Dalam perencanaan komunikasi, kita perlu melihat sejauh mana pesan sampai ke target secara efektif di salah satu media. Jika tidak, barangkali kita perlu migrasi media. Cara ini bisa memperpanjang “umur ekonomi” konten.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Sudah beberapa waktu lalu penyanyi Didi Kempot kembali moncer dan meramaikan panggung hiburan. Peran Gofar Hilman, seorang penyiar radio, yang membuat pertemuan atau yang lebih sering disebut kopi darat, tak bisa dilepaskan dari kembalinya ikon bagi pemuda-pemudi yang patah hati. Di dunia industri, memilih media yang tepat untuk merek atau seseorang menjadi pekerjaan yang tidak mudah, tetapi sangat menantang.
Banyak media bisa digunakan untuk mengangkat merek. Namun, suatu saat dibutuhkan kemampuan memigrasikan merek ke media atau platform yang berbeda. Pilihan media kini jadi perdebatan yang tak mudah ketika pemilik merek punya pesan dan harus disampaikan ke publik atau konsumen. Ilmu-ilmu komunikasi makin sulit menjelaskan media yang pas atau ampuh untuk merek atau produk tertentu.
Sejauh ini lebih banyak berdasar uji coba dan pengalaman sehingga ditemukanlah media yang pas untuk mengomunikasikan merek atau produk mereka. Repotnya, penggunaan satu media juga tak efektif selamanya ketika merek harus disegarkan dan perubahan di luar mengharuskan kembali memilih media. Media yang beragam mulai dari cetak, elektonik, media sosial, laman internet, hingga event kini bertebaran. Kejelian jadi syarat utama sehingga menghasilkan dampak yang besar.
Kabar terbaru industri komunikasi, penggunaan teknologi digital juga kurang efektif ketika aturan-aturan privasi di beberapa negara makin ketat. Mereka tak bisa lagi menyasar target secara akurat. Kini mereka melirik event, media luar ruang, bahkan kembali memikirkan media cetak dengan kreativitas baru. Penghuni dunia maya memang merasa terganggu dengan iklan-iklan yang berseliweran di laman dan media sosial. Beberapa negara makin memperketat aturan privasi, baik untuk melindungi warganya maupun alasan ekonomi dan politik.
Di sisi lain, sebuah merek atau citra seseorang yang tampil di media tertentu makin berumur pendek sejalan dengan umur media itu yang juga pendek karena tak lagi digemari. Lima tahun lalu blog sangat efektif untuk berkomunikasi, tetapi kini mulai berkurang penggemarnya.
Facebook mengalami hal yang sama. Tanda-tanda pengurangan jumlah pengguna mulai terlihat. Dari sisi umur, penggunanya makin menua. Anak-anak muda tak tertarik dengan platform tersebut.
Di sinilah migrasi media mungkin perlu ditempuh. Mereka atau orang berpengaruh pada masa lalu dengan media tertentu perlu berpindah untuk menyelamatkan ”umur ekonomi” mereka agar tidak ditinggalkan massanya.
Ada beberapa merek dan orang yang memahami masalah ini, tetapi ada pula yang gagal dan tak bisa lagi muncul di publik. Perkembangan teknologi sepertinya harus dipahami agar merek dan tokoh bisa bermigrasi. Meski demikian, isu-isu di luar juga perlu diadopsi agar mereka bisa memilih media dan waktu yang tepat untuk berada di media baru.
Migrasi media bisa memperpanjang ”umur ekonomi” konten.
Siklus penggunaan media terlihat makin pendek. Ambil contoh Facebook yang berkuasa sekitar 15 tahun hingga kemudian ada tanda-tanda jumlah penggunanya mulai turun. Media bisa saja tumbang, tetapi merek atau perorangan bisa bertahan bila melakukan migrasi media. Semisal, politisi senior Akbar Tanjung yang sudah tidak lagi menjabat, tetapi masih sering keliling Indonesia memberikan ceramah dengan media tatap muka serta aktif di media sosial. Orang masih senang mendengarkan buah pikirannya. Oleh karena itu, tim Akbar perlu mempertimbangkan ia masuk ke media pengaliran suara atau yang sering disebut Podcast serta opini di media cetak.
Di dalam ilmu pemasaran, perkembangan ini mengubah cara-cara berkomunikasi dengan konsumen sehingga muncul perubahan istilah dari perencanaan media menjadi perencanaan komunikasi. Perencanaan media lebih banyak berdasar pemilihan media, waktu, tempat, dan cara untuk menyampaikan pesan sehingga menghasilkan dampak yang maksimal serta imbal balik dalam perhitungan bisnis. Perencanaan komunikasi lebih menekankan pada kebijakan untuk memberikan informasi yang tepat pada pihak yang berkepentingan. Pada ujungnya tetap sama, yaitu pemilihan kanal, waktu, dan cara untuk berkomunikasi yang sesuai.
Dalam perencanaan komunikasi sepertinya perlu memandang sejauh mana merek dan tokoh tertentu masih efektif di salah satu media. Jika pesan masih efektif, mungkin hanya perlu penyegaran dan migrasi media yang lebih tepat. Migrasi media bisa memperpanjang ”umur ekonomi” dari konten sehingga peran mereka bisa kembali muncul di media yang berbeda.