINGGU— Kecewa dengan sikap pemimpin Tentara Nasional Libya (LNA) Khalifa Haftar, yang tidak menghormati gencatan senjata, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Minggu (26/1/2020), mengkritik Haftar. Sebelum mengunjungi Aljazair, Erdogan mengatakan, pasukan LNA yang dipimpin Haftar telah berulang kali melanggar gencatan senjata.
Menurut Erdogan, dukungan internasional untuk LNA justru ”memanjakan” Haftar. ”Di titik ini, kita perlu melihat dengan jelas apa identitas Haftar. Dia adalah orang yang telah mengkhianati atasan sebelumnya. Tidak mungkin mengharapkan belas kasihan dan pengertian dari seorang seperti ini untuk melakukan kesepakatan gencatan senjata,” kata Erdogan.
”Dia akan terus menyerang dengan semua sumber dayanya. Namun, dia tidak akan berhasil di sini,” kata Erdogan. Sebagaimana diberitakan, Turki bersama Rusia dan sejumlah negara lain berupaya mendamaikan dua kubu utama di Libya, yaitu LNA yang dipimpin Haftar dan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang dipimpin Perdana Menteri Fayez al-Sarraj yang diakui secara internasional.
Respons Haftar
Namun, upaya itu kurang mendapat respons positif dari Haftar. Dalam pembicaraan damai yang digelar di Moskwa, awal Januari, Haftar pergi meninggalkan pertemuan itu.
Turki pun telah mendesak kekuatan asing untuk menekan Haftar agar bersedia melakukan gencatan senjata.
Turki berulang kali mengatakan, Haftar harus memilih solusi politik untuk mengatasi konflik Libya. Turki pun telah mendesak kekuatan asing untuk menekan Haftar agar bersedia melakukan gencatan senjata. Namun, hingga saat ini upaya-upaya itu belum membuahkan hasil optimal.
Dalam pertemuan damai di Berlin, Jerman, pekan lalu, disepakati adanya embargo senjata untuk Libya. Langkah itu diharapkan dapat meredam konflik dua kubu yang bertikai. Langkah Haftar yang memblokade ladang minyak Libya sempat membayang-bayangi pertemuan damai di Berlin itu.
Konflik
Akibat pertempuran selama berbulan-bulan di Libya, lebih dari 150.000 warga Libya telantar. Pemerintahan Libya tidak pernah stabil sejak Moammar Khadafy digulingkan pemberontak yang didukung NATO pada 2011. Libya hingga kini memiliki dua pemerintahan yang saling bersaing.
Wilayah timur dikuasai LNA, sedangkan ibu kota Libya, Tripoli, dikuasai GNA. Hal itu telah berlangsung selama lebih dari lima tahun. Sementara jalan-jalan di Libya dikontrol dan diawasi kelompok-kelompok bersenjata.
Perjuangan LNA di bawah kepemimpinan Haftar bertujuan merebut Tripoli. Selama ini, Haftar mendapat dukungan dari Mesir, Uni Emirat Arab, Rusia, dan pasukan Afrika. Sebaliknya, GNA mendapat dukungan dari sejumlah pihak, termasuk Turki. (REUTERS/AFP/LOK)